• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN PERTAHANAN NEGARA

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 190-200)

Pembangunan pertahanan negara merupakan upaya menegakkan kedaulatan negara, menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan menjaga keselamatan segenap bangsa dari ancaman militer dan non militer. Dengan mengacu pada RPJMN 2004—2009, kebijakan pembangunan pertahanan negara mengarah kepada peningkatan profesionalisme Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui pemeliharaan alat utama sistem senjata (alutsista), penggantian dan pengembangan alutsista yang sudah tidak layak pakai, pengembangan secara bertahap dukungan pertahanan, peningkatan kesejahteraan prajurit, serta peningkatan peran industri pertahanan nasional dalam memenuhi kebutuhan alutsista TNI.

Untuk mencapai pembentukan kekuatan pokok minimum (minimun essential force), pemenuhan kebutuhan alutsista Dephan/TNI diupayakan sejalan dengan komitmen pemerintah dalam rangka meningkatkan kemampuan industri strategis nasional dengan memanfaatkan sebesar-besarnya kemampuan industri pertahanan nasional dalam memenuhi kebutuhan alutsista Dephan/TNI. Langkah tersebut juga merupakan upaya untuk mengurangi ketergantungan

alutsista Dephan/TNI terhadap produksi industri militer luar negeri yang rawan terhadap embargo.

Sampai saat ini, kemampuan pertahanan negara telah mengalami kemajuan yang ditunjukkan dengan proksi indikator meningkatnya kesiapan alutsista dan terselenggaranya latihan gabungan TNI sesuai dengan rencana. Namun, secara keseluruhan, pembangunan pertahanan negara baru menghasilkan postur pertahanan negara dengan kekuatan yang masih terbatas di bawah standar tingkat kemampuan penangkalan bila dihadapkan dengan tugas, jumlah penduduk, dan luas wilayah beserta kekayaan yang terkandung di dalamnya yang harus dijaga integritas dan keutuhan wilayah yuridiksinya. Permasalahan yang dihadapi, langkah kebijakan dan hasil-hasil yang dicapai, serta tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan adalah sebagai berikut.

I. Permasalahan yang Dihadapi

Masalah yang dihadapi adalah masih kurang memadainya kuantitas dan kualitas alutsista, sarana, dan prasana TNI dalam mencapai minimum essential force. Kondisi alutsista TNI sebagian besar usia pakainya antara 25 sampai dengan 40 tahun yang masih terus dipelihara dan diperbaiki agar siap dioperasionalkan. Kondisi alutsista tersebut sangat dipengaruhi oleh keterbatasan kemampuan negara dalam menyediakan anggaran pertahanan dan keamanan.

Kemampuan anggaran pertahanan saat ini masih berada di bawah 1% dari produk domestik bruto (PDB) atau 3,32% terhadap anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Jika dibandingkan dengan negara tetangga, anggaran pertahanan Indonesia berada di bawah negara-negara di Asia Tenggara yang pada umumnya memiliki anggaran pertahanan di atas 2% dari PDB. Kemampuan anggaran pertahanan tersebut baru dapat memenuhi 32,2% kebutuhan Dephan/TNI.

Untuk mempertimbangkan keterbatasan kemampuan negara dalam menyediakan anggaran pertahanan dan keamanan pemerintah, serta dalam rangka mengurangi porsi pinjaman luar negeri dalam

pembangunan nasional, pemerintah berupaya mengoptimalkan pemanfaatan sumber pendanaan melalui pinjaman perbankan dalam negeri. Dalam pemenuhan kebutuhan alutsista TNI, langkah tersebut diupayakan melalui pengalihan sebagian pinjaman luar negeri menjadi pinjaman dalam negeri terutama terhadap penyediaan alutsista yang selama ini dibiayai dengan menggunakan fasilitas kredit ekspor. Namun, kebijakan tersebut belum dapat berjalan dengan baik karena belum ditetapkannya peraturan perundang- undangan yang mengatur tata cara pinjaman dalam negeri sehingga penggunaan pinjaman luar negeri dalam memenuhi kebutuhan alutsista TNI belum dapat dielakkan.

