• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Skenario Kebijakan

a. Parameter Skenario Kebijakan

Pada bab sebelumnya telah dirumuskan parameter kunci atau faktor pengungkit untuk mendukung keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya. Dari analisis MDS diperoleh 10 faktor pengungkit dalam penyusunan kebijakan keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya. Berdasarkan analisis ISM dihasilkan pemeringkatan 10 faktor pengungkit tersebut. Peringkat pertama faktor pengungkit dalam penyusunan kebijakan keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya adalah tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem. Pada peringkat kedua, terdapat tiga faktor pengungkit yaitu penegakan hukum terhadap pelanggaran aspek lingkungan, keberadaan SDM pengawas/inspektur pertambangan, dan keberadaan sarana dan prasarana pendukung pertambangan. Peringkat pertama dan kedua dari analisis ISM ini adalah faktor yang paling menentukan untuk mendukung keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya.

Terdapat tiga set skenario yang disimulasikan dalam model sistem dinamik keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya, yaitu: skenario pesimis, moderat, dan optimis. Parameter skenario yang diujikan dengan menggunakan asumsi beberapa besaran berikut:

1) Persentase biaya reklamasi terhadap biaya total penambangan batubara per tahun.

2) Persentase dana pengembangan masyarakat terhadap pendapatan

perusahaan tambang batubara per tahun.

3) Penggunaan jalan umum

4) Tingkat keberhasilan pengembangan ekonomi lokal

Empat asumsi parameter skenario di atas merepresentasikan faktor pengungkit utama yang dapat dioperasionalkan untuk mendukung keberlanjutan tambang batubara di Samarinda dan sekitarnya. Persentase biaya reklamasi terkait dengan perbaikan tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem. Kegiatan pengembangan masyarakat dibawah kendali pemangku kepentingan, yaitu: pengusaha, pemerintah dan masyarakat dan dapat berpengaruh pada berhasilnya pembukaan ekonomi lokal. Keberadaan sarana dan prasarana diwajibkan untuk operasi tambang termasuk fasilitas jalan angkut, menjadi pendukung pertambangan dan akan mengurangi tingkat gangguan kegiatan pertambangan kepada masyarakat,

seperti gangguan polusi debu dan tanah, karena tidak menggunakan jalan umum. Tabel 38 disampaikan parameter skenario yang disimulasikan.

Tabel 38 Parameter skenario kebijakan

No Parameter Pesimis Moderat Optimis

i Persentase biaya reklamasi terhadap biaya total penambangan batubara per tahun

1,10% 1,20% 1,30% ii Persentase dana pengembangan

masyarakat terhadap biaya total penambangan per tahun

0,70% 0,85% 1,00%

iii Penggunaan jalan umum 2030 2025 2018

iv Tingkat keberhasilan pengembangan

kegiatan ekonomi lokal 1/3 1/2 3/4

Penjelasan parameter adalah sebagai berikut:

i. Persentase biaya reklamasi terhadap biaya total penambangan batubara per tahun akan berpengaruh pada besarnya pengurangan bukaan lahan pertambangan dan penambahan lahan hutan, yang berarti akan mengurangi gangguan kegiatan pertambangan terhadap ekosistem. Pada paramater moderat sebesar 1,2% menunjukkan persentase biaya reklamasi terhadap biaya total yang umumnya digunakan dalam kegiatan pertambangan, sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 479 K/30/DJB/2014 tentang Biaya Produksi untuk Penentuan Harga Batubara tahun 2014.

ii. Parameter persentase dana pengembangan masyarakat terhadap

pendapatan perusahaan tambang batubara per tahun akan berpengaruh pada pengembangan lapangan usaha baru di sekitar tambang, yang berarti mengurangi tingkat gangguan kegiatan pertambangan secara sosial dan ekonomi kepada masyarakat sekitar.

