• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stabilitas Ekonomi Makro

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 83-87)

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35

23. Stabilitas Ekonomi Makro

Dalam sektor moneter laju inflasi berhasil dikendalikan dari level 17,9% pada bulan Oktober 2005 menjadi 6,6% pada tahun 2006 dan 2007. Ketika memasuki tahun 2008, laju inflasi cenderung meningkat yang didorong, terutama, oleh kenaikan harga kelompok komoditas makanan dan makanan jadi, serta tingginya harga komoditi pertanian di pasar dunia. Tekanan tingginya harga minyak

dunia serta tingginya konsumsi BBM dalam negeri memaksa pemerintah untuk menaikkan harga jual BBM di dalam negeri pada bulan Mei 2008. Sementara itu, kestabilan nilai tukar rupiah sampai semester I 2008 tetap terjaga dengan tingkat volatilitas yang cenderung menurun dibandingkan dengan kondisi pada akhir tahun 2007.

Stabilnya nilai tukar rupiah dan laju inflasi yang terkendali mendorong penurunan suku bunga. Pada akhir 2005, BI rate sebesar 11,7%, terus menurun menjadi 9,5% (2006) dan 8,0% (2007). Akan tetapi, dengan melihat perkembangan inflasi dan nilai tukar yang terjadi, suku bunga BI rate kembali dinaikkan hingga mencapai 8,75% pada awal Juli 2008.

Dalam sektor perbankan, berlangsungnya periode penurunan tingkat suku bunga tersebut atas telah memacu perbankan untuk meningkatkan fungsi intermediasinya. Hingga April 2008, total kredit tumbuh 29,0% (year on year) sedangkan dana masyarakat tumbuh 14,0% (year on year). Seiring dengan itu, loan to deposit ratio (LDR) perbankan meningkat menjadi sebesar 74,4% pada akhir April 2008. Khusus kredit untuk pembangunan sektor penting, terjadi peningkatan outstanding kredit bagi proyek inisiatif Pemerintah, seperti infrastruktur, alutsista, agribisnis dan bioenergi dari sekitar Rp40,0 triliun (akhir 2005) menjadi Rp64,1 triliun (Mei 2008).

Selanjutnya, dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit kepada usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) melalui bank umum juga terus meningkat. Penyaluran kredit UMKM tumbuh sebesar 22,5% (year on year) pada tahun 2007 dan terus tumbuh sebesar 27,2% (year on year) pada April 2008. Kenaikan juga terjadi pada jumlah rekening UMKM dari sejumlah 19,0 juta rekening (2006), tumbuh 4,7% menjadi 19,9 juta rekening (2007) dan tumbuh 5,5% dalam waktu empat bulan mencapai 21,0 juta rekening pada bulan April tahun 2008.

Pencapaian pada intermediasi perbankan itu diikuti pula dengan membaiknya ketahanan perbankan. Rasio non performing loan (NPL) bank umum menurun dari sekitar 7,6% (akhir tahun 2005), menjadi 4,1% (akhir tahun 2007). Bahkan, pada bulan April

2008, NPL bank umum hanya sekitar 3,8%. Sementara itu, sejak tahun 2005 hingga April 2008, capital adequacy ratio (CAR) bank umum dapat dipertahankan di atas 19,3%.

Dalam sektor pasar modal, meskipun sempat terjadi gejolak akibat guncangan ekonomi dunia, pasar modal dalam negeri masih cukup tangguh dapat menjaga stabilitasnya. Indeks-Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami peningkatan hingga mencapai 2.745,83 pada akhir tahun 2007. Pada awal tahun 2008 sempat berfluktuasi pada bulan Januari dan Februari 2008 sebelum menurun menjadi 2.447,30 pada bulan Maret 2008 terpengaruh krisis kredit perumahan Amerika Serikat lanjutan dan sedikit berfluktuasi menjadi 2.332,12 pada akhir bulan Juni 2008.