Komitmen Pemerintah dalam pemanfaatan produk industri pertahanan nasional untuk memenuhi kebutuhan alutsista TNI juga belum dapat berjalan dengan baik. Hal tersebut terkait dengan keterbatasan kemampuan dan kapasitas industri pertahanan nasional dalam memproduksi alutsista TNI, keterbatasan penguasaan teknologi militer Indonesia, serta belum optimalnya upaya menyinergikan industri pertahanan nasional. Di samping itu, untuk mencapai kemandirian industri dan teknologi militer bagi pertahanan negara dibutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang dan harus dilaksanakan secara berkelanjutan.

Penanganan permasalahan di daerah perbatasan dan pulau- pulau terluar, serta penanganan permasalahan maritim yang mencakup keamanan di laut belum dapat dilaksanakan secara optimal. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh belum memadainya kondisi dan jumlah alutsista, sarana dan prasarana pertahanan di pos- pos perbatasan, serta belum kuatnya perangkat hukum dan keterbatasan diplomasi militer.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Komponen pertahanan terdiri atas komponen utama (TNI), komponen cadangan, dan komponen pendukung. Pembangunan kemampuan komponen pertahanan diprioritaskan pada pembangunan komponen utama, sedangkan penyiapan komponen cadangan dan komponen pendukung dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan kemampuan sumber daya yang tersedia.

Pembangunan komponen utama TNI didasarkan pada konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap mempertimbangkan ancaman yang dihadapi serta kecenderungan perkembangan lingkungan strategik. Peningkatan kemampuan alutsista TNI diarahkan pada pembentukan

minimum essential force yaitu melalui pemeliharaan alutsista,

repowering/retrofiting terhadap alutsista yang secara ekonomis masih dapat dipertahankan dan pengadaan alutsista baru. Adapun penambahan alutsista baru didasarkan pada kebutuhan yang mendesak dan diperlukan untuk menggantikan alutsista yang sudah tidak layak pakai.

Jika mengingat keterbatasan kemampuan anggaran pemerintah terkait dengan tantangan dan ancaman yang dihadapi, secara trimatra terpadu pembangunan TNI Angkatan Darat diarahkan pada tercapainya pemantapan kekuatan, sedangkan pembangunan TNI Angkatan Laut dan TNI Angkatan Udara diarahkan pada mordernisasi dan pengembangan.

Dalam rangka profesionalitas personel, ditempuh peningkatan kuantitas dan kualitas personel TNI secara berkesinambungan melalui werving program militer sukarela dan prajurit karier dari masyarakat yang berpendidikan D-3, S-1, dan S-3, serta penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan. Di samping itu, diupayakan secara bertahap pemenuhan kebutuhan dasar prajurit melalui peningkatan uang lauk pauk (ULP) untuk memenuhi kebutuhan standar kalori/prajurit/hari, yaitu 3.600 kalori/prajurit/hari.

Sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam meningkatkan kemampuan industri strategis nasional, pemenuhan kebutuhan alutsista Dephan/TNI dilaksanakan dengan memanfaatkan sebesar- besarnya kemampuan industri pertahanan nasional. Langkah tersebut juga merupakan upaya untuk mengatasi ketergantungan alutsista TNI yang selama ini dipasok dari luar negeri yang rawan terhadap embargo. Sumber anggaran yang digunakan, selain rupiah murni yang disiapkan dalam APBN, juga seoptimal mungkin melibatkan dukungan dari perbankan di dalam negeri.

Untuk mendukung pemberdayaan industri pertahanan nasional, saat ini pemerintah sedang menyusun peraturan mengenai

skema pembiayaan dalam negeri. Apabila pada tahun ini peraturan tersebut sudah dapat ditetapkan, diharapkan mulai tahun 2009 skema pinjaman dalam negeri tersebut dapat berlaku efektif. Selain itu, Pemerintah juga sedang merumuskan rencana jalan keluar (road map) industri pertahanan nasional untuk mewujudkan kemandirian alutsista TNI.

Dalam hal kemandirian industri pertahanan nasional, dilakukan peningkatan pengembangan riset dan teknologi industri militer secara terpadu di antara badan usaha milik negara industri strategis (BUMNIS), lembaga pemerintah dan nonpemerintah, serta membangun kerja sama industri strategis dengan negara sahabat.