iii. Tingkat keberhasilan pengembangan ekonomi lokal adalah salah satu parameter yang amat penting yang terutama akan mempengaruhi tingkat keberlanjutan ekonomi. Berdasarkan rata-rata kondisi saat ini dari laporan pengembangan masyarakat, untuk asumsi moderat diasumsikan tingkat keberhasilan pengembangan ekonomi lokal rata-rata adalah 50% atau sebesar 0,5 dari program yang dikembangkan oleh perusahaan (LPEM FEUI, 2002; Hidayat, 2010; LPEM FEUI, 2012-2013; KJA, 2013; Irawan, 2013).

iv. Penetapan target tahun akhir penggunaan jalan umum untuk angkutan

batubara berpengaruh pada penyiapan sarana dan prasarana pendukung pertambangan, yang berarti juga akan mengurangi tingkat gangguan kegiatan pertambangan terhadap masyarakat sekitar. Berdasarkan hal tersebut:

1) pada skenario optimis, seluruh moda transportasi batubara sudah dilarang menggunakan jalan umum sepenuhnya pada tahun 2018. Untuk melaksanakan asumsi ini, perlu dilakukan persiapan teknis dari sejak dini.

2) pada skenario moderat. seluruh seluruh moda transportasi batubara tidak ada yang melewati jalan dan sarana prasarana umum setelah tahun 2025.

3) pada skenario pesimis, bisa terjadi bila terjadi kegagalan atau pengabaian terhadap aturan penggunaan larangan penggunaan jalan umum.

Seluruh asumsi yang digunakan di atas akan sangat berpengaruh terhadap tingkat keberlanjutan semua dimensi yang diujikan. Berdasarkan pada penetapan 3 set skenario ini serta 4 parameter skenario kebijakan seperti tertera di atas, pembahasan pada subbab sebelumnya termasuk dalam kategori skenario moderat, yaitu skenario dengan asumsi tercapainya peraturan dan kebijakan yang berlaku pada saat ini. Skenario pesimis, dengan asumsi tidak tercapainya sebagian kebijakan yang berlaku saat ini. Skenario optimis dengan asumsi tercapainya keadaan melebihi dari skenario moderat.

b. Perbandingan Luas Lahan Hutan

Salah satu parameter skenario yang diujikan adalah besarnya biaya reklamasi, dalam bentuk persentase biaya reklamasi terhadap biaya total. Pada saat ini, biaya reklamasi rata-rata adalah 1,2% dari biaya total, yang disebut sebagai skenario moderat. Untuk skenario optimis, persentase biaya reklamasi 1,3% dari biaya total. Persentase biaya reklamasi untuk skenario pesimis adalah 1,1% dari biaya total.

Perbedaan besarnya biaya reklamasi tersebut berakibat pada luas lahan tambang yang direklamasi menjadi lahan hutan. Pada Gambar 81 ditunjukkan perbandingan luas lahan hutan pada berbagai skenario.

Reklamasi merupakan salah satu kewajiban perusahaan pertambangan batubara yang harus dipenuhi. Setiap perusahaan tambang batubara harus mereklamasi lahan yang dibukanya untuk kegiatan tambang. Untuk itu, dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan dan penegakan hukum oleh pemerintah. Pada skenario pesimis nampak bahwa lahan hutan justru semakin berkurang, hal ini karena laju pembukaan lahan lebih cepat dibandingkan dengan kegiatan reklamasi.

Gambar 81 Lahan hutan pada berbagai skenario 1.750 1.800 1.850 1.900 1.950 2.000 2.050 2012 2016 2020 2024 2028 2032 L u as (h a) Pesimis Moderat Optimis

c. Perbandingan Kegiatan Ekonomi pada Kegiatan Pertambangan

Pengembangan ekonomi selama kegiatan pertambangan di sekitar wilayah pertambangan diskenariokan dalam bentuk parameter besarnya dana pengembangan masyarakat dan persentase keberhasilan program pengembangan ekonomi lokal. Pada Gambar 82 disampaikan perbandingan kegiatan ekonomi pascatambang pada berbagai skenario.

Pada saat ini besarnya dana pengembangan masyarakat oleh perusahaan pertambangan batubara di Samarinda sebesar 0,85% dari biaya produksi perusahaan. Angka ini disebut sebagai skenario moderat. Untuk skenario optimis, besarnya dana pengembangan masyarakat 1,0% dari biaya produksi perusahaan. Untuk skenario pesimis sebesar 0,7% dari biaya produksi perusahaan.

