• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Penetapan Faktor Kunci untuk Keberlanjutan Pertambangan

Untuk penetapan penyusunan model keberlanjutan peberlanjutan pertambangan batubara perlu disusun prioritas tertinggi atas faktor sensitif yang telah diperoleh. Struktur sistem elemen model kebijakan pertambangan batubara yang berkelanjutan dianalisis dengan metode ISM dan hasil analisis MDS serta wawancara pakar terhadap tingkat hubungan terhadap 10 elemen/faktor utama sebagaimana pada Tabel 18 yang menjadi faktor sensitif dan pengungkit dalam membuat kebijakan yaitu 1) Tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem, 2) Pengaruh Terhadap pendapatan perusahaan, 3) Biaya pemeliharaan kerusakan lingkungan, 4) Program ekonomi untuk rakyat pada pascatambang, 5) Penciptaan peluang usaha baru, 6) Pengembangan masyarakat selama kegiatan pertambangan, 7) Permasalahan ganti rugi lahan, 8) Penegakan hukum terhadap pelanggaran aspek lingkungan, 9) Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan, 10) Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan.

Nilai Statistik Ekologi Ekonomi Sosial Hukum Infrastruktur dan Teknologi Multi dimensi Stress 0,15 0,14 0,15 0,14 0,14 0,14 R2 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 Jumlah Iterasi 2 2 2 2 2 2

Faktor pengungkit tersebut merupakan elemen kelompok kebutuhan penetapan faktor pengungkit dalam model kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara. Hasil analisis dengan sistem ISM berupa Matriks Driver power-dependence untuk elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit dapat dilihat pada Gambar 32.

Gambar 32 Matriks driver power-dependence elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit

Penilaian pakar terhadap hubungan kontekstual antar elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit dilakukan dengan pendekatan V, A, X dan O. Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh hubungan langsung dan tingkat hirarki kontribusi dalam kebutuhan penetapan faktor pengungkit. Setiap nilai pendapat pakar individual dilakukan agregasi untuk mendapatkan nilai pendapat gabungan.

Berdasarkan hasil olahan tersebut didapatkan nilai driver-power (DP) dan nilai dependence (D) untuk menemukan klasifikasi elemen. Secara garis besar klasifikasi elemen tersebut digolongkan dalam empat sektor yaitu (Eriyatno 2003):

a. Sektor I: Weak driver-weak dependent variabels (AUTONOMUS). Sub-

elemen yang masuk dalam sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, dan mungkin mempunyai hubungan sedikit, meskipun hubungan tersebut bisa saja kuat. Faktor yang masuk dalam sektor ini adalah faktor nomor 7) Permasalahan ganti rugi lahan berada pada sumbu ketergantungan (sektor I) dengan daya pendorong (driver power) lebih rendah dan memiliki faktor kebebasan (independent) yang kuat. Artinya, faktor tersebut tidak berkaitan dengan sistem yang sedikit memiliki hubungan dalam kebijakan pengelolaan lingkungan pertambanagn batubara berkelanjutan, namun bisa saja kebijakan ini dapat memiliki hubungan yang kuat.

b. Sektor II: Weak driver-strongly dependent variabels (DEPENDENT).

Umumnya sub-elemen yang masuk dalam sektor ini adalah sub-elemen yang tidak bebas. Faktor yang masuk dalam sektor ini adalah faktor nomor

Driver Power  10 1 SEKTOR IV SEKTOR III

(DP) 9 8,9,10 8 7 6 3,4, 5,6 5 4 3 7 2 2 1 SEKTOR I  SEKTOR II    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Dependence (D)

2) Pengaruh Terhadap pendapatan perusahaan berada pada sumbu ketergantungan dengan daya pendorong lebih rendah dan memiliki kebergantungan (dependence) yang kuat. 

c. Sektor III: Strong driver-strongly dependent variabels (LINKAGE). Sub- elemen yang masuk dalam sektor ini harus dikaji secara hati-hati, sebab hubungan antar sub-elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub-elemen akan memberikan dampak terhadap sub-elemen lainnya dan pengaruh umpan baiknya dapat memperbesar dampak. Faktor yang masuk dalam sektor ini berupa faktor nomor 3) Biaya pemeliharaan kerusakan lingkungan, 4) Program ekonomi untuk rakyat pada pascatambang, 5) Penciptaan peluang usaha baru, 6) Pengembangan masyarakat selama kegiatan pertambangan merupakan empat sub- elemen yang berada pada sektor III yaitu mempunyai kekuatan penggerak yang besar terhadap keberhasilan kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara berkelanjutan dan dependen yang besar

d. Sektor IV: Strong driver-weak dependent variabels (INDEPENDENT). Sub- elemen yang masuk dalam sektor ini merupakan bagian sisa dari sistem dan disebut perubah bebas. Faktor yang masuk dalam sektor ini adalah faktor nomor 1) Tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem, 8) Penegakan hukum terhadap pelanggaran aspek lingkungan, 9) Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan, dan 10) Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan (sektor IV), yang merupakan daya dorong dan faktor kunci dalam penetapan faktor pengungkit untuk kebijakan pengelolaan pertambangan batubara.