Arah kebijakan yang ditempuh dalam meningkatkan kemampuan pertahanan adalah sebagai berikut:

a. penajaman dan sinkronisasi kebijakan pertahanan, strategi pertahanan, penguatan koordinasi dan kerja sama di antara kelembagaan pertahanan;

b. peningkatan kemampuan dan profesionalisme TNI mencakup dimensi alutsista, materiil, personel, serta sarana dan prasarana;

c. peningkatkan penggunaan alutsista produksi dalam negeri sesuai dengan komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri pertahanan nasional;

d. peningkatan kesejahteraan anggota TNI;

e. pengoptimalan anggaran pertahanan dalam upaya mencapai

minimum essential force;

f. peningkatan pemasyarakatan pembinaan kesadaran bela negara secara formal dan informal.

Hasil yang dicapai dalam kurun waktu 2005 sampai dengan pertengahan tahun 2008 adalah sebagai berikut.

Pada tahun 2005 telah tersusun Rencana Strategi Pertahanan 2005–2009, kebijakan umum dan kebijakan penyelenggaraan pertahanan. Sesuai dengan amanat Undang-Undang RI Nomor 34 Tahun 2004, telah disusun Rancangan Perpres Susunan Organisasi

TNI dalam membangun sistem dan metode pengembangan TNI serta validasi organisasi satuan. Selain itu, dalam rangka menyiapkan pedoman pelaksanaan tugas pokok TNI, (1) telah disahkan Doktrin TNI yaitu Tri Dharma Eka Karma (Tridek) dan disempurnakan Doktrin Angkatan Darat (Kartika Eka Paksi), Doktrin Angkatan Laut (Eka Sasana Jaya), dan Doktrin Angkatan Udara (Swa Buwana Paksa), (2) telah tersusun Perpres No. 7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan pada tanggal 26 Januari 2008, Peraturan Menteri Pertahanan (Permenhan) No. Per/22/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Strategi Pertahanan Negara, Permenhan No. Per/23/M/XII/2007 tanggal 28 Desember 2007 tentang Doktrin Pertahanan Negara, Permenhan No. Per/03/M/II/2008 tanggal 18 Februari 2008 tentang Strategic Defence Review (SDR) dan Postur Pertahanan Negara. (3) telah tersusun konsep rancangan undang-undang (RUU) Komponen Cadangan Pertahanan Negara (KCPN), naskah akademik RUU Komponen Pendukung Pertahanan Negara (KPPN), dan naskah RUU Pendidikan Kewarganegaraan.

Meningkatnya kemampuan pertahanan negara ditunjukkan dengan semakin meningkatnya kesiapan alutsista, dan terselenggaranya latihan gabungan TNI sesuai dengan rencana. Namun, secara keseluruhan pembangunan pertahanan negara baru menghasilkan postur pertahanan negara dengan kekuatan yang masih di bawah standar tingkat kemampuan penangkalan. Pemantapan kekuatan TNI dilakukan melalui pengembangan kekuatan terpusat, kewilayahan, satuan tempur, satuan bantuan tempur, satuan pendukung, dan pelaksanaan latihan perseorangan hingga latihan gabungan TNI guna meningkatkan profesionalisme personel TNI. Saat ini kekuatan personel TNI berjumlah 379.391 prajurit, yang terdiri atas 281.556 prajurit TNI AD, 68.767 prajurit TNI AL dan 29.068 prajurit TNI AU.

Terpeliharanya kesiapan alutsista TNI ditempuh melalui efisiensi penggunaan anggaran dan meningkatkan kemandirian dengan memanfaatkan produksi dalam negeri. Secara umum tingkat kesiapan kekuatan matra darat sampai dengan pertengahan tahun 2008 rata-rata mencapai 68.85%, yang meliputi 1.261 unit berbagai jenis kendaraan tempur (ranpur) dengan tingkat kesiapan 63,36%,

537.198 pucuk senjata infanteri berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 72,86%, 983 pucuk senjata artileri berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 74,97%, 59.842 unit kendaraan bermotor (ranmor) berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 87,17%, 61 unit pesawat terbang berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 45,90%.

Peningkatan kekuatan TNI AL diprioritaskan untuk kesiapan operasional kapal tempur dan kapal angkut, pesawat terbang dan ranpur Marinir yang diintegrasikan ke dalam Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT). Sampai saat ini, kekuatan matra laut mencapai tingkat kesiapan rata-rata 46,27%, yang meliputi 143 unit kapal perang (KRI) dengan tingkat kesiapan 61,53%, 312 unit Kapal Angkatan Laut (KAL) dengan tingkat kesiapan 24,35%, 410 unit kendaraan tempur Marinir berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 38.29%, dan 64 unit pesawat terbang dengan tingkat kesiapan 60,93 %.

