• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5. Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknolog

Indeks keberlanjutan dimensi infrastuktur dan teknologi adalah 45,16% yang masih masuk dalam kategori kurang berkelanjutan (Gambar 29).

Gambar 29 Indeks keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi

Terdapat 11 atribut dalam penetapan analisis keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi sebagaimana berikut ini:

1) Pemahaman terhadap teknik penambangan yang baik dan benar.

Suyartono (2004) menyebutkan bahwa tata cara pertambangan yang baik dan benar dapat menghindari terjadinya pemborosan sumberdaya mineral dan batubara, tercapainya optimalisasi sumberdaya, terlindunginya fungsi lingkungan hidup serta tercapainya keselamatan dan kesehatan para penambang. Penerapan teknik tersebut termasuk dalam penetapan cadangan mineral dan batubara yang akan ditambang, kegiatan konstruksi (pembebasan lahan, penyiapan sarana dan prasarana, penyiapan SDM) kegiatan penambangan dan pengangkutan, serta penutupan tambang dan pascatambang.

2) Teknik rehabilitasi lahan pascatambang.

Dalam rehabilitasi lahan pascatambang meliputi beberapa prinsip di antaranya :

Indeks Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi 45.16 DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 0 20 40 60 0 20 40 60 80 100 120

Indeks Keberlanjutan Dimensi Infrastruktur dan Teknologi

O ther D ist ingi shi ng Feat ur es

a. Pengendalian kualitas air permukaan, air bawah tanah, tanah serta udara sesuai dengan baku mutu lingkungan.

b. Stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup lahan bekas tambang serta struktur buatan lainnya.

c. Penyiapan revegetasi.

d. Pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukan dan

kesepakatan.

3) Teknik pembibitan dan penanaman vegetasi

Ketika kegiatan pascatambang mulai dilakukan, maka untuk pemulihan lahan bekas tambang tersebut dilakukan tahapan reklamasi lahan, yang dimulai dengan pengembalian tanah galian, tanah pucuk, perataan tanah. Untuk tahap revegetasi dilakukan dengan pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kulitas dan kuantitas tanah. Pada tahap ini teknik pembibitan dan penanaman vegetasi menentukan tingakat keberhasilan reklamasi dan revegetasi. Dalam teknik pembibitan, salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan adalah ketersediaan bibit berkualitas. Bibit berkualitas ditandai oleh kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat tumbuh dengan baik jika ditanam di lapangan, sehat, dan seragam. Teknik pembibitan yang baik harus mulai dari penyiapan sarana dan prasarana pembibitan, pengadaan benih, penyiapan media kecambah dan sapih, perlakuan benih, penyemaian, pemeliharaan bibit di persemaian, hingga seleksi bibit untuk penanaman.

4) Teknik pengendalian dampak pencemaran air

Pencemaran air dari suatu kegiatan pertambangan yang tidak terkelola dengan baik dapat mempengaruhi kualitas air yang dapat mempengaruhi pada kesehatan mahluk hidup. Upaya pemulihan kondisi air yang cemar, bisa memerlukan biaya yang besar, yang bisa menjadi beban masyarakat dan pemerintah. Maka perlu dilakukan upaya terpadu dalam rencana pemanfaatan air dan pengendalian pencemarannya. Pengendalian pencemaran air pada dasarnya untuk mencegah serta menanggulangi pencemaran air serta memulihkan kualitas air sehingga dapat menjamin kualitas air sesuai dengan baku mutunya.

5) Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan (jalan

angkut, pelabuhan dan lain-lain).

Setiap pemegang ijin pertambangan wajib menyiapkan fasilitas sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pertambangannya serta tidak diperkenankan untuk menggunakan fasilitas umum seperti jalan raya dan pelabuhan umum. Sarana dan prasarana tersebut dapat dipergunakan untuk kepentingan pengoperasian pertambangannya sendiri atau digunakan bersama dengan pemilik ijin pertambangan lainnya. Kurangnya fasilitas sarana dan prasarana tersebut serta penggunaan fasilitas umum akan menimbulkan dampak lingkungan ekonomi dan sosial yang tidak diinginkan.

6) Teknik pemilihan jenis tanaman dan jenis tanah

Pada pola penambangan terbuka. Setelah penambangan selesai dilakukan, perlu segefra dilakukan reklamasi dan revegetasi. Proses persiapan tanah untuk revegetasi tidak bisa dipisahkan antara jenis tanah yang ada dengan tenaman pilihan yang akan dikembangkan. Pemilihan jenis tanaman dimulai dengan pembibitan tanaman yang dipilih. Untuk wilayah terbuka bekas tambang kebanyakan dipilih tanaman yang cepat tumbuh dan mudah beradaptasi dengan kondisi lingkungan awal, jenis ini di antaranya adalah: sengon, kaliandra, johar, trembesi, angsana, mahoni, meranti, dll. Pembibitan ini adalah untuk tanaman pioner yang dalam penanamannya dilakukan pada teknik tertentu. Sebelum ini pada wilayah terbuka dilakukan

penamanan tanaman penutup tanah (cover crop), dalam banyak kasus

banyak digunakan tanaman jenis polongan (Berau Coal, 2008).

