• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Investasi dan Ekspor Nonmigas

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 66-70)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

16. Peningkatan Investasi dan Ekspor Nonmigas

Di sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2007 didorong oleh investasi berupa pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh sebesar 9,2%, serta ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 8,0%. Pada semester I tahun 2008 pembentukan modal tetap bruto serta ekspor barang jasa masing- masing tumbuh sebesar 14,1% dan 15,8%.

Pada tahun 2007 nilai ekspor nonmigas Indonesia mencapai USD 92,0 miliar atau naik sebesar 15,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada periode Januari-Juni 2008, nilai ekspor nonmigas tumbuh dengan cukup tinggi, yaitu sebesar 23,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Kinerja pembangunan pariwisata juga semakin baik yang ditunjukkan dengan meningkatnya perolehan devisa dari pariwisata sekitar 20,18% menjadi USD 5,35 miliar pada tahun 2007 dibanding tahun 2006 yang sebesar USD 4,45 miliar. Pada tahun 2007 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia meningkat sekitar 13,02% menjadi 5,50 juta orang dibandingkan dengan tahun 2006 yang sebesar 4,87 juta orang. Selama bulan Januari–Juni tahun 2008 jumlah wisman yang berkunjung ke

Indonesia sebanyak 2,90 juta orang atau meningkat 11,66% dari 2,60 juta orang pada periode yang sama tahun 2007.

Peningkatan iklim investasi dan pengembangan bisnis di Indonesia masih menghadapi beberapa permasalahan. Menurut hasil survei dari JETRO (Japan External Trade Organization) dan IFC (International Finance Corporation), para investor masih mengeluhkan beberapa hal, antara lain, ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang kurang memadai, implementasi UU Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal masih berjalan belum optimal oleh karena perlu harmonisasi peraturan Pusat-daerah, dan perlu dilengkapi dengan peraturan pelaksanaan, belum berkembangnya industri terkait; masih cukup panjangnya proses perizinan investasi dibandingkan dengan negara sekawasan lainnya; belum efektifnya proses reformasi administrasi perpajakan dan kepabeanan; serta banyaknya peraturan daerah (perda) yang bermasalah sehingga menambah beragamnya pungutan daerah.

Upaya peningkatan ekspor nonmigas menghadapi permasalahan yang disebabkan oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal adalah adanya permasalahan global, seperti: kenaikan harga minyak mentah dunia dan harga komoditas pangan yang cukup tinggi, yang menyebabkan perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia. Secara internal permasalahan di bidang perdagangan luar negeri adalah masih kurangnya upaya untuk meningkatkan akses terhadap pasar ekspor; masih terdapatnya hambatan nontarif di pasar tujuan ekspor, yang antara lain berupa isu lingkungan dan standar mutu produk; masih belum optimalnya diversifikasi dan kualitas produk ekspor; masih terbatasnya sarana infrastruktur pendukung ekspor; serta masih lemahnya kapasitas kelembagaan mutu barang, pengamanan perdagangan (safeguard), dan antidumping.

Beberapa permasalahan yang masih mempengaruhi kinerja pembangunan pariwisata, antara lain belum optimalnya kesiapan destinasi pariwisata; belum optimalnya pemasaran pariwisata; belum mapannya kemitraan antarpemangku kepentingan pariwisata; terjadinya krisis energi dunia yang diikuti dengan kenaikan harga BBM di dalam dan luar negeri mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap jasa pariwisata; pemanasan global (global warming) dikhawatirkan berdampak buruk terhadap kualitas

destinasi dan objek pariwisata sehingga akan mempengaruhi minat masyarakat untuk berwisata; dan peningkatan aksesibilitas dari negara sumber wisman ke Indonesia belum sesuai dengan harapan karena adanya larangan terbang pesawat Indonesia oleh Uni Eropa.

Langkah penting ke depan yang akan ditempuh dalam rangka peningkatan kinerja investasi adalah: membangun dan memperbaiki infrastruktur; meningkatkan koordinasi antarlembaga, antara Pusat dan daerah dalam peningkatan pelayanan investasi; melaksanakan harmonisasi antarperaturan yang terkait dengan penanaman modal, baik horisontal maupun vertikal, serta menerbitkan peraturan implementasi UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; melakukan upaya simplifikasi berbagai perangkat peraturan untuk mengurangi birokrasi termasuk waktu dan biaya untuk memulai usaha baru, menerapkan efisiensi perizinan dengan menggabungkan berbagai izin, dan mengurangi persyaratan untuk memperoleh perizinan; mendorong tumbuhnya industri penunjang dan terkait.

