• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan yang Lebih Berkualitas

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 93-98)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

26. Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Pendidikan yang Lebih Berkualitas

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa salah satu tujuan Negara Republik lndonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum. UUD 1945 juga mengamanatkan setiap warga negara lndonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnik, agama, dan gender. Dengan demikian, pendidikan merupakan bidang yang sangat penting dan strategis dalam

pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bangsa Indonesia.

Dalam memperluas akses dan pemerataan pendidikan, pada tahun 2008 telah dilakukan rehabilitasi dan revitalisasi 99,4 ribu ruang ruang kelas SD/MI di sekitar 33,1 ribu sekolah, serta disediakan anggaran dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan sebesar Rp7,015 triliun yang, terutama ditujukan untuk meningkatkan sarana dan fasilitas pendidikan dasar. Di samping itu, untuk menambah daya tampung, pada tahun 2008 dilakukan pembangunan 470 USB dan 11.069 RKB.

Dalam membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, pada tahun 2008 disediakan juga bantuan operasional sekolah (BOS) bagi 41,9 juta siswa pada jenjang pendidikan dasar yang mencakup SD, MI, SDLB, SMP, MTs, SMPLB, dan Pesantren Salafiyah, serta satuan pendidikan keagamaan lainnya yang menyelenggarakan pendidikan dasar sembilan tahun, dengan total anggaran Rp11,9 triliun. Pada tahun 2008 Pemerintah terus menyediakan BOS buku terutama untuk mata pelajaran IPA, Matematika, dan Bahasa Indonesia sebanyak 19,1 juta eksemplar dengan dana Rp420 miliar. Untuk membantu siswa miskin, pada tahun 2008 disediakan beasiswa bagi siswa miskin yang menjangkau 1,06 juta siswa jenjang SD/MI dan 679,3 ribu siswa jenjang SMP/MTs, beasiswa SMA/SMK/MA mencapai 930,8 ribu siswa, serta beasiswa untuk 214,0 ribu mahasiswa PT/PTA. Di samping dilakukan jalur formal, dilakukan juga pendidikan nonformal melalui program Paket A setara SD yang pada tahun 2008 diikuti oleh sebanyak 108,7 ribu peserta didik, dan program Paket B setara SMP sebanyak 499.9 ribu peserta didik, serta program Paket C setara SMA sebanyak 34,2 ribu peserta didik.

Berbagai upaya tersebut telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan yang ditunjukkan dengan meningkatnya angka partisipasi murni (APM) pada jenjang SD/MI dan yang sederajat pada tahun 2007 mencapai 94,90 %, sedangkan APK pada jenjang SMP/MTs dan yang sederajat mencapai 92,52 % serta SMA/SMK/MA/SMALB/Paket C setara SMA masing-masing mencapai 60,51 %. Sementara itu, APK pada jenjang perguruan tinggi (PT) yang mencakup pula peguruan tinggi agama (PTA),