Adapun kekuatan alutsista TNI AU tertumpu pada pesawat tempur, pesawat angkut, helikopter, pesawat jenis lainnya, dan peralatan radar dan rudal. Kekuatan matra udara saat ini mencapai tingkat kesiapan rata-rata 78,93%, yang meliputi 233 unit pesawat terbang dari berbagai jenis dengan tingkat kesiapan 55,79%, 16 unit peralatan radar dengan tingkat kesiapan 81%, dan 26 set rudal jarak pendek dengan tingkat kesiapan 100%.

Peningkatan kesejahteraan personel terus diupayakan sejak tahun 2005 sampai sekarang. Salah satu diantaranya peningkatan kesejahteraan prajurit berupa kenaikan ULP rutin prajurit dari Rp.17.500,00 per hari menjadi Rp.25.000,00 ribu per hari pada tahun 2005 hingga mencapai Rp.30.000,00 per hari pada awal tahun 2007 dan Rp.35.000,00 per hari pada awal tahun 2008, sedangkan bagi pegawai negeri sipil di lingkungan Dephan dan TNI, juga uang makan telah dinaikkan dari Rp.10.000,00 menjadi Rp.15.000,00 mulai tahun anggaran 2008. Dengan adanya berbagai perbaikan kesejahteraan prajurit TNI dan PNS tersebut, hendaknya dapat diimbangi dengan meningkatkan disiplin dan motivasi kerja personel TNI.

Terlaksananya pemberian Dana Kehormatan Veteran RI kepada anggota Veteran RI tertuang di dalam Perpres Nomor 24 Tahun 2008 tentang Dana Kehormatan Veteran RI terhitung tanggal 1 Januari 2008.

Dalam upaya peningkatan jaminan keluarga prajurit dilakukan pengadaan sembako, program usaha simpan pinjam, peningkatan pengetahuan bidang perkoperasian, dan peningkatan program yang sudah berjalan selama ini dengan pemberian santunan kepada personel oleh ASABRI, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan program kredit perumahan rakyat (KPR), pemberian santunan risiko kematian khusus (SRKK), dan pemberian bantuan pendidikan keterampilan bagi personel TNI yang akan memasuki masa pensiun dan keluarga prajurit yang tidak mampu.

Dari tahun 2005 sampai saat ini, upaya restrukturisasi bisnis TNI terus dilakukan sebagai tindak lanjut mengemban amanat UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia khususnya Pasal 76 yang menyatakan bahwa dalam jangka waktu lima tahun sejak berlakunya undang-undang tersebut, Pemerintah harus mengambil alih seluruh aktivitas bisnis yang dimiliki dan dikelola oleh TNI baik secara langsung maupun tidak langsung. Upaya yang dilakukan dimulai dari tahapan inventarisasi secara cermat dan bertanggung jawab oleh Tim Supervisi Transformasi Bisnis (TSTB) TNI, yang selanjutnya melalui Keputusan Presiden Nomor 7 Tahun 2008 diganti menjadi Tim Nasional (Timnas) Pengalihan Aktivitas Bisnis TNI.

Telah dilakukan kegiatan pengkajian, persiapan pembentukan, dan pembentukan satuan baru dalam upaya pengembangan organisasi atau gelar satuan TNI AD yang meliputi: Brigif (Brigade Infanteri), Yonif (Batalyon Infanteri), Yonkav (Batalyon Kavelari), Yonarmed (Batalyon Artileri Medan), Yonarhanud (Batalyon Pertahanan Angkatan Udara), Yonzipur (Batalyon Zeni Tempur), Denkav (Detasemen Kavaleri), Denzipur (Detasemen Zeni Tempur), Denarhanud (Detasemen Pertahanan Udara), Korem (Komando Resor Militer), Kodim (Komando Distrik Militer), Koramil (Komando Rayon Militer), Rindam (Resimen Induk Komando Daerah Militer), Disjasad, Sekolah Raider, dan Satpenerbad (Satuan Penerbangan TNI AD).