Kegiatan ekonomi pascatambang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akumulasi kegiatan ekonomi sepanjang berlangsungnya kegiatan pertambangan batubara. Kondisi yang terjadi di Samarinda, kegiatan pertambangan batubara bersinergi dengan kegiatan ekonomi lain yang terus mengalami pertumbuhan.

d. Perbandingan Valuasi Ekonomi

Pada tiga skenario yang diujikan, manfaat dari kegiatan pertambangan batubara mempunyai nilai yang sama, karena asumsi rencana produksi batubara untuk ketiga skenario tersebut sama. Besarnya reklamasi lahan untuk ketiga skenario tersebut berbeda. Akibatnya akan terjadi perbedaan nilai kerugian total. Sebagai contoh disini ditunjukkan perbedaan deplesi kayu dari berbagai skenario seperti pada Gambar 83.

Pada skenario pesimis deplesi kayu semakin besar, karena laju pembukaan lahan akibat kegiatan pertambangan dalam skenario ini lebih cepat daripada skenario yang lain. Pada skenario optimis, deplesi kayu dan

Gambar 82 Kegiatan ekonomi pada berbagai skenario - 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 1.600 2012 2016 2020 2024 2028 2032 (Ri b u U SD) Pesimis Moderat Optimis

kerugian lain akibat pembukaan hutan semakin menurun, karena kegiatan reklamasi lebih besar.

e. Perbandingan Polusi Debu

Pengangkutan batubara melalui jalan umum menyebabkan polusi debu, yang dapat mengganggu kesehatan warga sekitar. Terdapat tiga skenario pelarangan angkutan batubara melewati jalan umum, yaitu secara bertahap berkurang dan berakhir pada tahun 2030 untuk skenario pesimis, tahun 2025 untuk skenario moderat, dan tahun 2018 untuk skenario optimis (Gambar 84).

Gambar 83 Deplesi kayu pada berbagai skenario

Gambar 84 Perbandingan polusi debu batubara - 20.000 40.000 60.000 80.000 100.000 120.000 2012 2016 2020 2024 2028 2032 (Ri bu US D/ tahu n) Pesimis Moderat Optimis - 5 10 15 20 25 30 35 40 2012 2018 2024 2030 (ton/tahun) Pesimis Moderat Optimis

Pada saat ini sebagian perusahaan pertambangan pemegang izin IUP masih ada yang menggunakan jalan umum untuk pengangkutan batubara. Untuk pemegang izin PKP2B, penggunaan jalan dan prasarana umum hanya pada perlintasan. Gambar 83 menampilkan perbandingan proyeksi polusi debu yang diakibatkan oleh pengangkutan batubara melalui jalan umum pada berbagai skenario yang diujikan. Semakin lama pelarangan angkutan batubara melalui jalan umum, maka polusi debu akan berlangsung semakin lama dan dampak kesehatan terhadap warga sekitar semakin besar.

f. Perbandingan Indeks Keberlanjutan

Pada penelitian ini, indeks keberlanjutan kegiatan pertambangan batubara di Kota Samarinda dianalisis pada lima dimensi, yaitu: dimensi lingkungan, sosial, ekonomi, hukum serta infrastruktur dan teknologi. Indeks keberlanjutan multidimensi merupakan rata-rata dari kelima dimensi tersebut.

Perbandingan indeks keberlanjutan kegiatan pertambangan batubara di Samarinda untuk skenario pesimis, skenario moderat, dan skenario optimis disampaikan pada gambar-gambar berikut. Pada Gambar 85, disampaikan perbandingan dimensi lingkungan untuk berbagai skenario. Perbedaan nilai dimensi lingkungan antara ketiga skenario ini terutama dipengaruhi oleh perbedaan besarnya biaya reklamasi dari ketiga skenario.

