• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYELENGGARA PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

3. Bank Mandiri

7.5 Lembaga Swasta, Perbankan Swasta dan Lembaga Keuangan Non Bank

7.5.3 Lembaga Keuangan Non Bank

Lembaga keuangan non bank (LKNB) yang bergerak pada pembiayaan kredit perumah an sangat mendukung program sejuta rumah (PSR) yang sedang di laksanakan pemerintah. Jika banyak masyarakat memperoleh kemudahan mem-beli rumah dari LKNB, maka semakin banyak pula rumah yang dapat dibangun. Be-berapa lembaga keuangan non bank di antaranya BPR, Koperasi, dan Yayasan. Ketiga lembaga keuangan non bank ini dapat mendukung pelaksanaan PSR, khususnya

dalam penyediaan rumah non MBR.

a. Koperasi

Keterlibatan koperasi dalam penyaluran subsidi perumahan melalui KPR/ KPRS Bersubsidi merupakan pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/ PMK.02/2005 tentang Tata Cara Pencairan dan Pertanggungjawaban Dana Subsidi Kredit Pemilikan Rumah Sederhana Sehat (KPRSH) yang menyatakan bahwa pelak-sana program KPRSH, selain Bank, juga meliputi LKNB atau Koperasi. Dalam Peratur-an Menteri KeuPeratur-angPeratur-an tersebut secara jelas disebutkPeratur-an bahwa BPeratur-ank/LKNB/Koperasi pelaksana program KPRSH adalah Bank/LKNB/Koperasi yang telah mendapat per-setujuan dari Menteri Negara Perumahan Rakyat.

Peraturan Menteri Keuangan tersebut selanjutnya menjadi dasar hukum bagi berbagai Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat yang mengatur penyaluran subsidi perumahan melalui KPR/KPRS Bersubsidi dengan melibatkan LKNB atau Koperasi.

Pembangunan perumahan rakyat tidak dapat dipisahkan dari peran koperasi, seperti misalnya Inkopkar (Induk Koperasi Karyawan) yang didirikan tanggal 11 September 1992. Sampai tahun 2010 Inkopar telah memiliki 27 Puskopkar (Pusat Koperasi Karyawan), 256 Perwakilan Puskopkar dan 12.711 unit Primkopkar (Primer Koperasi Karyawan) dengan jumlah anggota keseluruhan mencapai 5.048.400 orang yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sumbangan Inkopkar dalam pembangun-an perumahpembangun-an rakyat ditunjukkpembangun-an dari RS dpembangun-an Rsh (subsidi dpembangun-an non subsidi) ypembangun-ang dibangun pada tahun 2009 sebanyak 18.862 unit. Sedangkan pada tahun 2010 telah

membangun RsH (subsidi dan non subsidi) sebanyak 310 unit.118 Namun, karena

kendala permodalan, kondisi SDM, dan faktor kebijakan sehingga koperasi ini kurang berkembang dalam penyediaan rumah MBR.

Perkembangan selanjutnya, banyak koperasi yang bergerak dalam pem-bangunan perumahan, seperti Koperasi Kalam Perkasa, Koperasi Pempem-bangunan Perumah an Rakyat, Koperasi Tekad, Koperasi TKBM. Koperasi ini banyak bergerak di daerah untuk membantu anggotanya dalam pemenuhan kebutuhan rumah yang layak huni.

Mengingat bangun koperasi sesuai dengan amanat UUD 1945 yaitu “Per ekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan”, maka keberhasilan pelaksanaan PSR tidak dapat dilepaskan dari peran koperasi. Akan tetapi, saat ini banyak koperasi yang ‘hidup segan, matipun tak mau”. Menurut

Zehanwid ”Sebuah fenomena yang cukup dilematis ketika ternyata koperasi dengan berbagai kelebihannya ternyata sangat sulit berkembang di Indonesia. Koperasi bagaikan mati suri dalam 15 tahun terakhir. Koperasi Indonesia berjalan di tempat atau

justru malah mengalami kemunduran.”119

Dalam konteks perekonomian negara, menurut Hendar ”Di Indonesia peran koperasi masih relatif kecil dibandingkan BUMN dan BUMS. Kontribusi koperasi terhadap PDB masih kurang dari 5 % per tahun. Kenyataan ini menunjukkan organisasi koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia masih dalam bentuk ideologi dan belum

mampu membuktikan peran yang seharusnya diemban”.120

Data Kementerian Koperasi dan UKM, Koperasi di Indonesia per 31 Desem-ber 2014 Desem-berjumlah sebanyak 209.488 unit terdiri dari Koperasi aktif 147.249 unit (70,28%) dan Koperasi tidak aktif atau koperasi yang benar-benar tidak aktif dari segi usaha maupun organisasi sebanyak 62.239 unit (29,72%). Dari jumlah koperasi yang aktif dan melaksanakan Rapat Anggota Tahunan dan atau melapor sebanyak 80.008 (54,33%) atau 38,19% dari jumlah koperasi keseluruhan. Permasalahan koperasi pada umum nya berkaitan dengan ketidakaktifan anggota, pengetahuan dan keterampil an manajemen pengurus yang masih rendah, dan pengawasan yang rendah. Di sinilah apabila koperasi mau dijadikan agen pembangunan program sejuta rumah dan bergerak menjadi koperasi perumahan, maka pemerintah menjadi sangat penting untuk hadir dalam penguatan kelembagaan koperasi tersebut.

Adapun untuk koperasi dan yayasan yang bergerak pada pembangunan rumah MBR tidak banyak, selain Inkopkar berikut Puskopkar, Primkokkar, dan Yayasan Kesejahteraan Pendidikan dan Perumahan (YKPP) TNI/Polri. Koperasi dan yayasan perumahan ini kurang berkembang dibanding dengen BPR karena masalah SDM dan permodalan yang dimilikinya. Bagi masyarakat, keuntungan menjadi na sabah KPR di lembaga keuangan non bank berupa proses penyelesaian dokumen dan persetujuan KPR lebih cepat. Berbeda dengan bank umum yang selalu mengedepan-kan asas kehati-hatian (prudential) dan berdasarmengedepan-kan BI checking, sehingga proses penyelesaian dokumen dan persetujuan KPR lebih ketat dan lama. Besaran suku bunga KPR relatif sama dan bahkan ada juga yang berani menawarkan lebih rendah dari KPR Perbankan. Namun terdapat kerugian pada KPR Non Bank, yaitu tenor masa angsuran lebih cepat biasanya 5 tahun dan tidak dapat diambil alih oleh bank umum. Hal ini dikarenakan pengambilalihan rumah KPR hanya dapat dilakukan antarbank (baik bank pemerintah maupun swasta) yang tergabung di dalam Perbanas, di bawah koordinasi Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan di Indonesia.

119 Zehanwid. (2015). “Mengapa Koperasi di Indonesia Sulit Berkembang”, https://zehanwidiastuti.word-press.com/2013/10/20/mengapa-koperasi-di-indonesia-sulit-berkembang/. Diakses 12 Desember 2015.

120 Hendar, Manajemen Perusahaan Koperasi, Pokok-pokok Pikiran mengenai Manajemen dan

b. Lembaga Terkait lainnya

Lembaga terkait lainnya yang memiliki peran dalam pembiayaan pem -bangun an perumahan rakyat yang tidak termasuk BUMN, Bank Pemerintah dan Non Perbankan yaitu lembaga asuransi, seperti Asuransi Rumahku Plus dari Allianz Indonesia, Asuransi Rumah AXA, Asuransi Central Asia (ACA), Asuransi Simasnet, Asuransi Rumah Idaman, Asuransi Rumah – ACE Group dan asuransi atau jaminan sosial pekerja atau buruh yang dikelola oleh BPJS-TK.

Keberadaan berbagai macam asuransi yang beroperasi dalam bidang pro perti seperti asuransi bangunan gedung, asuransi kebakaran rumah/gedung, asuransi kerusakan rumah karena petir, banjir, angin, badai, semuanya dapat memberi rasa aman penghuninya dan menjamin adanya perbaikan atau pembangunan rumah yang diasuransikan. Namun, di tengah banyak asuransi properti yang diselenggara-kan oleh swasta, pemerintah belum menyediadiselenggara-kan asuransi perumahan bagi MBR. Oleh karena itu, pelaksanaan PSR yang baik tentu membutuhkan perlindungan bagi penghuninya berupa asuransi perumahan bagi MBR.

7.6 Masyarakat

Banyak program yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan politik yang berlabel pro pembangunan masyarakat (community development). Dengan sendirinya masyarakat baik secara individual maupun kelompok terlibat dalam pelak-sanaan program baik sebagai obyek dan atau subyek program.121 Dalam pelaksana an ke bijakan pembangunan perumahan rakyat, khususnya PSR keberhasilan nya tidak dapat dilepaskan dari peran masyarakat secara individual atau kelompok (komuni-tas), baik sebagai konsumen (pengguna), kelompok penekan, maupun pengamat terhadap pelaksanaan kebijakan tersebut.