• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Perhitungan Bukaan Lahan Terganggu

Tahapan pertama dalam perhitungan valuasi ekonomi untuk kegiatan pertambangan adalah penentuan wilayah terdampak, yang dalam hal ini berupa wilayah bukaan lahan pada kegiatan pertambangan yang belum dilakukan reklamasi. Kegiatan pertambangan di wilayah studi seluruhnya dilakukan dengan cara open pit atau penambangan terbuka, yang dalam tahapan penambangannya harus dilakukan terlebih dahulu persiapan lahan berupa pekerjaan pembersihan lahan dari seluruh tanaman yang ada di atasnya disusul dengan kegiatan pengupasan tanah pucuk untuk ditimbun pada wilayah tertentu. Tanah pucuk tersebut akan dikembalikan pada tempatnya semula pada saat dilakukan revegetasi tanaman. Kegiatan pembukaan lahan untuk pertambangan tersebut akan memberikan dampak langsung ataupun tidak langsung berupa hilangnya fungsi dan manfaat hutan. Dampak tersebut akan menjadi biaya sosial yang dapat menjadi beban bagi masyarakat sekitar tambang apabila dampak tersebut tidak tertangani dengan baik, khususnya oleh para pelaku pertambangan. Peta lokasi wilayah studi ini seperti pada Gambar 35.

Gambar 35 Peta lokasi wilayah studi

PKP2B dan IUP memiliki karakteristik yang berbeda dari segi luasan dan waktu perizinan. PKP2B dalam hal ini PT. IBP dan PT. LHI memiliki luas wilayah yang cukup besar yaitu masing-masing sebesar 24.478 ha dan 21.270 ha dengan jangka waktu perijinan yang panjang, yaitu sampai dengan tahun 2035 untuk IBP dan tahun 2032 untuk LHI. IUP memiliki luasan yang jauh lebih kecil. PT. ECI dan PT. CEM memiliki luas sebesar 1.977 ha dan 1.680 ha, sedangkan PT. BRA dan PT. BEK memiliki luas yaitu 199 ha dan 196 ha. Jangka waktu

Kota Samarinda Keterangan 

1. Bara Energi Kaltim  (IUP) 

2. PT Insani Bara Perkasa (PKP2B) 

3. PT Energy Cahaya Industritam (IUP)  4. PT Cahaya Eneri Kaltim (IUP)  5. PT Buana Rizky Armea (IUP)  6, PT Lanna Harita  (IUP) 

operasi produksi ke-empat IUP inipun lebih singkat yaitu rata-rata selesai sampai tahun 2018. Berdasarkan data dan analisa dokumen studi kelayakan, PT. BRA dan PT. BEK pada tahun 2013 sudah memasuki tahap pascatambang. Dasar perhitungan berdasarkan cadangan dari masing-masing IUP tersebut. Pada tahun 2012 telah habis yang tertinggal sisa-sisa cadangan saja.Lahan bukaan yang menjadi wilayah studi dalam penelitian ini ada 8 (delapan), yaitu: 4 bukaan lahan dari PKP2B dan 4 bukaan lahan dari IUP yang terletak bersebelahan dengan PKP2B tersebut. PKP2B untuk studi yaitu IBP memiliki dua blok yaitu Simpang Pasir dan Sambutan, sedangkan LHI juga dua blok yang dinamakan dengan PIT 3 dan PIT 4. IUP untuk studi ini terdiri atas 4 lokasi IUP yang terletak berdekatan dengan blok PKP2B tersebut. IUP BEK terletak berdekatan dengan blok Simpang Pasir IBP dan IUP ECI terletak berdekatan dengan blok Sambutan IBP. IUP BRA berdekatan dengan blok LHI yang bernama PIT 4 dan IUP CEM berdekatan dengan blok LHI yang bernama PIT 3. Luas blok untuk pertambangan pada masing-masing PKP2B adalah 430 ha dan 764 ha untuk IBP dan 550 ha dan 1028 ha pada blok LHI. Blok IUP masing-masing dengan luas 196 ha untuk BEK, 116 ha untuk ECI, 199 untuk BRA dan 150 untuk CEM. Bukaan lahan pada daerah studi tahun 2012 disajikan pada Tabel 22.

Berdasarkan Tabel 21 nampak bahwa secara keseluruhan luas wilayah dari 8 (delapan) blok adalah 3.434,87 ha. Keseluruhan bukaan lahan pada 8 blok tersebut adalah 329,5 ha. Sebesar 173,45 ha atau sebesar 52,6% sudah dilakukan reklamasi. Sisanya seluas 156,07 ha atau 47,4% masih berupa lahan terbuka yang membutuhkan penanganan dan kegiatan reklamasi lebih lanjut serta menjadi fokus dalam perhitungan valuasi ekonomi dan kerugian akibat kegiatan pertambangan batubara.