Dengan skenario moderat, yaitu dengan biaya reklamasi yang terjadi saat ini, dimensi lingkungan sampai dengan tahun 2035 diproyeksikan sedikit meningkat. Dengan skenario pesimis, dimensi lingkungan sepanjang tahun simulasi nilainya di bawah 50%.

Pada Gambar 86, disampaikan perbandingan dimensi ekonomi untuk berbagai skenario. Perbedaan nilai dimensi ekonomi antara ketiga skenario ini terutama dipengaruhi oleh perbedaan besarnya dana pengembangan masyarakat dan keberhasilan dari pengembangan ekonomi pascatambang dari ketiga skenario. Faktor pengembangan ekonomi lokal adalah yang

Gambar 85 Dimensi lingkungan pada berbagai skenario - 20 40 60 80 100 2014 2018 2022 2026 2030 2034 Indeks Pesimis Moderat Optimis

menyebabkan bahwa indeks ekonomi pada semua skenario menjadi semakin membaik selama periode 2014-2035.

Berdasarkan pada contoh di atas, yang terkait dengan pengembangan ekonomi lokal antara lain adalah pengembangan kerajinan rakyat, home

industry, perikanan, peternakan, perkebunan, dll. Pada Gambar 87,

ditunjukkan perbandingan dimensi sosial untuk berbagai skenario. Perbedaan nilai dimensi sosial antara ketiga skenario ini terutama dipengaruhi oleh perbedaan besarnya dana pengembangan masyarakat dan keberhasilan dari pengembangan ekonomi pascatambang dari ketiga skenario. Ketiga skenario menunjukkan nilai dimensi sosial yang meningkat. Nilai indeks keberlanjutan dimensi sosial untuk ketiga skenario lebih besar dari 50%.

Gambar 86 Dimensi ekonomi pada berbagai skenario

Gambar 87 Dimensi sosial pada berbagai skenario - 20 40 60 80 100 2014 2018 2022 2026 2030 2034 Indeks Pesimis Moderat Optimis - 20 40 60 80 100 2014 2018 2022 2026 2030 2034 In deks Pesimis Moderat Optimis

Pada Gambar 88, ditunjukkan perbandingan dimensi hukum untuk berbagai skenario. Dimensi hukum ini dipengaruhi oleh atribut penyelesaian tumpang tindih lahan dan pengembangan masyarakat. Terdapat sedikit selisih dari skenario optimis, moderat dan pesimis. Peningkatan nilai dimensi hukum sampai dengan 100% berarti selesainya permasalahan tumpang tindih lahan dan ganti rugi lahan pada tahun tertentu.

Pada Gambar 89, disampaikan perbandingan dimensi infrastruktur dan teknologi untuk berbagai skenario.

Perbedaan nilai dimensi infrastruktur dan teknologi antara ketiga skenario ini dipengaruhi oleh perbedaan batas waktu penggunaan jalan umum untuk pengangkutan batubara. Peningkatan nilai dimensi infrastruktur dan teknologi sampai dengan 100% karena dengan

Gambar 88 Dimensi hukum pada berbagai skenario

Gambar 89 Dimensi infrastruktur dan teknologi pada berbagai skenario 20  30  40  50  60  70  80  90  100  2014 2018 2022 2026 2030 2034 Indeks Optimis Moderat Pesimis ‐ 20,00  40,00  60,00  80,00  100,00  2014 2018 2022 2026 2030 2034 In de k s Optimis Moderat  Pesimis

tersedianya jalan tambang pada tahun tertentu diasumsikan permasalahan prasarana tambang telah selesai.

Pada Gambar 90, diperlihatkan perbandingan indeks keberlanjutan multidimensi kegiatan tambang batubara di Samarinda untuk ketiga skenario.

Indeks Keberlanjutan ini merupakan rata-rata dari lima dimensi yang disebutkan di atas. Terlihat bahwa indeks keberlanjutan rata-rata lima dimensi semuanya menunjukkan peningkatan, sehingga semua skenario dapat dikatakan dapat mencapai tingkat keberlanjutan. Hal ini disebabkan pengaruh tumbuhnya ekonomi lokal, serta asumsi selesainya masalah infrastruktur dan hukum pada periode tertentu.