Berdasarkan hasil analisis tingkatan kebijakan yang didapat dengan teknik ISM menghasilkan lima tingkat hirarki yang terdiri dari sepuluh faktor. Struktur tingkatan level elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit dapat dilihat pada Gambar 33.

 

Gambar 33 Struktur tingkatan level elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit Tingkat 1 2 3 4 5 3 10 9 8 1 6 2 7 5 4 Legenda :

1. Tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem,

2. Pengaruh Terhadap pendapatan perusahaan,

3. Biaya pemeliharaan kerusakan lingkungan,

4. Program ekonomi untuk rakyat pada pasca tambang,

5. Penciptaan peluang usaha baru, 6. Pengembangan masyarakat selama

kegiatan pertambangan, 7. Permasalahan ganti rugi lahan, 8. Penegakan hukum terhadap pelanggaran

aspek lingkungan,

9. Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan,

10.Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan.

Sub-elemen 1) Tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem berada pada level lima yang merupakan peringkat pertama. Sub-elemen yang berada pada level empat dan merupakan peringkat kedua adalah 8) Penegakan hukum terhadap pelanggaran aspek lingkungan, 9) Keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan, 10) Keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan. Keempat sub-elemen tersebut merupakan faktor utama dalam kebutuhan pengambilan kebijakan berkelanjutan yang paling utama. Sub- elemen yang berada pada level tiga dan merupakan peringkat ketiga adalah 3) Biaya pemeliharaan kerusakan lingkungan, 4) Program ekonomi untuk rakyat pada pascatambang, 5) Penciptaan peluang usaha baru, 6) Pengembangan masyarakat selama kegiatan pertambangan. Sub-elemen yang berada pada level dua dan merupakan peringkat keempat adalah 7) Permasalahan ganti rugi lahan, dan Sub-elemen yang berada pada level satu dan merupakan peringkat kelima adalah 2) Pengaruh Terhadap pendapatan perusahaan.

Berdasarkan analisis sektor dan gambar di atas, dapat dikatakan bahwa elemen kebutuhan penetapan faktor pengungkit terbagi menjadi empat sektor yang memiliki pengaruh yang berbeda-beda. Faktor yang memiliki peringkat tertinggi, yaitu pada hirarki tertinggi (level 5) pada sektor IV dan menjadi faktor kunci serta bisa menjadi motor penggerak terhadap sub elemen atau faktor lainnya. Faktor kunci ini yang terkait erat dengan aspek kebijakan dalam pelaksanaan kebijakan pengelolaan pertambangan batubara yang berkelanjutan adalah Tingkat Gangguan Kegiatan Pertambangan Terhadap Ekosistem. Namun untuk mengurangi tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem dalam pengelolaan lingkungan pertambangan batubara, perlu ada dukungan tiga faktor lainnya yang sama-sama dalam sektor IV, yaitu faktor pengungkit Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Aspek Lingkungan, Keberadaan SDM Pengawas/Inspektur Pertambangan, dan Sarana/Prasarana Pendukung Pertambangan. Ke empat faktor atau sub elemen ini memiliki daya pendorong yang sangat kuat atau dapat bertindak sebagai motor penggerak terhadap sub elemen yang lain. Selain itu, keempat sub elemen ini juga memiliki tingkat ketergantungan yang paling rendah atau independen.

Namun demikian dalam aplikasinya harus juga memperhatikan seluruh faktor yang ada di sektor III, karena mereka merupakan linkage atau memiliki keterkaitan.. Artinya faktor-faktor pengungkit yang berada pada sektor III akan menghasilkan suksesnya kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara berkelanjutan, dan sebaliknya lemahnya perhatian dari faktor tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar apabila terjadi kesalahan pengambilan kebijakan, sehingga setiap kebijakan tindakan yang diambil harus hati-hati dan rinci. Dengan demikian keberadaan sub elemen tersebut sangat bergantung pada sub elemen lainnya dalam kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara berkelanjutan.

Sub-elemen 7) Permasalahan ganti rugi lahan berada pada sumbu ketergantungan (sektor I) dengan daya pendorong (driver power) lebih rendah dan memiliki independent yang kuat. Artinya, faktor tersebut tidak berkaitan dengan sistem yang sedikit memiliki hubungan dalam kebijakan pengelolaan lingkungan pertambangan batubara berkelanjutan, walaupun kebijakan ini dimungkinkan juga memiliki hubungan yang kuat.

Valuasi Ekonomi Kegiatan Pertambangan di Wilayah Samarinda dan Sekitarnya