• Tidak ada hasil yang ditemukan

KURANGNYA RASA KASIH SAYANG ORANG TUA

Dalam dokumen KOPI CAFE DAN CINTA Antologi Cerpen Beng (Halaman 179-185)

Erni Ferlina

Pada saat itu masih seperti biasanya merasa sendiri, sunyi, tanpa ada yang menemani. Hanya ditemani oleh rumah yang kosong serta barang-barang mewah. Aku seperti orang yang tidak mempunyai kasih sayang dari orangtua. Walaupun aku tahu mereka bekerja seperti itu untuk aku. Tapi apa gunanya semua itu? Jika mereka tidak tahu perasaanku seperti apa.

“Aku merasa seperti orang yang bodoh dan tidak berguna.” Kata Bunny

Oh iya kita kan belum kenalan nama aku Bunny sebenarnya sih itu nama panggilanku dan gak ada dinama asliku. Nama asliku Febrina Nurlitany. Gak ada kan. Aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang keluarga mampu. Beli apa saja bisa tinggal bilang pula.

Tapi sebenarnya bukan itu yang aku harapin. Bukan barang mewah, bukan mereka yang bisa kasih aku semaunya. Aku Cuma ingin satu dari mereka. Aku Cuma ingin mereka peduli dengan aku, kasih aku kasih sayang.

Malam haripun tiba saat ini orangtua Banny belum memberi kabar mereka pulang jam berapa. Saat lima menit kemudian telephonepun berbunyi

“Kriing....kring” “Hallo..” Kata Bunny

“Hallo Bunny ini mama. Maaf mama sama papa belum bisa pulang sekarang atau mungkin besok baru bisa pulang. Kamu tidak apa-apakan kalau dirumah sendiri.” Kata Mama Ira

“Kenapa itu kan sudah jadi keseharianku kan ma. Dirumah sendiri, sepi, cuman sama bibi.” Jawabnya dengan nada marah

“Mama sama papa minta maaf kalau sekarang belum bisa pulang.”

“Sudahlah ma aku capek sekarang terserah mama sama papa saja gak usah kalian peduliin aku.”

“Toot...toot..tott.”

Setelah telephone mati bunnypun pergi ketempat yang belum pernah bunny datangi sebelumnya. Diskotik itulah tempat yang sekarang bunny sering datangi setelah masalah dengan orang tuanya itu.

Pagi haripun datang sekitar pukul 07.00 wib orangtua Bunnypun datang. Dan pada saat orangtua Bunny datang Bunnypun tidak ada dirumah.

“Assalamu’alaikum” Kata Mama dan Papa

“Waalaikumu’salam” Jawab bibi sembari membukakan pintu. “Bi Bunny mana kok tumben jam segini belum kelihatan.” “Sebentar nyonya saya panggilkan dulu mungkin non Bunny masih dikamar.” Kata bibi sambil dilanjutkan menuju kamar bunny

Lima menit kemudian... “Maaf nyonya.”

“Kenapa bi?”

“Non Bunny nyonya.”

“Kenapa sama Bunny?” Mama Irapun bingung dengan kata bibi “Non Bunny tidak ada dikamarnya nyonya.” Jawab bibi dengan nada bingung

“Sudah kamu cari, sekitar kamarnya mungkin.”

“Tidak ada nyonya sudah saya cari kemana-kemana teman- temannyapun tidak tahu kemana non Bunny pergi nyonya.”

“Ya sudah kita tunggu saja barang kali sebentar lagi Bunny datang.” Kata mama sambil menenangkan hati kecilnya.

Dua jam mama menunggu akhirnya bunnypun pulang “Glekk” Suara gagang pintu yang berhasil Bunny buka.

“Dari mana kamu Bunny? Pergi kemana kamu?” Kata Mama Ira “Kenapa? Masih peduliin aku ya.” Kata Bunny dengan nada ketus “Iyalah kamu ini kan anak mama dan mama ini mama kamu. Gak mungkin kalau mama gak peduliin kamu.” Kata Mama

“Owh gak mungkin ya. Owh iya ya gak mungkin mama gak peduliin aku.”

“Iyalah mama sama papa kan bekerja untuk masa depan kamu juga.,”

“Tapi mama sama papa kemana selama ini? Kalian gak tahukan aku kenapa,aku lagi ngapain kalian tu gak sayang sama aku gak peduli sama aku. Kalian lebih senang sama kerjaan kalian masing-masing. Sayang sama kerjaan kalian. Kalian gak sayang aku lagi.” Kata Bunny sambil menangis

“Mama sama papa itu sayang sama kamu Bunny.” “Gak, kalian gak sayang Bunny.”

“Plaak.” Suara tangan Papa Aryo yang melayang mendarat di pipi Bunny

“Kamu tahu mama sama papa seperti ini buat kamu. Kamu tahu kan.” Tanya sang papa dengan amarah yang kuat

“Iya pa Bunny tahu itu semua buat Bunny. Tapikan gak begitu juga caranya.”

“Kamu itu masih kecil belum tahu apa-apa.” Kata papa

Bunnypun pergi menuju kamarnya sambil menangis. Diapun gak mau makan dan gak mau keluar kamar jika orangtuanya masih dirumah.

Malam haripun kembali datang.

Orangtua Bunnypun berpamitan kepada bibi untuk pergi dan menyuruh bibi untuk menjaga rumah.

