• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 89-93)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

25. Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah

Ketimpangan wilayah merupakan salah satu permasalahan yang timbul dalam pembangunan. Ketimpangan wilayah menjadi signifikan ketika wilayah dalam suatu negara terdiri dari beragam potensi sumber daya alam, letak geografis, kualitas sumber daya manusia, ikatan etnis atau politik. Salah satu jalan untuk mengurangi ketimpangan wilayah ialah dengan menyelenggarakan pembangunan. Namun demikian, pembangunan tidak serta merta dapat mengurangi ketimpangan wilayah. Oleh karena itu, secara khusus intervensi dilakukan melalui pengembangan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh, tertinggal dan terisolir, perbatasan serta pulau-pulau kecil terluar. Selain itu, dilakukan pula upaya untuk mengurangi

kesenjangan pembangunan antarkota, kesenjangan pembangunan antarwilayah perkotaan dan wilayah perdesaan, serta masalah- masalah yang terkait dengan penataan ruang, pertanahan, dan transmigrasi.

Belum terwujudnya pembangunan kota-kota yang hirarkis yang dapat memberikan pelayanan yang efektif dan optimal bagi wilayahnya, serta rendahnya kualitas pelayanan yang disebabkan oleh semakin rendahnya daya dukung perkotaan akibat dari arus urbanisasi yang tinggi dan tanpa disertai oleh proses pembangunan kota yang berkelanjutan, menjadi permasalahan dalam bidang perkotaan. Sementara, dalam bidang penataan ruang dan pertanahan, perihal pemanfaatan rencana tata ruang secara optimal dalam mitigasi bencana dan pengembangan kawasan serta penguatan sistem pengelolaan dan administrasi pertanahan di Indonesia menjadi prioritas utama untuk segera diatasi.

Dalam hal pembangunan wilayah strategis dan cepat maju, terdapat beberapa permasalahan seperti belum siapnya kelembagaan manajemen pengelolaan kawasan dan belum adanya sinkronisasi dan koordinasi berbagai kebijakan dan regulasi pemerintah pusat dan daerah. Dalam bidang perbatasan, pengembangan perekonomian wilayah perbatasan masih belum optimal karena rendahnya kapasitas kelembagaan pemerintah dan masyarakat; serta minimnya ketersediaan sarana, prasarana, dan informasi.

Pada sektor transmigrasi permasalahan yang ada ialah kebijakan di bidang transmigrasi yang belum memenuhi potensi dan kebutuhan lokal serta pembangunan kawasan belum mengaitkan kawasan transmigrasi dengan wilayah sekitar. Permasalahan lain adalah masih kurangnya peranan pemda dan partisipasi masyarakat serta masih kurangnya peran lokal dan orientasi karakteristik lokal di dalam pengembangan kawasan trasmigrasi.

Pengembangan instrumen kebijakan diupayakan untuk menjawab permasalahan kawasan tertinggal, antara lain masih rendahnya ketersediaan infrastruktur, terutama akses transportasi (keperintisan dan PSO) dan komunikasi (USO) serta listrik perdesaan; selain itu, masih rendahnya tingkat pelayanan sosial

dasar terutama pendidikan dan kesehatan serta masih rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat setempat.

Beberapa hal yang telah dicapai dalam bidang perkotaan sampai dengan saat ini adalah telah terbitnya Permendagri No. 69 Tahun 2007 tentang Kerja sama Pembangunan Perkotaan, tersusunnya RTR Kawasan Metropolitan, fasilitasi dan pembangunan fisik urban renewal, dan dilaksanakannya reformasi pembangunan sektor perkotaan (pasar dan terminal), serta tersusunnya rencana program investasi jangka menengah (RPIJM).

Dalam bidang tata ruang dan pertanahan telah dicapai berbagai hal, antara lain, lahirnya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN); tersusunnya lima NSPM pengendalian pemanfaatan ruang sebagai acuan dalam pelaksanaan penegakan penataan ruang dalam pembangunan; P4T (inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah) 367.966 bidang, redistribusi tanah sebanyak 28.990 bidang, sertifikasi tanah (prona, land management and policy development project/ LMPDP) sebanyak 910.260 bidang, serta pembuatan peta dasar pendaftaran tanah (foto udara) sebesar 250.000 ha.

Hasil yang telah dicapai dalam upaya meningkatkan kawasan strategis dan cepat tumbuh adalah tersusunnya panduan kebijakan, pedoman, mekanisme perencanaan, serta indikator evaluasi pembangunan terpadu pengembangan kawasan; terlaksananya fasilitasi pemerintah daerah dalam penyusunan konsep dan rencana pengembangan kawasan, serta pembentukan sistem kelembagaan bagi pengembangan kawasan andalan dan kawasan tertentu.

