• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas serta Pemuda dan Olah Raga

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 104-108)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

29. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas serta Pemuda dan Olah Raga

Indonesia saat ini adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang terkendali dan berkualitas, serta didukung oleh sistem administrasi kependudukan yang tertata rapi akan sangat mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional. Selanjutnya, pemuda sebagai generasi penerus, penanggung jawab, dan pelaku pembangunan di masa depan, merupakan proporsi yang relatif besar dari penduduk Indonesia, yaitu 36,1 % (Proyeksi Penduduk Indonesia 2000-2025, BPS dan Bappenas, 2005). Oleh karena itu, pembangunan pemuda memiliki peran strategis dalam peningkatan kualitas SDM. Upaya untuk meningkatkan kualitas SDM juga dilakukan melalui

pembangunan olahraga yang bertujuan untuk menciptakan manusia yang sehat, ulet, dan berjiwa sportif.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kependudukan, antara lain, nomenklatur kelembagaan instansi pelaksana administrasi kependudukan di daerah kabupaten/kota masih beragam; tingkat kemampuan teknis SDM aparat pelaksana administrasi kependudukan di daerah masih rendah; kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan tertib administrasi kependudukan; peraturan daerah yang mengatur tentang pelaksanaan pelayanan administrasi kependudukan pada sebagian besar daerah masih belum mengacu pada Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan; belum terintegrasinya peraturan antarsektor dalam pemanfaatan dokumen penduduk; dan belum tersedianya data kependudukan yang akurat dan mutakhir dari hasil registrasi di daerah.

Hasil yang dicapai dalam pembangunan kependudukan antara lain terbangunnya database kependudukan di seluruh kabupaten/kota seprovinsi NAD, dan penggantian KTP merah putih menjadi KTP standar nasional; dilaksanakannya sosialisasi dalam memberikan pemahaman dan wawasan tentang substansi UU No 23 Tahun 2006 dan arah kebijakan penyelenggaraan administrasi kependudukan bagi para pejabat pimpinan daerah kabupaten/kota; pemberian bantuan stimulan sarana dan prasarana utama SIAK kepada daerah untuk 457 kabupaten/kota, 33 provinsi, dan 78 kecamatan di wilayah Prov DIY serta 14 kecamatan di wilayah Kabupaten Poso; pelatihan teknis SIAK bagi 2.784 orang pengelola SIAK dari 308 kabupaten/kota; pemberian bantuan stimulan 4,8 juta blangko akta kelahiran gratis untuk 100 kab/kota; konsolidasi dan konversi data penduduk pada 457 kabupaten/kota seluruh Indonesia dengan pencantuman NIK Nasional sebagai identitas tunggal; dan penyerahan data agregat kependudukan per kecamatan (DAK2) dan daftar penduduk potensi pemilih pemilu (DP4) dari Pemerintah ke KPU Pusat, KPU provinsi dan KPU kab/kota. Tindak lanjut yang diperlukan untuk mencapai sasaran RPJMN, antara lain: mendorong seluruh daerah untuk menyesuaikan perda yang dengan berpedoman pada UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan dan peraturan pelaksanaannya; mengupayakan percepatan penerbitan peraturan

bersama mengenai pencantuman NIK pada dokumen identitas lainnya; mengupayakan percepatan pembangunan database

kependudukan yang akurat dan berbasis NIK Nasional guna terwujudnya penyediaan data penduduk dalam rangka mendukung persiapan Pemilu 2009.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi pembangunan keluarga kecil berkualitas, antara lain bervariasinya dukungan dan komitmen pemerintah kabupaten/kota terhadap program KB; terbatasnya akses masyarakat terhadap pelayanan KB; menurunnya penggerakan dan pemberdayaan masyarakat dalam program KB; menurunnya penyelenggaraan kegiatan advokasi serta komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) program KB; terbatasnya kemampuan pengelola dan pelaksana program KB, terutama di tingkat lini lapangan; lemahnya ketahanan dan kemampuan keluarga dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga; kurangnya pengetahuan/pemahaman masyarakat dan remaja tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi; dan rendahnya partisipasi pria dalam ber- KB. Dalam kaitan itu, langkah kebijakan yang diambil adalah menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam program KB, menata kembali pengelolaan program KB, meningkatkan kapasitas SDM operasional program KB, menyediakan sarana operasional pelayanan dan KIE program KB, dan meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.