“Bi saya dan tuan akan pergi keluar kota untuk mengurus pekerjaan disana. Tolong bibi jaga Bunny.” Kata Mama

“Baik nyonya saya akan jaga non Bunny.” Katanya

Setelah mama dan papa Bunny pergi bibipun kembali kebelakang untuk menyelesaikan pekerjaannya sebelum iya istirahat. Dan tanpa sepengetahuan bibi, Bunnypun keluar kamar dan akan pergi untuk kedua kalinya ke diskotik.

Dan saat Bunny sampai didiskotik dia mencoba untuk tetap berada disana sampai dia merasa senang. Setelah dia ketiduran pukul 04.00 pagipun berhasil membangunkan Bunny.

“Yaelah jam berapa sih ini. Jam segini kok udah ganggu aja.” Kata Bunny.

Setelah Bunny bangun, Bunnypun akhirnya pulang kerumah. Saat sesampainya dirumah Bunnypun langsung mengetuk pintu supaya bibi membukakan pintu untuknya.

“Tokk...took..tok” Bunnypun mengetuk pintu

“Iya sebentar, siapa sih pagi-pagi gini ngetuk pintu?” Jawab Bibi sambil menggerutu

“Took...tokk..tok” Ketukan kedua Bunny

“Iya sebentar, gak sabaran banget sih tu orang.” Jawab Bibi lagi “Tok...tokk..took bi.” Ucap Bunny sambil mengulangi ketukannya “Iya non.” Jawab Bibi

“Bukain pintunya bi aku mau masuk.” Kata Bunny “Iya non.” Jawab Bibi sambil membukakan pintu

Saat pintu itu dibuka bibipun kaget dengan kehadiran Bunny yang tiba-tiba ada diluar rumah. Padahal yang bibi tahu tadi malem Bunny masih berada dikamar dan gak mau keluar sama sekali.

“Non Bunny dari mana?” Tanya Bibi “Aku tadi habis pergi bi senang-senang.”

“Senang-senang bagaimana non?” Tanya Bibi dengan nada bingung

“Iya senang-senang apa bibi gak tahu. Aku ini kan dari diskotik bi senang-senang gitu deh.

Bibi pun kaget dengan perkataan Bunny. Akhirnya bibi pun lang sung membawa Bunny untuk langung masuk kedalam kamar nya.

“Sekarang non istirahat duluya. Bibi akan telphone orangtua non supaya pulang kerumah.”

“Biarin bi mereka sudah lupa sama aku, aku udah bukan anak mereka lagi. Mereka lebih mentingin kerjaan mereka daripada aku anaknya.” Katanya

“Tapi non?” “Sudahlah bi.”

malam hari.

Selang beberapa bulan mama dan papa Bunnypun pulang dari luar kota. Mereka pulang untuk sekedar menengok Bunny anak semata wayangnya. Tanpa mengabari orang rumahnya terlebih dahulu. Saat mereka masuk ternyata mereka mengagetkan bibi.

“Bi gimana Bunny? Dia sehatkan? dia gak kena apa-apakan?” Kata Mama Ira kepada bibi.

“Non Bunny sehat nyonya. Tapi ??” Kata bibi menghentikan pembicaraannya

“Tapi kenapa bi ngomong saja sama saya. Kenapa sama Bunny?” Tanya Mama Ira dengan cemas

“Non Bunny sekarang sering pulang pagi nyonya dan malam harinyapun non Bunny sering pergi diam-diam.” Jawab Bibi

“Memangnya Bunny kalau malam perginya kemana bi?” sahut Papa Aryo

“Emb nganu tuan nganu.” Jawab bibi dengan terbata-bata “Jawab saja bi jangan takut gitu.”

“Tuan nyonya beberapa bulan terakhir ini non Bunny sering pergi kediskotik.”

“Kenapa bisa begitu bi?”

“Kata non Bunny supaya senang tidak seperti dirumah.” Setelah mereka tahu. Mereka langsung menunggu Bunny pulang. Saat empatpuluh menit mereka menunggu akhirnya Bunnypun pulang.

“Tok..tok..tokk bi buka pintunya.” Kata Bunny “Glek darimana saja kamu?” Kata Mama Ira

“Dari main kenapa? Tumben pulang biasanya kalian gak peduli sama aku.”

“Plakk” Suara tangan papa Aryo yang kembali mendaratpun terlihat semakin keras.

“Ayo lagi. Gak usah berhenti.”

Setelah itu Bunnypun langsung pergi kekamar untuk menghindari orangtuanya

“Kalian itu gak taukan kenapa aku begini. Seharusnya kalian tanya dulu kenapa aku begini.” Kata Bunny dari dalam kamarnya

kalian itu gak pernah ada waktu buat aku. Kalian itu bisanya cuma kerja kerja dan kerja. Kalian tahu aku gak butuh semua itu gak butuh barang mewah, gak butuh uang banyak yang aku butuhin cuma satu kalian tahu apa itu? Kalian pasti gak tahu. Selama ini cuma ingin kasih sayang dari kalian berdua gak lebih. Tapi sayangnya kalian gak punya itu buat aku.” Kata Bunny sembari menyindir orangtuanya

Setelah Bunny berbicara seperti itu sepertinya mama dan papa Bunny sadar akan kesalahan mereka. Dan semenjak saat itu, sekarang mama dan papa Bunny sering menghabiskan waktu dirumah untuk bersama dengan anak semata wayangnya yaitu Bunny.

Dalam dokumen KOPI CAFE DAN CINTA Antologi Cerpen Beng (Halaman 179-185)