7) Teknik penutupan tambang yang baik

Berdasarkan Permen ESDM No 18 tahun 2008 tentang Reklamasi dan Penutupan tambang, penutupan tambang didefinisikan sebagai kegiatan yang bertujuan memperbaiki atau menata kegunaan lahan yang terganggu sebagai akibat dihentikannya kegiatan penambangan dan/atau pengolahan dan pemurnian untuk memenuhi kriteria sesuai dengan dokumen Rencana Penutupan Tambang. Penutupan tersebut secara teknis melalui tahapan dan pelaksanaan kegiatan sebagai berikut:

a. pembongkaran fasilitas tambang; b. reklamasi lahan bekas fasilitas tambang; c. pembongkaran dan reklamasi jalan tambang; d. reklamasi lahan bekas tambang permukaan; e. reklamasi lahan bekas kolam pengendap;

f. pengamanan semua bukaan tambang yang berpotensi bahaya terhadap

manusia (shaft, raise, stope, adit, decline, pit, tunnel, final void, dan lain-lain);

8) Pengawasan rutin oleh pemerintah terhadap kegiatan operasi

pertambangan

Terhadap setiap kegiatan yang ada agar berjalan sesuai dengan aturan dan koridor yang sesuai dengan pembangunan berkelanjutan, pemerintah berkewajiban melakukan pengawasan secara rutin. Pengawasan tersebut dilakukan oleh personil pengawas dan inspektur tambang yang telah dilatih dan diangkat oleh pemerintah. Pengawasan yang dilakukan terhadap seluruh rencana kegiatan, mulai dari yang tercantum dalam AMDAL, studi kelayakan, RKAB dan RKTTL. Terhadap seluruh rencana yang sudah disepakati dan disetujui tersebut dilakukan pemantauan, pengawasan dan pembinaan dalam pelaksanaannya secara rutin.

9) Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan.

Tumbuhnya industri pertambangan di seluruh wilayah perlu didukung dengan keberadaan para inspektur tambang yang memiliki kewenangan mulai dari pengawasan, pemantauan, penindakan sampai kepada penghentian operasi terhadap tambang yang melanggar ketentuan

lingkungan seperti pelanggaran ketentuan tingkat operasi produksi, jaminan reklamasi dan lain-lain. Pengawasan terhadap ketaatan perusahaan pertambangan dalam melakukan kewajibannya dalam pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup secara rutin dilakukan oleh petugas Inspektur Tambang (IT). IT ada baik di instansi pusat maupun. Tugas IT adalah melakukan inspeksi, penyelidikan kasus dan kejadian pencemaran lingkungan, pengujian terhadap kondisi lingkungan dan saran perlindungan lingkungan. Dalam prakteknya para IT akan membandingkan antara rencana dan realisasi kegiatan lindungan lingkungan. Bila terjadi pelanggaran, IT memiliki kewenangan untuk menyetop sementara kegiatan pertambangan tersebut. Permasalahan yang muncul saat ini adalah keterbatasan jumlah IT, sehingga seringkali hal ini menjadi kendala dalam penanganan kasus-kasus lingkungan hidup dari pertambangan di daerah. Idealnya satu IT menangani hanya 5 IUP, sehingga bila di daerah tersebut ada 50 IUP, minimal perlu ada 10 IT.

10) Keberadaan program pengembangan teknik konservasi

Konservasi dalam kegiatan tambang mengandung pemahaman penggunaan yang efisien, pengelolaan yang hati-hati dan perlindungan jangka panjang. Dalam konteks ini, maka menjadi penting untuk meletakan program dan rencana konservasi yang sesuai dalam penambangan yang dilakukan. Keberadaan program dan rencana ini menjadi sangat penting dalam konteks pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti batubara dan mineral. Program ini perlu dicantumkan dalam dokumen tambang mulai dari AMDAL, RKAB dan RKTTL.

11) Teknik penghitungan sumberdaya dan cadangan

Perusahaan pertambangan perlu menerapkan metode dan teknik penghitungan sumberdaya dan cadangan yang tepat agar sumberdaya dan cadangan yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Sumber daya batubara merupakan endapan batubara yang tingkat keyakinan geologinya terbagi menjadi beberapa kelas, mulai dari sumberdaya hipotetik, terindikasi, terunjuk dan tereka. Secara keekonomian sumberdaya ini dapat meningkat menjadi cadangan setelah melalui tahapan eksplorasi secara kebih rinci dan dituangkan dalam suatu studi kelayakan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung sumberdaya batubara di daerah penelitian, termasuk metode pemodelan yang saat ini banyak digunakan. Pemakaian metode disesuaikan dengan kualitas data, jenis data yang diperoleh, dan kondisi lapangan serta metode penambangan.

Dari hasil analisis indeks keberlanjutan, serta analisis leverage seperti tertera pada Gambar 30 di bawah, terdapat 2 atribut yang secara jelas merupakan faktor sensitif terhadap indeks keberlanjutan dimensi infrastuktur dan teknologi, yaitu:

1. Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan (jalan angkut,

pelabuhan dan lain-lain), dengan nilai leverage 3,14.

2. Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan., dengan nilai leverage

Gambar 30 Leverage atribut keberlanjutan dimensi infrastruktur dan teknologi

6. Diagram Layang-layang, Keberlanjutan Multidimensi, dan Faktor