Hasil yang dicapai pembangunan keluarga kecil berkualitas antara lain: meningkatnya jumlah peserta KB aktif (PA) menjadi sekitar 28,4 juta peserta, meningkatnya jumlah PA miskin menjadi sekitar 12,4 juta peserta, meningkatnya prevalensi pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate = CPR) menjadi 61,4 %; meningkatnya jumlah pusat informasi dan konsultasi kesehatan reproduksi remaja (PIK-KRR) menjadi sekitar 3.146 kelompok; terlaksananya kegiatan peningkatan kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan penumbuhkembangan anak secara aktif di sekitar 56,3 ribu kelompok BKB, dengan anggota sebanyak 1.553,3 ribu keluarga; terlaksananya pemberdayaan ekonomi keluarga secara aktif melalui sekitar 104,9 ribu kelompok usaha peningkatan pendapatan keluarga sejahtera (UPPKS) yang mencakup 3.021,1 ribu keluarga; meningkatnya jumlah PPLKB dan PLKB menjadi sekitar 25,9 ribu

orang. Tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk mencapai sasaran RPJMN, antara lain menyediakan pelayanan KB berkualitas bagi rakyat miskin; membentuk, mengembangkan, dan mengelola pelayanan PIK-KRR; mengintensifkan pelaksanaan advokasi dan KIE Program KB Nasional; meningkatkan akses informasi dan pelayanan ketahanan dan pemberdayaan keluarga; melaksanakan pendataan keluarga dan individu dalam keluarga; dan meningkatkan jejaring operasional lini lapangan berbasis masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pemuda dan olahraga, di antaranya masih rendahnya akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan; masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda; masih tingginya tingkat pengangguran terbuka pemuda; masih rendahnya prestasi olahraga di berbagai kejuaraan internasional; belum terpenuhinya standar sarana dan prasarana olahraga di klub, sekolah, dan perguruan tinggi; dan masih belum optimalnya pola kemitraan dalam pembangunan olahraga. Untuk itu, kebijakan pembangunan pemuda diarahkan untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan bagi pemuda; meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan bagi pemuda; dan meningkatkan perlindungan bagi segenap generasi muda dari masalah penyalahgunaan napza, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual. Kebijakan di bidang olahraga diarahkan untuk mewujudkan kebijakan dan manajemen olahraga; meningkatkan budaya dan prestasi olahraga secara berjenjang termasuk pemanduan bakat, pembibitan dan pengembangan bakat; dan meningkatkan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat termasuk dunia usaha dalam mendukung pembangunan olahraga.

Hasil yang dicapai pembangunan pemuda dan olahraga di antaranya adalah disahkan dan disosialisasikannya UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan Peraturan Pemerintah No. 16/2007 tentang Penyelenggaraan Keolahragaan, Peraturan Pemerintah No. 17/2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga, serta Peraturan Pemerintah No. 18/2007 tentang Pendanaan Keolahragaan; disusunnya Rancangan Undang- Undang (RUU) tentang Kepemudaan; dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan pemuda; dioptimalkannya peran 1.500 orang sarjana

penggerak pembangunan di perdesaan; dilaksanakannya Bakti Pemuda AntarProvinsi (BPAP)/Pertukaran Pemuda AntarProvinsi (PPAP) bagi 3.104 orang dan antarnegara bagi 173 orang; disusunnya Sport Development Index (SDI) sebagai indikator keberhasilan keolahragaan nasional; dicapainya prestasi di beberapa cabang olahraga internasional, seperti meningkatnya peringkat Indonesia dari lima pada SEA Games tahun 2005 di Manila ke peringkat empat pada tahun 2007 di Thailand; dan dilaksanakannya pembinaan olahraga melalui berbagai event Olahraga Pelajar Nasional. Tindak lanjut yang diperlukan, antara lain mempercepat penetapan RUU Pembangunan Kepemudaan menjadi UU tentang Kepemudaan; meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, kepemimpinan, dan kecakapan hidup pemuda; meningkatkan pembinaan moral dan etika pemuda; melanjutkan sosialisasi UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan peraturan pelaksanaannya; meningkatkan koordinasi antar pemangku kepentingan, di tingkat Pusat dan daerah; serta memberdayakan dan mengembangkan iptek dan industri dalam pembangunan olahraga.

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 104-108)