• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedatangan kedua anak di Perancis

D

alam tahun 1979, di airport Roissy saya bertemu untuk pertama kalinya dengan Iwan, yang waktu itu berumur delapan belas tahun. Sudah tentu, ia tidak kenal saya. Tetapi saya mengenalnya, karena pernah melihat fotonya, yang dibawa oleh ibunya sebelumnya.

Perjumpaan kembali antara bapak-anak yang sudah lama tidak pernah bertemu ini tentu saja menimbulkan perasaan yang mudah dibayangkan. Demikian juga halnya ketika saya, untuk pertama kalinya, bertemu kembali dengan Budi dalam tahun 1983 di Paris. Waktu itu ia sudah berumur delapan belas tahun juga. Ia saya tinggalkan ketika masih berumur satu tahun. Jadi, ia sama sekali tidak pernah mengenal bapaknya, sampai hari itu. Kedatangannya di airport Paris kami jemput berdua dengan Iwan. Dengan kehadiran mereka berdua di Paris, maka terjalinlah kembali keluarga saya seutuhnya. Kedatangan kedua anak ini juga melalui proses dan banyak persiapan. Kontak-kontak dan persahabatan yang sudah dijalin melalui berbagai kegiatan sejak kedatangan saya di Paris telah memberikan bantuan untuk langkah kemudian. Pentingya penggalangan persahabatan di berbagai kalangan ini lebih-lebih lagi terasa ketika timbul masalah-masalah kehidupan keluarga yang perlu dipecahkan. Setelah dapat berhubungan kembali dengan istri saya, maka pendidikan lanjutan anak-anak menjadilah soal yang perlu kami tangani. Sebab, untuk biaya studi Iwan di ITB memerlukan biaya yang besar dan berat untuk dipikul sendiri oleh istri. Ditambah

lagi dengan biaya pendidikan untuk Budi yang juga sudah memasuki ITB. Waktu itu, walaupun gaji saya di Kementerian Pertanian juga kecil, tetapi sudah berketetapan hati untuk meneruskan pendidikan kedua anak kami itu. Sebagai langkah pertama, saya datangkan Iwan, untuk meneruskan pelajarannya di Perancis, dan meninggalkan ITB.

Pertemuan kembali dengan Iwan terjadi ketika saya masih bekerja di Kementerian Pertanian dan masih tinggal di apartemen HLM di Soisy sous Montmorency. Setelah belajar bahasa Perancis satu tahun, kemudian Iwan masuk di Universitas Paris XIII di Villetaneuse yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah. Sejak itulah Iwan melihat kegiatan-kegiatan bapaknya yang bermacam-macam, antara lain mengenai Tapol, Timor Timur, Filipina dan lain-lain. Di rumah ini jugalah diterima banyak tamu, baik yang berbangsa lain maupun teman-teman Indonesia sendiri.

Kedatangan Budi terjadi ketika kami sudah pindah ke Noisy Le Grand, dan sesudah mendirikan Restoran Indonesia. Waktu itu, di rumah juga masih tinggal banyak teman-teman Indonesia yang silih berganti berdatangan dari Moskow, RRT, Albania, dan juga kawan-kawan dari Malaysia.

Sebagai bapak, saya merasa lega bahwa pada akhirnya bisa mengusahakan kedua anak ini dapat melanjutkan pelajaran mereka di Universitas di Perancis. Dan juga merasa senang bahwa sudah bisa meneruskan daya upaya istri saya (dan keluarga istri saya lainnya) untuk membesarkan dan mengurus pendidikan kedua anak ini selama saya tinggalkan begitu lama, yang disebabkan oleh situasi. Tanpa kehadiran saya, kedua anak ini telah berhasil lulus ujian masuk ke ITB, suatu ukuran yang baik tentang pendidikan dan pelajaran mereka.

seriusnya penanganan istri saya terhadap pendidikan kedua anak ini ketika mereka masih kecil dan menjelang remaja, walaupun menghadapi keadaan yang sulit.

Ketika sudah berkumpul kembali dengan kedua anak yang waktu itu sudah menjadi dewasa, saya merasa senang, sebagai bapak, melihat bahwa mereka berdua mempunyai sikap kehidupan (life style) yang cukup baik. Mereka berdua rajin belajar, bersikap baik terhadap orang dan hormat kepada bapak ibunya, tidak royal, suka hidup sederhana. Lega juga hati kami melihat mereka tidak terjerumus ke dalam jalan yang bisa menyesatkan. Saya menyadari bahwa pertemuan kembali dengan mereka adalah sesudah perpisahan yang lama sekali. Bolehlah dikatakan bahwa kami belum saling mengenal sebelumnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu proses untuk pengenalan kembali dan adaptasi. Dan karena mereka sudah dewasa, maka saya juga perlu mengambil sikap yang sepadan.

Sebagai bapak, saya merasa senang juga melihat bahwa kedua anak kami suka bekerja keras atau tekun. Sebab, dari pengalaman saya sendiri sudah terbukti bahwa, biasanya, hanya dengan tekad keras dan ketekunan yang membaja sesuatu bisa dicapai. Kegiatan saya menjelang tua dengan menerbitkan Chine Express juga menunjukkan bahwa dengan kegigihan yang luar biasa barulah penerbitan ini bisa hidup terus selama kurang lebih sepuluh tahun, walaupun dengan mengalami berbagai kesulitan yang tidak sedikit.

Dari praktek kehidupan sehari-hari dan dengan kegiatan saya yang bermacam-macam mereka melihat sendiri bahwa bapak mereka mempunyai langgam hidup tertentu. Dari sini mereka mungkin melihat pentingnya mempunyai kebiasaan hidup sederhana dan hemat, tetapi tidak perlu segan-segan

mengeluarkan biaya kalau memang diperlukan. Mempunyai kemauan yang keras dan tekun memperjuangkan sesuatu usaha atau rencana adalah syarat keberhasilan yang penting. Suka menolong orang dan bersikap baik terhadap orang adalah juga hal yang sudah ternyata sekali berguna untuk diri sendiri.

Secara tidak langsung, saya juga selalu berusaha untuk menunjukkan bahwa sikap rendah hati adalah hal yang dihargai orang. Ini saya rasakan dalam praktek melalui berbagai kegiatan. Walaupun sudah mengalami berbagai peristiwa yang penting atau memperoleh prestasi-prestasi tertentu, saya tidak menyombongkannya. Membual adalah hal yang tidak baik, karena akibatnya sering negatif. Kita sendiri tidak suka melihat orang yang congkak, atau tak bersikap baik terhadap kita. Jadi kita harus juga jangan berbuat yang demikian terhadap orang lain.

Ketika memoire ini ditulis dalam tahun 1995, kedua anak kami ini sudah mempunyai pekerjaan. Dari pendidikan yang mereka peroleh, saya melihat bahwa mereka sudah punya pijakan baik untuk langkah-langkah kehidupan mereka selanjutnya. Ini semua membikin tenteram hati kami, sebagai orang tua.

Saya akan merasa senang dan lega, kalau dengan membaca catatan “Perjalanan Hidup Saya” ini, mereka akan lebih mengerti tentang bapaknya, dan tentang apa saja yang telah dialaminya sejak masa mudanya, dan apa yang dikerjakannya selama mereka ditinggalkan sampai dewasa. Mudah-mudahan, mereka juga lebih mengerti tentang apa yang sedang dikerjakan oleh bapak mereka sekarang ini, dan juga yang di kemudian hari.