• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARA PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

7.1 Lembaga Eksekutif

Lembaga eksekutif, khususnya birokrasi pemerintah pada beberapa ke men-teri an memiliki peran penting dalam pelaksanaan kebijakan publik. “Bureaucracies are dominant in the implementation of programs and policies and have varying degrees of importance at other stages in the policy process”.82

80 Samodra Wibawa, Kebijakan Publik, Proses dan Analisis, Intermedia, Jakarta, 1994, hal. 37.

81 Solahuddin Kusumanegara, Model dan Aktor Dalam Proses Kebijakan Publik, Gava Media, Yogya-karta, 2010, hal. 100.

82 Randall B. Ripley and Grace A. Flanklin, Policy Implementation and Bureaucracy, The Dorsey Press, Chicago-Illinois, 1986, page. 31.

7.1.1 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR) adalah leading sector penyelenggara kebijakan pembangunan perumahan rakyat, termasuk PSR. Dalam tinjauan sejarah, cikal bakal pembentukan kementerian ini sudah ada sejak tahun 1947 dengan nama ‘Balai Perumahan’. Dalam perjalanan waktu dan per-gantian rezim pemerintahan, lembaga ini telah mengalami tujuh kali perper-gantian sebelum akhirnya berganti nama menjadi Kemen PUPR.

Dalam perspektif pelaksanaan PSR, peran Kemen PUPR sangat penting yaitu sebagai pembuat kebijakan pelaksanaan, pelaksana, dan pengevaluasi kebijakan. Po-sisi kementerian ini sangat strategis yaitu sebagai pintu masuk dalam penyelenggara-an berbagai program pembpenyelenggara-angunpenyelenggara-an perumahpenyelenggara-an rakyat, termasuk PSR. Kondisi nya berbeda dengan penanganan perumahan sebelumnya dibawah kementerian nega-ra (Kemenpenega-ra) yang lebih berpenega-ran sebagai pembuat kebijakan perumahan. Kemen PUPR mempunyai kewenangan yang jauh lebih besar karena disamping dukungan anggaran yang cukup besar dari APBN 2014-2015 yaitu 116,8 triliun Rupiah, juga bertindak sebagai pelaksana dalam penyelenggaraan PSR.

Meskipun Kemen PUPR sebagai pintu masuk dalam penyelenggaraan pe-rumahan rakyat, nampaknya lembaga ini tetap kesulitan dalam mengatasi back-log perumahan. Hal ini terkait dengan alokasi anggaran di kementerian ini lebih banyak untuk kegiatan ke PU-an seperti pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, pelabuh an dan lain sebagainya. Sebagai akibatnya, alokasi dana perumahan tidak mencukupi untuk pembiayaan sejumlah rumah yang telah ditargetkan oleh pe merintah melalui Kemen PUPR.

7.1.2 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional

Menurut Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), Ferry Mursyidan Baldan, kementerian yang baru ini dimaksudkan untuk mengintregasikan aspek tanah dan aspek penataan ruang. Oleh karena itu, kementeri-an ATR/BPN merupakkementeri-an pelaku penting dalam pelakskementeri-anakementeri-an PSR terutama berkaitkementeri-an perannya dalam pengaturan tata ruang dan penyediaan tanah yang kini masih menjadi kendala program PSR. Suatu kenyataan PSR mengalami hambatan dalam pelaksanaan-nya, seperti dikatakan oleh Ketua Umum Apersi, Eddy Ganefo ”Ada tujuh hambatan mulai hambatan fisik terkait lahan yang cenderung mahal, pro sedur pembebasan lahan yang belum kondusif, dan tata ruang. Kemudian hambatan hukum dan perundang-

undangan, organisasi, politik, pembiayaan atau dana, dan hambatan SDM.83

83 Eddy Ganefo (2015). “Ini Tujuh Hambatan Pelaksanaan Program Sejuta Rumah”. http://www. housing-estate.com/read/2015/04/15/ini-tujuh-hambatan-pelaksanaan-program-sejuta-rumah/. Diakses 15 Desember 2015.

Menyimak penataan ruang dan tanah masih menjadi kendala dalam implementasi PSR, maka Kementerian ATR/BPN harus memiliki keberanian dalam pembuatan, pelaksanaan, dan pengawasan regulasi di bidang penataan ruang dan pertanahan. Regulasi yang diperlukan adalah pemangkasan perijinan pengadaan tanah, kemudah an sertifikasi tanah, pembebasan lahan, reforma agraria, dan lainnya. Di samping itu, pemerintah lewat Kemen ATR/BPN harus benar-benar melaksanakan tiga program prioritas yang telah ditetapkan yaitu peningkatan kualitas penataan ruang, peningkat an kualitas pelayanan, dan peningkatan penanganan sengketa pertanahan. Apabila ini dapat dilaksanakan dengan baik maka pelaksanaan PSR akan berhasil.