Terselenggaranya pemantapan organisasi Kotama (Komando Utama)/Balakpus (Badan Pelaksana Pusat) TNI AD meliputi: Mapussenif (Markas Pusat %jataan Infanteri), Mapusintelad (Markas Pusat Intelijen AD), Mapuspom (Markas Pusat Kepolisian Militer),

Mapuspenerbad (Markas Pusat Penerbangan TNI AD), Madithubad (Markas Direktorat Hukum AD), Maditziad (Markas Direktorat Zeni TNI AD), Maditpalad (Markas Direktorat Peralatan TNI AD), Maditbekangad (Markas Direktorat Pembekalan dan Angkutan TNI AD), Maditkesad (Markas Direktorat Kesehatan TNI AD), Maditajenad (Markas Direktorat Ajudan Jenderal TNI AD), Maditkumad (Markas Direktorat Hukum TNI AD), Madittopad (Markas Direktorat Topografi TNI AD), Maditkuad (Markas Dinas Kekuatan TNI AD), Madispenad (Markas Dinas Penerangan TNI AD), Madisbintalad (Markas Dinas Pembinaan Mental dan Sejarah TNI AD), Madispsiad (Markas Dinas Psikologi TNI AD), Madisinfolahtad (Markas Dinas Informasi dan Pengolahan Data TNI AD) dan Madislitbangad (Markas Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD).

Dalam pengembangan sarana, prasana, dan fasilitas TNI dilakukan pembangunan/renovasi asrama dan perumahan dinas/perumahan prajurit, asrama/barak prajurit, gedung perkantoran, pangkalan, dan fasilitas pemeliharaan sesuai dengan kemampuan alokasi anggaran yang telah ditetapkan bagi TNI.

Peningkatan koordinasi dan kerja sama antara TNI, Polri, dan instansi terkait lainnya dilakukan untuk mencegah, menangkal, dan menindak segala bentuk ancaman laut/udara yang dapat mengganggu kedaulatan negara dan berbagai pelanggaran lintas udara, lintas laut, perompakan, penyelundupan, pencurian ikan (illegal fishing),

pembalakan liar (illegal logging), pencurian tambang (illegal mining), serta pencemaran laut di jalur alur laut Kepulauan Indonesia (ALKI).

Terkait dengan pengamanan di daerah perbatasan, saat ini telah dibangun pos-pos pengamanan perbatasan dan tergelarnya pasukan TNI, baik di pos-pos perbatasan maupun di dua belas pulau kecil terluar, yaitu Pulau Rondo, Pulau Berhala, Pulau Sekatung, Pulau Nipah, Pulau Miangas, Pulau Marore, Pulau Marampit, Pulau Dana (Rote), Pulau Batek, Pulau Fani, Pulau Brass, dan Pulau Fanildo untuk menjamin kedaulatan negara atas teritori Indonesia. Untuk meningkatkan upaya pengamanan tersebut, telah dibangun pos pulau terluar di Pulau Berhala, Pulau Nipah, Pulau Laut, Pulau Enggano, Pulau Karimata, Pulau Serutu, Pulau Maratua, Pulau

Derawan, Pulau Sebatik, Pulau Miangas, Pulau Marore, Pulau Marampit, Pulau Batek, Pulau Mangudu, Pulau Dana (Kepulauan Rote), Pulau Dana (Kepulauan Sabu), Pulau Lirang, Pulau Wetar, Pulau Kisar, Pulau Marotai, Pulau Pani Pulau Brasi, Pulau Rondo, Pulau Nasi, Pulau Bengkaru, dan Pulau Haloban. Pembangunan yang dilakukan, di antaranya terdiri atas barak, pos jaga, menara tinjau, dapur/gudang BMP, KM/WC dan cuci, instalasi dan penyediaan air bersih, listrik, serta fasilitas Hellypad dan dermaga sederhana.

Dalam pengamanan batas wilayah juga dilakukan operasi pengamanan batas wilayah laut RI-RDTL-Australia, RI-Pilipina, RI- Singapura, RI-Malaysia, dan operasi patroli terkoordinasi (patkor) di wilayah perbatasan laut negara yaitu, Patkor Indonesia-Singapura, Malaysia-Indonesia (Malindo), India-Indonesia, MSSP dan Optima. Di samping itu, terlaksananya pemotretan udara melalui foto udara vertikal terhadap 42 pulau kecil terluar yang berada di wilayah NKRI. Dan dilaksanakan pula operasi patroli udara maritim (patmar) di seluruh wilayah udara nasional, dilaksanakan operasi pertahanan udara terkoordinasi Malindo di wilayah udara perbatasan RI- Malaysia, serta patroli pengamatan udara terkoordinasi Eye in the Sky (EIS) antara Indonesia, Malaysia, dan Singapura di wilayah udara Selat Malaka.

