• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Sejuta Rumah: Program Prestisius Pro Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Terhadap Perumahan Rakyat

5.1 Program Sejuta Rumah: Program Prestisius Pro Masyarakat Berpenghasilan Rendah

PSR yang digagas oleh kabinet kerja Pemerintahan Jokowi-JK telah mulai dilaksanakan sejak 29 April 2015. Saat itu, direncanakan sejuta unit rumah rakyat akan dibangun di 13 provinsi dan telah disiapkan tambahan anggaran untuk tahun 2015 sebesar 30 triliun Rupiah. Banyak kalangan masyarakat yang pro terhadap PSR yang lahir untuk mewujudkan visi-misi yang tertuang dalam Program Nawa Cita Pemerin-tahan Jokowi-JK di bidang peningkatan kualitas hidup (kesejahteraan) rakyat.

Salah satu contoh anggota masyarakat yang pro terhadap PSR adalah adanya dukungan dari Ketua Umum DPP REI, Eddy Hussy, yang menyatakan ”Kami mendukung dan optimis program sejuta unit rumah bagi MBR akan bisa dikejar. Namun, kami juga meminta pemerintah sebagai regulator betul-betul memiliki political will yang

jelas terkait dengan penyediaan hak bermukim sesuai dengan amanat konstitusi”.65

64 Susetyawan, “Harmoni, Stabilitas Politik dan Kritik Sosial” dalam Mohtar Mas’oed (ed), Kritik Sosial

dalam Wacana Pembangunan, UII Press, Yogyakarta, 1997, hal. 3.

65 Eddy Hussy dalam Nur Salim “Save Perumahan MBR dan Program Sejuta Rumah”, HUD Magz Edisi 5,“Bekerja Merumahkan Rakyat, Program Sejuta Rumah”,Yayasan LP P3I, Jakarta, 2015, hal. 67.

Berikut ini dapat dikemukakan beberapa kalangan masyarakat dan lembaga pemerintah terkait yang bersikap pro terhadap PSR dan alasan yang mendasarinya, yakni:

a. PSR: Sebagai Program Strategis Nasional, Pemersatu Stakeholder, dan Mendorong Keserasian Regulasi

Keberadaan PSR yang telah digagas dan dilaksanakan oleh Pemerintahan Jokowi-JK perlu dihargai. Menurut penulis (Zulfi Syarif Koto), selaku Ketua LP P3I (The HUD Institute), terdapat tiga alasan penting untuk mendukung PSR, yaitu Pertama, PSR 2015 merupakan bagian daripada Program Strategis Nasional (Pasal 67 F UU Nomor 23/2014) bidang Perumahan. Kedua, PSR 2015 merupakan pemersatu pe-mangku kepentingan dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan rakyat sesuai azas kenasionalan (Pasal 2 UU Nomor 1/2011). Ketiga, PSR mendorong adanya keserasian regulasi dalam penyelenggaraan pembangunan perumahan rakyat mulai dari pusat sampai daerah.

Berdasarkan ketiga alasan penting tersebut, PSR harus didukung secara penuh oleh para pemangku kepentingan pembangunan perumahan. Sebagai program stra tegis nasional, pemerintah, dunia usaha dan masyarakat harus men-sukseskan program itu. PSR tidak boleh gagal agar setiap warga negara dapat terpenuhi hak mendapatkan tempat tinggal (rumah) yang layak huni untuk hidup dan kehidupan yang lebih manusiawi dan bermartabat. Di samping itu, kehadiran PSR apabila di selenggarakan berdasarkan landasan filosofis, lima pilar bernegara, berbangsa, bermasyarakat, landasan hakekat dasar dan kewajiban, dan landasan lima komponen dasar hak bermukim, penulis yakin dapat mempersatukan dan mendorong semua pemangku kepentingan bersinergi dan berkomitmen untuk mensukseskan implementasi PSR tersebut.