Universitas Terbuka (UT), dan pendidikan kedinasan telah mencapai 17,25 %, serta angka partisipasi kasar (APK) PAUD menjadi 48,32 %. Diharapkan pada tahun 2008 APK untuk tiap-tiap jenjang pendidikan dapat meningkat menjadi 95,0 % untuk jenjang SMP/MTs/sederajat, 64,2 % untuk jenjang SMA/SMK/MA/sederajat, dan 18,5 % untuk jenjang pendidikan tinggi, serta 50,47 % untuk APK PAUD. Berbagai program lainnya telah menghasilkan peningkatan keaksaraan penduduk Indonesia yang ditandai dengan menurunnya angka buta aksara penduduk usia 15 tahun ke atas pada tahun 2007 mencapai 7,2 % dan diharapkan pada tahun 2008 menjadi 6,22 %.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan pada jenjang SD/MI dan SMP/MTs dalam kurun waktu tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 juga dilakukan pembangunan 464 perpustakaan SD dan 2.230 perpustakaan SMP, pengadaan sebanyak 41,2 juta buku teks untuk perpustakaan SD/SMP, pembangunan 5.260 laboratoriun IPA SD/SMP, dan pembangunan 1.001 laboratorium bahasa/multimedia SD/SMP serta pembangunan 2.320 laboratorium komputer SD/SMP. Pada tahun 2008 kegiatan yang sama akan dilakukan pula dengan sasaran pembangunan 6,4 ribu ruang pusat sumber belajar SD dan 3,5 ribu ruang pusat sumber belajar SMP, pembangunan 3,75 ruang laboratorium IPA dan perpustakaan SMP, serta penerapan TIK jenjang pendidikan dasar di 2,2 ribu sekolah. Sementara itu, melalui Departemen Agama pada tahun 2008 telah dilakukan, antara lain, pembangunan 1.000 ruang laboratorium di MI/MTs, perintisan 10 MTs unggulan berstandar internasional, dan pemberian bantuan peningkatan mutu madrasah 480 MI dan 260 MTs. Untuk tingkat SMA, pada tahun 2008 dilaksanakan pembangunan 35 pusat sumber belajar SMA, rehabilitasi 1.200 ruang kelas SMK, pembangunan 200 ruang perpustakaan, laboratorium SMK serta penerapan TIK jenjang menengah di 1.576 SMA/SMK. Selain itu, dilakukan pula perintisan 259 SMA bertaraf internasional dan perintisan 100 SMA berbasis keunggulan lokal, serta pemberian bantuan operasional manajemen mutu (BOMM) untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran di sekolah/madrasah negeri dan swasta bagi SMA. Pada tahun 2008 BOMM diberikan kepada 1.063 SMA. Pada saat yang sama melalui Departemen Agama telah dilakukan pula rehabilitasi 2.500 ruang kelas MA, pembangunan 1.000 ruang laboratorium dan perpustakaan

MA, pengembangan 10 MA unggulan berstandar internasional, dan penyediaan bantuan peningkatan mutu madrasah bagi 120 MA.

Di samping penyediaan berbagai bantuan fasilitas, untuk peningkatan mutu pendidikan juga dilakukan peningkatan kualifikasi dan sertifikasi guru. Sampai tahun 2007 jumlah sertifikasi pendidik yang diterbitkan adalah (a) pendidikan menengah 625.000; (b) pendidikan tinggi (vokasi dan profesi) 162.262; (c) pendidikan nonformal sebesar 42.117. Pada tahun 2008 dilakukan pendidikan jenjang S1/D-4 bagi lebih dari 201,0 ribu orang guru dan uji sertifikasi profesi guru yang menjangkau paling sedikit 265,4 ribu orang. Sejalan dengan itu, pada tahun 2008 disediakan tunjangan fungsional bagi 1,9 juta guru pegawai negeri sipil (PNS), 807,75 ribu guru non-PNS, tunjangan profesi bagi 135,1 ribu guru, dan tunjangan khusus bagi 20,9 ribu guru yang bekerja di darah terpencil. Berkaitan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional, pemerintah juga terus mendorong sekolah/madrasah dan siswa berprestasi untuk dapat berpartisipasi dalam berbagai olimpiade dan kompetisi tingkat internasional. Pada tahun 2007 kontingen Indonesia memperoleh 51 medali, jauh melampaui target tahun 2007 yang hanya sebanyak 19 medali.

Pada jenjang pendidikan tinggi, upaya peningkatan mutu pendidikan juga terus dilakukan dengan penataan kelembagaan akreditasi menjadi suatu lembaga yang independen. Selain itu, dilaksanakan penelitian hibah bersaing, pemberian block grant

penelitian pada beberapa perguruan tinggi, serta kerja sama penelitian antarperguruan tinggi, dunia industri, dunia usaha, dan pemerintah daerah. Pada tahun 2008 terdapat 9.992 judul produk penelitian di PT yang menghasilkan paten, teknologi tepat guna, rekayasa sosial karya seni dan bahan ajar oleh perguruan tinggi. Pada tahun 2007 enam perguruan tinggi Indonesia berhasil masuk dalam kelompok 500 universitas terbaik versi Times Higher Education Supplement (THES), yaitu UGM (peringkat 360), ITB (peringkat 369), UI (peringkat 395), Undip, Unair dan IPB (peringkat 401— 500).

