• Tidak ada hasil yang ditemukan

Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 51-55)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

12. Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah

Desentralisasi dan otonomi daerah merupakan amanat reformasi yang telah menjadi komitmen bersama. Untuk melaksanakan desentralisasi dan otonomi daerah tersebut telah diterbitkan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Untuk melaksanakan UU No. 32 Tahun 2004 tersebut telah diterbitkan 21 PP, 1 perpres dan 2 permendagri dari 27 PP, 2 perpres dan 2 permendagri yang diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2004, sedangkan untuk melaksanakan UU No. 33 Tahun 2004 telah diterbitkan 6 PP dan 1 permendagri dari 7 PP dan 1 permendagri yang diamanatkan oleh UU No. 33 Tahun 2004. Dalam perkembangannya saat ini muncul permasalahan terkait ketidakharmonisan antara peraturan perundang- undangan sektoral dan peraturan perundangan mengenai

desentralisasi dan otonomi daerah. Untuk itu, pemerintah melakukan harmonisasi berbagai peraturan perundang-undangan sektoral dengan peraturan perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah melalui fasilitasi penyesuaian NSPK (norma, standar, prosedur dan kriteria) dari genap sektor.

Permasalahan lain terkait perundang-undangan mengenai desentralisasi dan otonomi daerah adalah pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah di daerah-daerah yang memiliki karakteristik khusus dan istimewa masih belum optimal. Permasalahan tersebut disebabkan belum tersusun dan tersosialisasikannya peraturan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan desentralisasi di daerah tersebut. Untuk menangani permasalahan tersebut, telah dilakukan pemantapan kebijakan dan regulasi otonomi daerah dan otonomi khusus seperti Provinsi NAD (Nanggroe Aceh Darussalam), Provinsi Papua, dan Provinsi Pupua Barat serta daerah berkarakter khusus seperti Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi DI Yogyakarta.

Dalam mendukung pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah, peningkatan profesionalisme aparatur pemda, peningkatan kerja sama antarpemda, dan peningkatan kapasitas keuangan pemda. Dalam Perpres No. 7 Tahun 2005 tentang RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) Tahun 2004—2009 diamanatkan program peningkatan kerja sama antarpemda; program peningkatan kapasitas kelembagaan Pemda; program peningkatan profesionalisme aparat pemda; dan program peningkatan kapasitas keuangan pemda.

Dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan pemda, telah diterbitkan berbagai peraturan di antaranya PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabuapten/Kota; dan PP No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Selain itu juga telah disusun Buku Pedoman (Handbook) Penyelenggaraan Pemda Tahun 2007 dan 2008 sebagai pegangan pemda dalam menyelenggarakan pembangunan di daerah. Hal lain dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan pemda, Pemerintah menempuh beberapa kebijakan, di antaranya upaya mempercepat penyusunan RAN dalam pelayanan publik, khususnya

bidang administrasi kependudukan dan perizinan investasi secara konsisten; meningkatkan kapasitas kelembagaan pemda melalui penataan kelembagaan daerah sesuai dengan PP No. 41 Tahun 2007; meningkatkan keserasian hubungan antara Pemerintah dan pemda melalui Forum Muspida (Musyawarah Pimpinan Daerah); serta meningkatkan hubungan koordinasi antar-hierarki pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah dan membina keserasian hubungan antara pemerintah dan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dan hubungan antar pemerintahan daerah.

Kemampuan aparatur pemda masih belum memadai dalam mendukung penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah. Oleh karena itu, meningkatkan profesionalisme aparat pemda menjadi salah satu agenda penting yang harus ditempuh. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme aparat pemda adalah diselenggarakannya berbagai diklat unggulan/prioritas dan diklat teknis-fungsional seperti diklat kepemimpinan pemerintahan daerah. Beberapa kebijakan yang ditempuh, di antaranya meningkatkan kompetensi dan kapasitas aparatur pemda pada bidang penanganan bencana dan pengurangan resiko bencana, analisis kependudukan, perencanaan kesempatan kerja, penyusunan strategi investasi, penanganan ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat (tramtib dan linmas), dan penyelenggaraan pemerintahan daerah; serta meningkatkan etika kepemimpinan daerah bagi kepala daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah (DPRD).

Terkait kerja sama antarpemda, sampai saat ini belum ada model/format ideal dan instrumen kerja sama yang potensial dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik. Oleh karena itu, pemerintah telah melakukan sosialisasi regulasi dan kebijakan mengenai kerja sama antardaerah, khususnya PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja sama Antardaerah. Dalam upaya peningkatan kerja sama antarpemda telah dilakukan optimalisasi efektivitas sistem informasi pemerintahan daerah (SIPD) untuk memperkuat kerja sama antar pemda dan Pemerintah Pusat; serta memfasilitasi pemerintahan daerah agar mampu berinisiatif mengelola potensi yang ada di daerahnya melalui kerja sama antardaerah maupun melalui kerja sama pemda dengan pihak ketiga.

Terkait daerah otonom baru (DOB), sampai dengan bulan Juni 2008 telah terbentuk 179 daerah otonom yang terdiri 7 provinsi, 141 kabupaten, dan 31 kota. Dalam penataan DOB saat ini banyak timbul konflik terkait pemekaran daerah, seperti pengelolaan aset daerah, penyediaan aparatur pemerintah, dan batas wilayah yang berpengaruh pada kinerja pembangunannya. Evaluasi sementara antara Depdagri, Bappenas-UNDP, dan LAN pada tahun 2007, menunjukkan bahwa sekitar 80 % daerah pemekaran yang sudah mekar selama 5 tahun menunjukkan kinerja yang masih rendah, khususnya untuk aspek perekonomian daerah, keuangan daerah, pelayanan publik dan kapasitas aparatur. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kebijakan pembentukan DOB. Pembentukan DOB seharusnya memperhatikan berbagai pertimbangan seperti kelayakan teknis, administratif, politis, dan potensi daerah, dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, telah dikembangkan skema alternatif dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, yaitu melalui kerja sama antardaerah, yang mampu memberikan perubahan “image”, bahwa tidak sepenuhnya benar peningkatan pelayanan publik dapat dilakukan hanya melalui pemekaran daerah. Upaya lain dalam penataan DOB adalah meningkatkan kinerja penataan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan DOB.

Dalam peningkatan kapasitas keuangan pemda, upaya yang dilakukan, antara lain mengarahkan penggunaan dana perimbangan untuk menggali sumber potensi daerah di dalam meningkatkan perekonomian dan menciptakan kondisi kondusif bagi dunia usaha, termasuk melaksanakan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) dan Sisten Informasi Keuangan Daerah (SIKD). Selain itu, dilakukan revisi beberapa peraturan yaitu PP No. 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, PP No. 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD, Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban, dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD, dan beberapa kepmendagri/permendagri lainnya di bidang pengelolaan keuangan daerah. Peningkatan kapasitas keuangan pemda juga dilakukan

melalui peyusunan RUU BUMD sebagai revisi dari Undang-Undang BUMD Tahun 1962 yang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan saat ini; revisi UU No. 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah; pembangunan dan pengembangan Sistem Informasi BAKD dan SIPKD di 171 daerah terpilih; penyusunan panduan/pedoman pengembangan corporate plan

BUMD yang partisipatif dengan menerapkan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat; serta fasilitasi, pembinaan, bimbingan teknis, asistensi, penyusunan kebijakan bagi pemda di bidang: administrasi anggaran daerah, administrasi pendapatan dan investasi daerah, fasilitasi dana perimbangan serta fasilitasi pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah.

13. Penciptaan Tata Pemerintahan yang Bersih dan

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 51-55)