b. Penguatan Peran Pemerintah Daerah

PSR merupakan suatu kebijakan pemerintah yang sangat strategis bagi penguatan peran pemerintah daerah (Pemda). Hal ini dinyatakan oleh Kepala Pu-sat Kajian Perumahan dan Pengembangan Perkotaan Universitas Gadjah Mada, Prof. Budi Prayitno, ”Secara empiris, penyelenggaraan Program Sejuta Rumah dan Program 100-0-100 merupakan sebuah momentum yang tepat untuk melaksanakan penguatan peran pemerintah daerah. Mewujudkan percepatan pemenuhan hak bermukim dan

kesejahteraan papan nasional sangat membutuhkan peran pemerintah daerah”.66

66 Budi Prayitno, “Sinkronisasi Kepranataan Perumahan Rakyat di Era Otonomi Daerah”, HUDmagz,

Pernyataan Prayitno tersebut memperlihatkan dukungan bagi PSR yang diselenggarakan oleh Pemerintahan Jokowi-JK. Alasan adanya penguatan peran pemda dengan diselenggarakannya program ini adalah sangat rasional karena pembangunan rumah bagi pemenuhan hak bermukim dan kesejahteraan papan pada dasarnya dilakukan pada penduduk tiap daerah. Penguatan peran pemda dapat dilakukan melalui kebijakan yang telah dilaksanakan, seperti kebijakan pemberian bantuan dana dekonsentrasi dan dana alokasi khusus (DAK) perumahan.

c. Sektor Perumahan Memiliki Sumbangan Besar terhadap Produk Domestik Bruto

Beberapa pengamat perbankan juga mendukung terhadap PSR yang di-seleng garakan oleh pemerintah. Hal ini seperti dinyatakan oleh pengamat per-bankan, Achmad Deni Daruri “Perumahan memang sudah selayaknya mendapatkan du kungan maksimal dari pemerintah. Hambatan yang mengganjal program pem-bangunan perumahan harus diatasi”. Menurutnya, sektor perumahan memberikan kontribusi besar bagi produk domestik bruto (PDB) Indonesia”.67

Pernyataan Daruri tersebut memperlihatkan sikap pro terhadap PSR yang di-selenggarakan oleh pemerintah. Karena itu, dia meminta pemerintah harus mening-katkan anggaran untuk fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP). Menurutnya, jika sektor perumahan mengalami pertumbuhan yang positif, maka berdampak besar bagi 91 industri yang ada. Untuk itu, pemerintah harus memberikan tax holiday bagi sektor perumahan. Dampak peningkatan nilai tambah sektor perumahan sebesar satu persen akan meningkatkan nilai tambah ke PDB bruto secara kumulatif sebesar 9,53 persen. Namun, peningkatan itu dalam kurun waktu lima tahun, kata pengamat per-bankan yang juga President Director Centre of Banking Crisis (CBC) itu.

d. BTN Memiliki Teamwork yang Handal

Bank Tabungan Negara sebagai pilar pembangunan perumahan rakyat. Se-bagai bank pemerintah di bidang pembiayaan perumahan, BTN sangat mendukung kebijakan PSR, tanpa melihat berbagai kekurangan yang dialami pada program serupa yang diselenggarakan oleh pemerintahan sebelum Pemerintahan Jokowi-JK.

Dukungan itu disampaikan oleh Direktur Utama BTN, Maryono yang menya-takan, “Program sejuta rumah yang dicanangkan Presiden Jokowi pada 29 April 2015 silam, bagi sebagian orang, merupakan program yang ambisius alias sulit tercapai. Tapi bagi BTN, bank BUMN yang menjadi tulang punggung realisasi program ini, hal itu bukan tidak mungkin tercapai. Dengan didukung oleh teamwork yang handal di bidang 67 koran-Jakarta.com (2015). “Sejuta Rumah Harus Bebas Hambatan”, http://www.koran-jakarta.

pe rumahan, BTN tak gentar menjawab tantangan program itu. Dengan rekam jejak yang sangat baik di bidang perumahan, dirinya mengaku BTN siap berjibaku

meng-hantarkan program sejuta rumah ke gerbang kesuksesan”.68

Dengan adanya dukungan BTN sebagai bank pemerintah penyedia pem-biayaan pembangunan perumahan, maka PSR yang telah dilaksanakan pemerintah tidak mustahil dapat direalisasikan bagi masyarakat menengah ke bawah, terutama MBR dan MM.