Beberapa bentuk kerja sama dengan negara tetangga wilayah perbatasan yang telah dilakukan di antaranya RI-RDTL, RI- Australia, RI-Pilipina, RI-Singapura, RI-Malaysia, Rl-lndia, RI- Thailand, RI-PNG. Sementara itu, dalam rangka turut serta pemeliharaan perdamaian dunia dilakukan pengiriman pasukan TNI pada misi PBB melalui Kontingen Garuda (Konga) XX-D/MONUC di Kongo sebanyak 175 orang Garuda, dan Military Observer yang meliputi Konga XV/UNOMIG di Georgia sebanyak 4 orang, Konga XX/MONUC di Kongo Sebanyak 15 orang, Konga XXII/UNMIS di Sudan sebanyak 10 orang, Konga XXIV/UMN di Nepal sebanyak 6 orang, dan Konga XXIII-A/UNIFIL di Libanon sebanyak 857 orang. Dalam bidang pertahanan, TNI AD telah melakukan kerja sama dengan negara-negara sahabat khususnya pada latihan dan operasi bersama di antaranya adalah (a) kerja sama TNI AD dengan negara Singapura melalui kegiatan rapat Joint Army Training Working Group (JATWG), program kunjungan dan pertukaran

personel TNI AD dan SAF, program latihan bersama Chandrapura- XIV/2007, Safkar Indopura-19/2007, Army Interaction Games; (b) kerja sama dengan negara Malaysia melalui latihan bersama Kekar Malindo-32AB/07, program pertukaran personal dari Yonif-643/WS Dam VI/Tpr ke AD Malaysia, dan program kunjungan perwira senior, kerja sama dengan negara Thailand dalam kegiatan Latma Tiger XI/2007; (c) kerja sama dengan negara Brunei, melalui Latma Gultor, program pertukaran personel, program kunjungan perwira senior TNI AD-TDDB; (d) kerja sama dengan negara Filipina melalui Latma Gultor, program kunjungan perwira senior dan pertukaran personel TNI AD-PA (Philippines Army); (e) kerja sama dengan negara Australia melalui program kunjungan, pertukaran personel (Kartikaburra Exchange), pelatihan Night Komodo, Junior Officer Close Country Instructional Techniques (JOCCIT), dan

Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) 2007, The Land Warfare Conference 2007, The Safety Conference, PACC/PAMS 2007, pelatihan Small Arms Coaching bagi personel TNI; (f) kerja sama dengan negara Korea Selatan melalui kegiatan program kunjungan perwira senior dan program pertukaran personel; (g) kerja sama dengan Angkatan Darat India melalui pelatihan Counter Insurgency, Counter Terrorism, dan Jungle Warfare di India pada tanggal 27 s.d. 31 Januari 2007; serta (h) kerja sama dengan negara Amerika Serikat dalam wadah USIBDD (United State Indonesia Bilateral Defence Discussion) yang merupakan program kerja sama bidang pelatihan dalam program kerja Mabes TNI TA 2007.

Kerja sama TNI AL dengan Singapura diwujudkan melalui pelatihan dan patroli terkoordinasi di wilayah Selat Singapura (Patkor lndosin-2008). Kerja sama Indonesia-Malaysia dalam bentuk latihan dan patroli terkoordinasi antara kedua Angkatan Laut (Patkor dan Latma Malindo-2008) di wilayah Selat Malaka. Adapun kerja sama dalam bidang keamanan laut dilakukan dengan menggelar operasi laut bersama Trilateral Coordinate Patrol Malsindo-2008 (Malaysia-Singapura-lndonesia) di Selat Malaka dan Singapura. Kerja sama Indonesia-Filipina diwujudkan dalam bentuk pelatihan dan patroli terkoordinasi di wilayah Laut Sulawesi (Patkor Filindo- 2008). Kerja sama Indonesia-Thailand dilakukan melalui kerja sama penanganan lintas batas gerakan separatisme. Kerja sama Indonesia- India dilakukan dalam bentuk Patroli Terkoordinasi (Patkor lndindo-

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 190-200)