Upaya peningkatan relevansi pendidikan secara umum telah memberikan hasil yang cukup memuaskan yang ditunjukkan oleh (1) meningkatnya rasio jumlah siswa SMK terhadap siswa SMA dari

44:56 pada tahun 2007 menjadi 38:62 pada tahun 2008; (2) meningkatnya APK pendidikan tinggi vokasi (D-2/D-3/D- 4/politeknik) yang telah mencapai 3,86 % pada tahun 2007; (3) rasio jumlah mahasiswa profesi terhadap jumlah lulusan S1/D-4 pada tahun 2007 adalah sebesar 78,22 %.

Walaupun berbagai upaya pembangunan pendidikan terus dilakukan dan ditingkatkan, layanan pendidikan belum sepenuhnya menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya yang tinggal di daerah perdesaan, wilayah terpencil, dan kepulauan yang secara geografis sulit dijangkau sehingga belum semua penduduk usia sekolah dapat memperoleh akses pendidikan dengan baik. Pada jenjang SMP/MTs/sederajat, juga masih terdapat selisih capaian angka partisipasi kasar (APK) jenjang SMP/MTs/sederajat antara sasaran tahun 2009 (98,0 %) dengan capaian terakhir pada tahun 2007 (92,52 %). Di samping itu, kendala geografis dan kondisi ekonomi masyarakat juga merupakan faktor fundamental munculnya kesenjangan partisipasi pendidikan sehingga pada tahun 2008 masih ada daerah yang tidak dapat mencapai sasaran APK SMP/MTs/sederajat sebesar 95,0 %. Hal ini diperburuk dengan masih ada sekitar 5,6 % angka putus sekolah atau drop out serta tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Permasalahan krusial lainnya adalah upaya perbaikan tingkat keaksaraan penduduk, khususnya yang berusia 15 tahun ke atas yang pada tahun 2007 sebesar 7,20 %, padahal RPJMN 2004—2009 menargetkan 5,0 % pada akhir tahun 2009.

Terkait dengan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang belum sepenuhnya mampu memenuhi tuntutan masyarakat untuk melahirkan lulusan yang berkompeten, ada beberapa permasalahan yang perlu ditindaklanjuti, yaitu (1) ketersediaan pendidik berkualitas yang belum memadai dan persebaran pendidik yang belum merata, (2) kesejahteraan pendidik yang masih terbatas, (3) ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan serta fasilitas pendukung kegiatan pembelajaran yang belum mencukupi, dan (4) dukungan penyediaan biaya operasional pendidikan yang belum memadai. Ketersediaan sarana dan prasarana dengan kualitas yang baik dalam rangka menunjang terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif juga menjadi persyaratan yang masih harus dipenuhi.

Pada jenjang pendidikan tinggi (PT), pelaksanaan PT-BHMN belum sepenuhnya berjalan dengan baik karena masih adanya kendala hukum dalam operasionalisasinya. Pendidikan tinggi masih menghadapi kendala dalam mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi karena kegiatan penelitian dan pengembangan serta penyebarluasan hasilnya masih sangat terbatas. Proses transfer ilmu pengetahuan dan teknologi juga mengalami hambatan karena masih terbatasnya akses terhadap buku-buku teks dan jurnal-jurnal internasional yang dapat diakses.

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan pendidikan dan hasil yang telah dicapai sampai bulan Juli 2008, diperlukan langkah dan tindak lanjut yang difokuskan pada perluasan dan pemerataan akses pendidikan, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, serta penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik melalui (1) perluasan akses pendidikan dasar bermutu yang lebih merata; (2) perbaikan distribusi guru dan meningkatkan kualitas pendidik; (3) peningkatan pemerataan, mutu, dan relevansi pendidikan menengah seluas-luasnya, baik melalui jalur formal maupun nonfomal; (4) peningkatan pemerataan, mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan tinggi dengan memperkuat otonomi perguruan tinggi dan peningkatan intensitas penelitian yang relevan dengan kebutuhan pembangunan; (5) intensifikasi dan ekstensifikasi pendidikan nonformal dan informal; (6) peningkatan kualitas pelayanan pendidikan untuk secara bertahap mencapai standar nasional pelayanan pendidikan; (7) peningkatan pemerataan dan keterjangkauan pendidikan anak usia dini; dan (8) peningkatan kualitas pengelolaan pelayanan pendidikan sejalan dengan penerapan prinsip good governance; serta (9) peningkatan peranserta masyarakat dalam pembangunan pendidikan.

27. Peningkatan Akses Masyarakat terhadap Kesehatan yang

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 93-98)