e. Membantu Perusahaan Bangunan Lokal

Pembangunan perumahan memiliki multiplier effect bagi kegiatan sosial-ekonomi masyarakat. Demikian pula, pembangunan sejuta rumah oleh pemerin-tah dapat membantu tumbuh dan berkembangnya perusahaan bangunan lokal. Oleh karenanya, program ini banyak mendapat dukungan dari perusahaan swasta lokal yang memroduksi dan menjual bahan bangunan untuk perumahan. Hal ini di nyatakan oleh Pekik Haryadi, manajer penjualan PT. Rusli Vinilon Sakti, ”Dengan adanya program sejuta rumah yang dicanangkan oleh pemerintah membawa angin segar untuk perusahaan bangunan lokal. Perusahaannya ikut serta berpartisipasi di dalam program pembangunan sejuta rumah untuk rakyat, yaitu melalui Ditjen Cipta

Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.”69

Demikian pula, perusahaan pemroduksi eter (atap bebas asbes) di Gresik sangat mendukung PSR. Irwandi Wibisono seorang Chief Commercial Manager PT Eternit Gresik menyatakan bahwa ”PT. Eternit Gresik siap apabila pemerintah menggandeng perusahaannya dalam pembangunan proyek sejuta rumah. Perusahaannya sebelumnya telah menyumbangkan dana sebesar Rp200 juta per tahun yang diperuntukkan bagi

proyek renovasi perumahan untuk para nelayan”.70

Berdasarkan pernyataan dari kedua pimpinan pada perusahaan lokal ter sebut, dapat dikatakan bahwa PSR didukung secara penuh oleh perusahaan bangunan lokal. Adanya dukungan ini akan memiliki dampak positif bagi pemerintah dalam menyelenggarakan pembangunan perumahan rakyat di berbagai daerah.

68 suarakarya.id. (2015), ”Berjibaku Mewujudkan Sejuta Rumah”, http://www.suarakarya.

id/2015/11/11/berjibaku-mewujudkan-sejuta-rumah.html. Diakses tanggal 2 Desember 2015.

69 peluangproperti.com. (2015), “Sejuta Rumah Mendapat Dukungan Perusahaan Bahan Bangunan”. http://www.Peluangproperti.Com/berita/propeti/2015-06/5696/sejuta-rumah-mendapat-dukungan- perusahaan-bahan-bangunan. Diakses tanggal 2 Desember 2015.

f. Perumnas Mampu Bangun 33.500 Unit

Dukungan yang pro terhadap PSR juga datang dari pengamat perumahan dari Institut Teknologi Bandung (ITB), M. Jehansyah Siregar. Pada intinya dukungan Siregar terhadap program ini terkait pada kemampuan Perum Perumnas untuk membangun banyak rumah. Menurut penilaiannya, “Perum Perumnas masih sanggup membangun 33.500 unit rumah rakyat pada tahun 2015. Hal ini sepanjang mendapat dukungan permodalan. Butuh penyertaan modal negara (PMN) lebih dari Rp1 triliun untuk mewujudkan rencana tersebut. Dana sebesar Rp1 triliun sebaiknya menjadi stimulus oleh Perumnas untuk pembangunan perumahan MBR. Perumnas sedikitnya membutuhkan dana Rp 5 triliun jika harga per unit rumah MBR, termasuk lahan dan

bangunannya, seharga Rp200 juta”.71

Optimisme Siregar terhadap PSR Rumah dapat direalisasikan lantaran ada-nya fakta pada kemampuan Perum Perumnas membangun baada-nyak rumah selama ini. Namun, hal terpenting untuk dilakukan pemerintah yaitu perlu memperkuat kapasitas permodalan Perumnas mengingat seharusnya Perumnas bisa membangun 500 ribu unit rumah. Siregar berharap agar kelak Perumnas dapat menjadi lebih besar dari Housing Development Board/HDB Singapura. Perumnas harus bisa. Singapura itu hanya punya satu HDB dan kita harusnya bisa lebih hebat 10 kali dari yang seperti Singapura, karena negara ini begitu luas.