Dalam pengembangan transmigrasi beberapa hasil yang dicapai seperti pembangunan kota terpadu mandiri (KTM) di kawasan transmigrasi, penempatan transmigran baru, serta pembinaan dan pengembangan masyarakat transmigran dan kawasan transmigrasi melalui unit pemukiman transmigrasi (UPT).

Dalam mendorong peningkatan kawasan perbatasan, telah ditetapkannya Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menegaskan kawasan perbatasan sebagai kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan pertahanan dan keamanan;

delineasi antara batas darat RI dan Republik Demokratik Timor Leste (RDTL); penanganan masalah sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat perbatasan RI-Malaysia ditangani oleh SOSEKMALINDO; pemberian dana alokasi khusus (DAK) yang telah memasukkan daerah di perbatasan ke dalam kriteria perhitungan alokasi DAK; pengadaan sarana prasarana pemerintahan umum di kabupaten/kota perbatasan melalui tugas pembantuan.

Hasil yang dicapai dalam pembangunan daerah tertinggal sampai saat ini adalah terlaksananya sarana dan prasarana perintis, seperti transportasi laut, udara, dan darat untuk menunjang pengembangan ekonomi dan sosial masyarakat daerah tertinggal dan terisolasi; terjalinnya kerja sama lintas sektor dalam penyediaan infrastruktur listrik perdesaan, serta infrastruktur sosial dan ekonomi. Di sampin itu, terdapat 28 kabupaten yang berpotensi lepas sejak tahun 2007 dari status tertinggal menjadi daerah yang relatif maju dalam skala nasional dan diharapkan sebanyak 12 kabupaten pada tahun 2008 berpotensi menjadi daerah yang relatif maju.

Beberapa langkah kebijakan untuk pengembangan perkotaan dilakukan melalui penyiapan strategi pengembangan kota/kabupaten berbasis RTR kabupaten/kota dan RPJM daerah serta penyusunan rencana program investasi jangka menengah (RPIJM) yang bersifat multisektor, multitahun dan multipendanaan. Selain itu, dilakukan optimalisasi peningkatan kerja sama antarpemerintah daerah serta kemitraan dengan swasta untuk meningkatkan kapasitas ekonomi perkotaan. Langkah kebijakan dalam bidang tata ruang adalah, sosialisasi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN di 33 provinsi serta departemen/sektor di Pemerintah Pusat; penyelesaian penyusunan norma standar prosedur manual (NSPM) pengendalian pemanfaatan ruang; integrasi rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan, serta penguatan koordinasi dan kelembagaan penataan ruang melalui forum badan koordinasi tata ruang nasional (BKTRN) dan badan koordinasi penataan ruang daerah (BKPRD). Dalam bidang pertanahan dilakukan peningkatan ketersediaan peta dasar pendaftaran tanah, penataan sistem informasi pertanahan, serta pematangan pelaksanaan reforma agraria

Tindak lanjut yang diperlukan untuk mendukung pemerintah dalam pengembangan kawasan strategis dan cepat tumbuh secara umum adalah menyusun analisis kajian, strategi, termasuk jakstra, permodelan, dan rencana tindak pengembangan kawasan; melanjutkan perumusan konsep dan strategi pengembangan wilayah strategis kawasan ekonomi khusus (KEK); melaksanakan upaya percepatan penyediaan infrastruktur, memantapkan kebijakan insentif dan perizinan di wilayah strategis, serta melaksanakan koordinasi dan sinronisasi keterpaduan program dan pembiayaan dari lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pelaku usaha guna mendukung upaya percepatan implementasi pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah.

Langkah-langkah kebijakan penyelenggaraan transmigrasi diarahkan kepada upaya pengembangan wilayah melalui penataan dan penggunaan lahan secara lestari dengan mendorong terwujudnya kota terpadu mandiri sebagai kota penyangga yang mampu memberikan ruang bagi penduduk perkotaan bersama penduduk setempat untuk berproduksi.

Dalam rangka percepatan pembangunan kawasan perbatasan dan tertinggal dilakukan berbagai kebijakan dengan mempercepat upaya delimitasi, delineasi, dan demarkasi batas wilayah negara untuk mendukung keutuhan wilayah NKRI dan wilayah yurisdiksi nasional melalui penetapan hak kedaulatan yang dilindungi hukum; meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana pelayanan dasar, serta menghubungkan daerah tertinggal potensial dengan kawasan pusat pertumbuhan.

26. Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 89-93)