Langkah penting pada masa mendatang yang akan ditempuh dalam rangka peningkatan kinerja perdagangan adalah mengoptimalkan upaya fasilitasi perdagangan dalam meningkatkan efisiensi proses ekspor dan kelancaran arus barang; meningkatkan kerja sama perdagangan internasional yang, antara lain, dengan: menindaklanjuti kesepakatan IJ-EPA untuk memperbesar peluang pasar ekspor Indonesia di Jepang, melaksanakan pelatihan standar dan mutu produk yang sesuai dengan persyaratan Jepang, memanfaatkan kerja sama perdagangan regional seperti Asean Economic Community (AEC) dan percepatan pembentukannya dari tahun 2020 menjadi 2015; mempercepat implementasi ASEAN-Korea FTA; dan mengoptimalkan peluang ASEAN-China FTA; meningkatkan upaya penetrasi pasar ekspor; meningkatkan upaya sosialisasi hasil kesepakatan perdagangan internasional; menangani penyelesaian sengketa dagang terkait dengan kasus tuduhan dumping, subsidi, dan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard).

Beberapa permasalahan yang masih mempengaruhi kinerja pembangunan pariwisata, antara lain: belum optimalnya kesiapan destinasi pariwisata; belum optimalnya pemasaran pariwisata; belum mapannya kemitraan antar pemangku kepentingan pariwisata; terjadinya krisis energi dunia yang diikuti dengan kenaikan harga

BBM di dalam dan luar negeri mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap jasa pariwisata; pemanasan global (global warming) dikhawatirkan berdampak buruk terhadap kualitas destinasi dan obyek pariwisata, sehingga akan mempengaruhi minat masyarakat untuk berwisata; dan peningkatan aksesibilitas dari negara sumber wisman ke Indonesia belum sesuai dengan harapan karena adanya larangan terbang pesawat Indonesia oleh Uni Eropa.

Langkah penting ke depan yang akan ditempuh dalam rangka peningkatan kinerja investasi adalah: membangun dan memperbaiki infrastruktur; meningkatkan koordinasi antar lembaga, antar pusat dan daerah dalam peningkatan pelayanan investasi; melaksanakan harmonisasi antar peraturan yang terkait dengan penanaman modal baik horisontal maupun vertikal serta menerbitkan peraturan- peraturan implementasi UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; melakukan upaya simplifikasi berbagai perangkat peraturan untuk mengurangi birokrasi termasuk waktu dan biaya untuk memulai usaha baru, menerapkan efisiensi perijinan dengan menggabungkan berbagai ijin, dan mengurangi persyaratan untuk memperoleh perijinan; mendorong tumbuhnya industri penunjang dan terkait.

Langkah penting pada masa mendatang yang akan ditempuh dalam rangka peningkatan kinerja perdagangan adalah: mengoptimalkan upaya fasilitasi perdagangan dalam rangka meningkatkan efisiensi proses ekspor dan kelancaran arus barang; meningkatkan kerjasama perdagangan internasional yang antara lain dengan: menindaklanjuti kesepakatan IJ-EPA untuk memperbesar peluang pasar ekspor Indonesia di Jepang, melaksanakan pelatihan standar dan mutu produk yang sesuai dengan persyaratan Jepang, memanfaatkan kerjasama perdagangan regional seperti Asean Economic Community (AEC) dan percepatan pembentukannya dari tahun 2020 menjadi 2015; mempercepat implementasi ASEAN-Korea FTA; dan mengoptimalkan peluang ASEAN-China FTA; meningkatkan upaya penetrasi pasar ekspor; meningkatkan upaya sosialisasi hasil kesepakatan perdagangan internasional; menangani penyelesaian sengketa dagang terkait dengan kasus tuduhan dumping, subsidi, dan tindakan pengamanan perdagangan (safeguard).

Dalam rangka meningkatkan kinerja pariwisata, tindak lanjut yang diperlukan terutama adalah peningkatan pemanfaatan media elektronik, media cetak, dan teknologi informasi/web-site sebagai sarana promosi di dalam dan luar negeri; pengembangan kerja sama pemasaran dan promosi pariwisata dengan lembaga terkait di dalam dan di luar negeri, termasuk dukungan penyelenggaraan pusat promosi terpadu (Indonesian Promotion Office/IPO); pengembangan destinasi berbasis budaya, alam, bahari, dan olahraga; penyebaran dan pengembangan tujuan pariwisata unggulan di luar pulau Jawa dan Bali, termasuk pengembangan tujuan pariwisata di pulau-pulau terdepan, daerah perbatasan, dan terpencil; memfasilitasi pendukungan pengembangan destinasi unggulan di sepuluh provinsi; memfasilitasi kemitraan dengan sektor terkait dalam upaya meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan kemudahan akses di tujuan wisata; pengembangan sistem informasi pariwisata yang terintegrasi di pusat dan daerah; serta mengembangkan profesionalisme SDM di bidang pariwisata.

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 66-70)