Tabel 21 Bukaan lahan perusahaan tambang di wilayah studi tahun 2012

No Perusahaan Blok Luas PIT/Blok (ha) Bukaan Lahan (ha) Lahan Belum Reklamasi (ha) Lahan Sudah Reklamasi (ha) PKP2B

1 IBP Simpang Pasir 430,00 33,06 20,33 12,73

Sambutan 764,00 50,05 17,46 32,59 2 LHI PIT 4 550,00 10,61 7,81 2,80 PIT 3 1028,00 18,68 11,88 6,80 Jumlah PKP2B 2772,00 112,40 57,48 54,92 IUP 1 BEK CEK 196,70 15,00 15,00 0,00 2 ECI Nadvara 116,27 62,34 51,83 10,51 3 BRA ECI 199,90 19,55 16,65 2,90 4 CEM BEK 150,00 120,23 15,11 105,12 Jumlah IUP 662,87 217,12 98,59 118,53 Jumlah keseluruhan 3.434,87 329,52 156,07 173,45

Berdasarkan hasil analisis, bahwa dalam kegiatan pertambangan sebagaimana digambarkan pada penjelasan sebelumnya seperti tertera pada Gambar 33, penilaian kondisi lahan pada saat tambang sedang beroperasi (aktif), apalagi dinilai dari tingkat kesuburan untuk vegetasi tentu tidak tepat. Penilaian akan tepat jika dilakukan pada lahan yang telah selesai ditambang atau ditimbun

(untuk kasus timbunan batuan penutup) dan dalam proses reklamasi. Dalam kasus ini dilakukan perhitungan valuasi ekonomi khususnya pada wilayah lahan terganggu yang sudah selesai ditambang. Kegiatan reklamasi pada tahapan ini adalah untuk mempersiapkan kondisi lahan mencapai tahap mature ketika terjadi pascatambang nantinya. Pelaksanaan reklamasi adalah sebagai kewajiban dalam kegiatan pertambangan baik itu selama ataupun selesai pertambangan. Reklamasi lahan dilakukan setelah tambang tersebut selesai digali dan kegiatan operasi produksi berpindah ke lokasi berikutnya pada suatu urutan penambangan. Pelaksanaan reklamasi yang dilakukan oleh pelaku usaha pertambangan mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang serta Peraturan Menteri ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara. 

Pada dasarnya lahan yang terganggu oleh kegiatan pertambangan telah dialokasikan untuk kegiatan pertambangan sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diterima sesuai dengan kajian AMDAL. Serta fungsi lahan harus dikembalikan atau dimanfaatkan kembali sesuai dengan kesepakatan para pihak yang terkait, yaitu: pihak perusahaan, pemerintah dan masyarakat setempat.

Sebagai catatan, umumnya para pelaku pertambangan pada saat melakukan

land clearing, tanaman tumbuh yang ada dipermukaan tanah, khususnya pohon kayu digunakan untuk keperluan sendiri. Pohon kayu sisa hasil tebangan tersebut biasanya hanya ditumpuk atau ditimbun kembali. Hal-hal berikut telah dilakukan sebelum dilakukan land clearing berupa penebangan pohon, yaitu:

1) Pengurusan IPPKH apabila daerah yang dilakukan tersebut merupakan

wilayah hutan produksi. Kewajiban yang dikenakan terhadap pelaku pertambangan atas izin IPPKH yang diberikan adalah melakukan penanaman kembali pada bukaan lahan terganggu dengan jenis tanaman tertentu, dan melakukan rehabilitasi atas DAS (daerah aliran sungai) yang ditentukan oleh pemberi izin IPPKH, yaitu Kementerian Kehutanan.

2) Kompensasi biaya untuk melakukan kegiatan di wilayah hutan tersebut, di antaranya adalah:

- membayar dana reboisasi sebesar US$ 16/m3;

- membayar provisi sumberdaya hutan (PSDH) sebesar 10% x harga patokan; - penggantian nilai tegakan kayu sebesar 100% x harga patokan.

Secara keseluruhan butir-butir di atas dilaksanakan sejalan dengan pelaksanaan PP 10/2010 tentang tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan Dan Fungsi Kawasan Hutan dan PP 12/2014 tentang Jenis Dan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berasal Dari Penggunaan Kekayaan Hutan Untuk Kepentingan Pembangunan di Luar Kegiatan Kehutanan Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan.