• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyambut Kurikulum 2013 9

Dalam dokumen Pendidikan: antara kebijakan dan praksis (Halaman 51-55)

Wacana yang berkembang di masyarakat terkait dengan Kurikulum 2013 sudah sangat marak. Ada berbagai persepsi dan kritik yang sudah berkembang dan perlu dihargai sebagai bagian dari proses pematangan kurikulum yang sedang disusun. Terlepas dari cemooh "ganti menteri, ganti kurikulum" dari kalangan masyarakat, kurikulum memang harus senantiasa berubah seiring dengan perubahan dalam berbagai bidang kehidupan. Di sisi lain, kritik dari kalangan industri justru diarahkan pada keengganan dunia pendidikan untuk merespon perubahan dalam masyarakat dan mentransformasi diri.

Selama era reformasi, ini adalah ketiga kalinya kurikulum ditelaah dan dikembangkan dalam skala nasional setelah Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006. Publik sedang menantikan bagaimana kelanjutan Kurikulum 2013 ini dan apa yang akan ditawarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk perbaikan kurikulum selanjutnya serta dampak apa yang bisa diharapkan pada keluaran sistem pendidikan di masa mendatang sebagai hasil dari intervensi pemerintah melalui pengembangan kurikulum ini.

Substansi perubahan

Dua substansi yang ramai diperbincangkan di media massa terkait dengan perubahan kurikulum adalah pengurangan mata pelajaran dan penambahan jam belajar. Secara mendasar, ada empat elemen perubahan dalam Kurikulum 2013, yakni Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

Penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan memerhatikan pengembangan nilai, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu dengan fokus pada pencapaian kompetensi. Pada setiap jenjang pendidikan, rumusan empat Kompetensi Inti (penghayatan dan pengamalan agama, sikap, keterampilan, dan pengetahuan) menjadi landasan pengembangan Kompetensi Dasar pada setiap

kelas. Perubahan Standar Isi dari kurikulum sebelumnya yang mengembangkan kompetensi dari mata pelajaran menjadi fokus pada kompetensi yang dikembangkan menjadi mata pelajaran melalui pendekatan tematik-integratif (Standar Proses). Perubahan pada Standar Proses juga berarti perubahan strategi pembelajaran yang menuntut guru untuk merancang dan mengelola proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan di mana peserta didik difasilitasi untuk mengamati, menanya, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.

Perubahan Struktur Kurikulum telah memancing reaksi pro-kontra terkait dengan pengintegrasian mata pelajaran IPA dan IPS dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia dan Matematika pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Integrasi Kompetensi Dasar yang biasanya diwadahi dalam mata pelajaran IPA dan IPS ke dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia menuntut guru untuk terus mengembangkan kompetensi profesional dan pedagogi mereka agar proses pembelajaran tematik-integratif bisa mengantar peserta didik mencapai Standar Kompetensi Lulusan. Sebagai bagian penting dalam rangkaian desain kurikulum, Standar Penilaian pun seyogyanya perlu berubah di kemudian hari. Penilaian yang mengukur hanya hasil pencapaian kompetensi harus bergeser menjadi penilaian otentik yang mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan hasil dan proses.

Proses pengembangan kurikulum

Pengembangan Kurikulum 2013 ini merupakan pekerjaan besar yang melibatkan banyak orang, mulai dari Wakil Presiden, para birokrat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan kementerian lain yang terkait, akademisi, budayawan, agamawan, ilmuwan, pengembang kurikulum, dan guru. Proses panjang dan intensif dalam pengembangan Kurikulum 2013 meramu dan mengolah Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan Standar Penilaian. Tentu saja adu argumentasi di antara anggota tim pengarah, tim inti, dan tim teknis pengembangan selama proses tidak

bisa dihindari malah justru memperkaya dan mematangkan desain kurikulum yang baru.

Selanjutnya, rangkaian kegiatan uji publik yang sudah dilaksanakan dalam kurun waktu 2012 dan 2013diharapkan bisa melibatkan para pemangku kepentingan dan menampung berbagai aspirasi dari masyarakat. Dalam era demokrasi, partisipasi dan keterlibatan publik akan meningkatkan rasa kepemilikan terhadap kurikulum yang sedang dipersiapkan untuk dilaksanakan pada tahun ajaran 2013. Rasa kepemilikan ini akan mendorong keberhasilan pencapaian tujuan kurikulum dengan lebih efektif dibandingkan dengan imposisi dari otoritas pendidikan terhadap satuan pendidikan dan masyarakat. Tentu saja, rancangan Kurikulum 2013 tidak mungkin sudah memuaskan semua pihak secara optimal. Demikian pula, tidak semua anggota masyarakat yang mempunyai aspirasi terhadap sistem pendidikan nasional bisa ikut dilibatkan dalam kegiatan uji publik.

Di negara yang sedang memperjuangkan dan memelihara demokrasi, ada banyak saluran penyampaian aspirasi di luar kegiatan uji publik yang secara resmi diadakan oleh pemerintah. Kecemasan dan kritikan yang sudah diungkapkan di media massa selama ini bisa dianggap sebagai bentuk kepedulian dan keterlibatan masyarakat terhadap sistem pendidikan nasional. Masukan yang diharapkan dari publik mencakup—tapi tidak terbatas pada— perspektif tentang Kompetensi Inti yang melandasi penjabaran Kompetensi Dasar pada setiap jenjang, struktur kurikulum, pengintegrasian IPA dan IPS pada jenjang SD, penambahan jam belajar, penghapusan penjurusan di SMA, dan optimalisasi potensi keberhasilan kurikulum.

Dalam teori kurikulum, keberhasilan suatu kurikulum merupakan proses panjang mulai dari kristalisasi berbagai gagasan dan konsep ideal tentang pendidikan, perumusan desain kurikulum, persiapan pendidik dan tenaga kependidikan serta sarana dan prasarana, tata kelola pelaksanaan kurikulum—termasuk pembelajaran—dan penilaian pembelajaran dan kurikulum. Dalam konteks ini, setiap kurikulum mempunyai potensi keberhasilan dan

faktor penghambat. Termasuk dalam faktor penentu keberhasilan adalah komitmen pemegang otoritas pendidikan di tingkat daerah, pengembangan kapasitas guru, dan desain penilaian belajar peserta didik.

Apakah Kurikulum 2013 ini sudah memenuhi harapan masyarakat dan berperan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia tentunya masih memerlukan komitmen, perjuangan, dan kerja keras para pembuat kebijakan dan pemegang otoritas pendidikan di tingkat nasional dan daerah, kepercayaan dan dukungan para pemangku kepentingan bidang pendidikan dan kesiapan para pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pelaksana pada tingkat tata kelola pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran.

Dalam dokumen Pendidikan: antara kebijakan dan praksis (Halaman 51-55)