7.1.3 Kementerian Dalam Negeri

Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memiliki peran yang penting dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan rakyat di daerah, termasuk PSR. Hal ini terlihat dari fungsi yang harus dilaksanakan oleh satuan unit operasional Kemen-dagri, yaitu Ditjen Bina Pembangunan Daerah yang menyelenggarakan: a) perumus-an kebijakperumus-an di bidperumus-ang pembinaperumus-an pembperumus-angunperumus-an daerah; b) pelaksperumus-anaperumus-an kebijak-an di bidkebijak-ang pembinakebijak-an pembkebijak-angunkebijak-an daerah; c) penyusunkebijak-an norma, stkebijak-andar, pro sedur dan kriteria di bidang pembinaan pembangunan daerah; d) pemberian bim bingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan pembangunan daerah; e) pelaksanaan penyerasian dan pengendalian di bidang pembinaan pembangunan daerah; f) pelaksanaan administrasi Direktorat Jendral Bina Pembangunan Daerah.84

Berdasarkan fungsi pada Ditjen Bina Pembangunan Daerah tersebut, maka terlihat bahwa Kemendagri merupakan pelaku politik pelaksanaan kebijakan pem-bangunan perumahan rakyat, termasuk PSR. Keberhasilan pelaksanaan PSR sangat dipengaruhi oleh sejauhmana Kemendagri lewat Ditjen Bina Pembangunan Daerah menjalankan fungsinya terkait dengan pelaksanaan PSR. Di sini, Kemendagri ber sama kementerian lain harus mampu membuat regulasi agar pemerintah daerah mem-berikan kemudahan perijinan bagi pengembang perumahan, khususnya bagi MBR. Kemudahan perijinan itu meliputi Ijin lingkungan Setempat, izin Rencana Umum Tata Ruang, Izin Pemanfaatan Lahan, Izin Prinsip, Izin Lokasi, Izin Badan Lingkungan Hidup, Izin Dampak Lalu Lintas, Izin Pengesahan Site Plan dan Izin Mendiri kan Bangun an (IMB), serta Sertifikat Laik Fungsi (SLF).

84 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Dalam Negeri.

Peran penting Kemendagri bersama kementerian lainnya dalam rangka men-dukung percepatan penyelenggaraan perumahan rakyat di daerah terletak pada

kemampuan melakukan tugas dan tanggungjawabnya85 dalam:

a. Melakukan pendataan PNS di lingkungan Kementerian Dalam Negeri baik pusat maupun daerah terhadap kebutuhan perumahan sesuai dengan priori-tas kebutuhan;

b. Bekerja sama dengan Kementerian PU dan Perumahan dalam rangka sosiali-sasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan dan program pembangunan rumah umum yang layak dan terjangkau bagi PNS di lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;

c. Mengidentifikasi aset lahan Kementerian Dalam Negeri yang bisa diperuntukkan bagi pengadaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

d. Mengoordinasikan Pemda untuk mengidentifikasi aset (lahan) Pemda yang bisa diperuntukkan bagi pengadaan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

e. Mengoordinasikan Pemda dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah untuk pengembangan perumahan dan kawasan permukiman;

f. Memasilitasi terwujudnya Badan Layanan Umum Daerah (BLU-D) Pembiayaan Perumahan.

Selain itu, untuk mendukung pelaksanaan PSR diperlukan kemampuan Kemendagri dalam memaduserasikan berbagai peraturan perundangan yang terkait dengan pembangunan perumahan yang saling tumpang tindih, melakukan koordinasi antarpemerintah daerah, memberikan bantuan pembangunan infrastruk-tur perumahan terhadap pemerintah daerah, dan lain sebagainya.

7.1.4 Kementerian Terkait Lainnya

Selain tiga kementerian yang telah dibahas tersebut, pelaksanaan PSR juga sangat dipengaruhi oleh pelaku pada beberapa kementeraian lain yang terkait, yaitu Kementerian Keuangan (KemenKeu), Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker), dan Kementerian Sosial (Kemensos). Peran Kementerian Keuangan yaitu terkait de ngan pengalokasian anggaran pembangunan perumahan rakyat atau PSR pada Kemen PUPR, penetapan harga rumah subsidi dan lain sebagainya. Khususnya dalam ke-bijakan alokasi anggaran untuk perumahan rakyat yaitu semakin besar Kemen PUPR mendapat jatah/alokasi anggaran dari KemenKeu, maka semakin memungkinkan

85 Hambatan dan Saran Solusi Program Pembangunan Sejuta Rumah TA 2015 – 2020 pada Segmen MBR – PNS (Makalah). Disajikan dalam Dialog Interaktif “Strategi Penguatan Peran Pemda dalam Rangka

Mensukseskan Program Sejuta Rumah di Daerah” dalam Acara MUBES I HUD Institute Tanggal 13-14 Januari

mendukung keberhasilan pelaksanaan PSR. Hal ini diperlukan ka rena pembangunan perumahan rakyat, termasuk PSR hingga saat ini masih ter kendala pada persoalan pendanaan pemerintah yang terbatas.

Kemenaker sebagai pelaku pelaksanaan PSR, keberadaannya berperan seba-gai regulator dalam penyelenggaraan kesejahteraan tenaga kerja (buruh dan kar-yawan) pada perusahaan swasta. Melalui peran kementerian ini dapat dipupuk dana dari perusahaan dan karyawan atau buruh untuk pembangunan perumahan baik rumah milik atau sewa. Peran institusi ini telah dibuktikan dengan banyak dibangun-nya rusunawa bagi pekerja di beberapa kota besar di Indonesia, seperti kota Jakarta, Surabaya, Medan, Batam, dan lainnya. Sementara, Kemensos, berperan melaksana-kan pembangunan rumah bagi masyarakat miskin/papa yang menjadi tanggung jawab pemerintah. Jenis rumah yang dibangun Kemensos adalah rumah deret, rumah panti, rumah singgah, dan lain-lain.