Terjaganya stabilitas sektor keuangan tersebut didukung oleh berbagai faktor sebagai berikut. Pertama, telah diterapkannya peraturan perbankan maupun lembaga keuangan non bank (LKNB) yang bersifat preventif terhadap pencegahan risiko kegagalan penempatan investasi. Kedua, telah dibentuk Forum Stabilitas Sistem Keuangan (Juni 2007) guna meningkatkan kerjasama, koordinasi dan pertukaran informasi dalam rangka stabilitas sistem keuangan. Ketiga, di dalam sektor ini kesadaran para pelaku industri dalam menerapkan aturan mengenai tata kelola yang baik (good governance) dan perlindungan masyarakat penggunanya/nasabah sudah semakin baik. Di samping itu, dengan dilakukannya penggabungan dua bursa (Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya) menjadi Bursa Efek Indonesia pada akhir tahun 2007 dimaksudkan pula agar dapat meningkatkan efisiensi pasar modal yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketahanan sektor keuangan.

Dalam rangka menjaga stabilitas ekonomi makro, serta menunjang efektivitas kebijakan dan kesinambungan pelaksanaan berbagai program pembangunan, maka ketersediaan data dan informasi statistik yang akurat, credible, dan realible, sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan dan berbagai keputusan strategis dalam pengelolaan ekonomi makro, perlu terus ditingkatkan. Untuk itu, dalam mewujudkan Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif, dan efisien, maka sejalan dengan semakin meningkatnya permintaan data, diambil langkah-langkah untuk memperbaiki metode pengumpulan, pengolahan, dan analisis

data dalam rangka memenuhi kebutuhan akan data dan informasi statistik yang akurat dan tepat waktu yang semakin beragam.

Memasuki tahun keempat pelaksanaan RPJMN tahun 2004- 2009, masih banyak masalah dan tantangan yang dihadapi dalam ketersediaan data statistik. Untuk beberapa jenis data, penyediaan data yang tepat waktu masih sulit dipenuhi. Masalah yang dihadapi dari waktu ke waktu masih tetap sama, yaitu kondisi daerah yang menjadi sampel adalah daerah sulit terjangkau. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pengiriman dokumen sebelum dan setelah pencacahan, serta kesulitan bagi petugas untuk mencapai lokasi.

Disamping itu, dengan adanya otonomi daerah yang berdampak pada semakin banyaknya daerah pemekaran baru, kebutuhan akan data semakin beragam dan rinci, sesuai dengan kondisi dan permasalahan yang dihadapi tiap-tiap daerah. Jumlah data dan informasi statistik yang tersedia masih terbatas. Di sisi lain pemerintah daerah membutuhkan berbagai data dan informasi untuk mendapatkan gambaran yang sebenarnya mengenai kondisi dan permasalahan yang dihadapi setiap daerah serta menemukan potensi- potensi daerah yang dimanfaatkan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Data dan informasi tersebut cenderung sulit untuk diperoleh karena selama ini penyediaan data dan informasi masih terkait dengan wilayah administrasi yang lebih besar. Oleh sebab itu, penyediaan informasi statistik pada tingkat kabupaten/kota dan wilayah administrasi yang lebih kecil, seperti kecamatan dan desa (statistik wilayah kecil) mutlak diperlukan.

Untuk mendukung peningkatan penyediaan data statistik dasar yang lengkap, akurat, dan tepat waktu dilaksanakan juga pengembangan sistem informasi untuk mengembangkan jaringan informasi statistik serta penguasaan teknologi, khususnya teknologi informasi sehubungan dengan semakin beragamnya kebutuhan data statistik dan pesatnya kemajuan teknologi sebagai prasyarat dalam menyajikan informasi statistik yang akurat, terpercaya, dan tepat waktu. Pengembangan sistem informasi dilaksanakan melalui berbagai kegiatan, antara lain pengembangan dan penyusunan sistem publikasi elektronik dan internet, peningkatan kuantitas dan kualitas metadata, penyusunan database dokumentasi statistik,

penyempurnaan publikasi sistem sentralistik dinamik, penyempurnaan sistem pengolahan data terpadu, pengembangan layanan jaringan komunikasi data melalui akses on-line (VPN/Virtual Privat Network), pengadaan peralatan dan rekayasa informatika, penyempurnaan sistem informasi kepegawaian. Hingga pertengahan tahun 2008 sudah tersedia 66 titik (VPN) yang digunakan untuk mempercepat proses pengiriman data mentah, disamping sangat membantu untuk proses press realease bersama antara kantor pusat dan kantor-kantor di 33 provinsi. Dengan demikian diskrepansi statistik diharapkan akan semakin kecil.

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 83-87)