• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengumpulan, Analisis, Validitas Data Penelitian dan Keterkaitan dengan Teori Kritis

METODOLOGI PENELITIAN

4. Pengumpulan, Analisis, Validitas Data Penelitian dan Keterkaitan dengan Teori Kritis

Penelitian dengan menekankan rentangan peristiwa-peristiwa atau kejadian melalui aspek proses dan kesejarahan. Berdasarkan itu maka bingkaian pembatas dan pengumpulan data dilakukan melalui dimensi-dimensi yang lazim, seperti: waktu, aktor8 dan tempat. Dimensi waktu, yaitu mencoba menarik ke belakang masa kolonial hingga Orba dengan maksud untuk mendapatkan rekam-jejak terkait peran negara dan struktur pertambangan masa itu, saat ini maupun masa ketika telaahan ini sedang berlangsung (pascaOrba/era reformasi).

Terkait pengumpulan9, analisis dan validitas data dalam suatu penelitian, adalah juga menyangkut aspek teknis dari, bagaimana seperangkat gejala atau realisme historis didapat dan mau diapakan setelah data diperoleh. Rangkaian tahapan penelitian dikenal sebagai metode atau cara melakukan penelitian ini belumlah dianggap cukup. Sebuah rangkaian hendaknya dikaitkan dengan pilihan dan penetapan paradigma maupun adanya kesesuaian metode penyertanya. Dalam prinsip kerja-teknis, metode adalah piranti yang menjalankan atau diperintahkan-kerja oleh seperangkat besar metodologi penelitian. Tepatnya, kerja metode dipandu oleh metodologi penelitian, yang setidak-tidaknya, telah dirancang sebelumnya di tempat lain. Meski rancangan dimaksud tentulah tidak dalam kondisi yang sempurna laiknya rancangan penelitian kuantitatif. Dalam pengertian ini tidak mungkin pula sebuah metode

8

Menegaskan ulang tentang aktor, melengkapi catatan kaki di atas, bahwa pilihan tingkatan tidak dalam tingkatan individual dan interpersonal yang memang sangat menekankan perilaku dan individunya. Tetapi disini berkenaan dengan organisasi tindakan yang ajeg dan langgeng yang ditunjukkan dengan pola-pola dan jaringan-jaringan.

9

Di dalam strukturasi Giddens dan hegemoni Gramsci dalam upaya menjelaskan perebutan sumberdaya timah di Bangka maka data perlu dijelaskan. Data dimaksud adalah data primer yaitu data yang (life history adalah data aktor; sementara dilihat dari sumber data terbagi sebagai aktor penilai dan aktor pelaku). Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui dokumen, tulisan-tulisan, lambang-lambang yang berkenaan dengan sumber data „aktor‟ penilai maupun „aktor‟ pelaku hubungannya dengan pertarungan yang berkenaan dengan timah.

30

dihadirkan di atas landasan sebuah metodologi penelitian yang „kosong10‟, sehingga terkait paradigma teori kritis maka substansi metode pilihannya tidak lain adalah dialektis.

Pengumpulan Data. Sebagaimana telah dijelaskan dalam metode penelitian bahwa data dikumpulkan dengan wawancara (indepth-interview), observasi dan

life history. Mengenai pilihan aktor tambang terlebih dahulu dilakukan melalui

observasi. Pilihan final dan penetapan sebagai aktor tambang setelah terlebih dahulu dilakukan dengan wawancara mendalam. Panggalian data lebih intensif menggunakan life history

Analisis Data. Proses analisis data mengalir (flow model) dari awal hingga tahap penarikan kesimpulan (Miles & Huberman 1992: 16-21). Komponen analisis data dilakukan dalam 3 alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan, yaitu: (1) reduksi data (data reduction) yakni dengan melakukan proses pemilihan-analisis data tumpukan data tambang [timah], regulasi kebijakan yang berkaitan dengan tambang dan bentuk-bentuk pertarungan yang terjadi serta dokumentasi tentang keterlibatan struktur [negara], aktor-aktor yang berkontes, dilanjutkan dengan dipilah-pilah dalam kerangka penyederhanaan maupun pengabstraksian sebagai data “kasar”; (2) penyajian data (data display), adalah mendeskripsikan abstraksi-abstraksi melalui bentuk naratif, gambar, bagan, skema atau lainnya yang prosesnya merupakan bagian-dari-analisis; (3) penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing and verification) yaitu pencarian arti dari reduksi dan penyajian hingga terbentuk keajegan-abstraksi atau menandai terbentuknya teori (theoryzing); bermula dari ditariknya abstraksi-abstraksi dan sambil-jalan dilakukan verifikasi.

Validitas Data. Prinsip validitas data adalah proses pembuktian tentang informasi-informasi yang dirumuskan dari „lapangan‟ dapat dipertanggung -jawabkan hasilnya secara ilmiah. Berkenaan dengan validitas data maka semua kajian keilmuan baik yang bersifat positivistik maupun non-positivistik tentu mengalami proses-proses semacam ini11. Peneliti yang berpijak pada aliran positivistik pembuktiannya dimulai dari penarikan sampling hingga alat uji statistik

10 Kosong dalam artian bahwa sebuah penelitian yang „terjun‟ langsung ke lapangan tanpa dibekali oleh proses berpikir sebelumnya. Terpenting bahwa gagasan awal telah dirancang betapapun sederhana rancangan itu.

11

Pandangan ini terlihat ketika matematika dianggap sebagai ilmu paling pastipun ternyata mengalami kegagalan dalam pembuktiannya. Margaret M Poloma, Sosiologi Kontemporer, CV Rajawali, Jakarta, 1984, hlm 202-225

31

yang digunakan maupun dalam proses penarikan simpulan, sehingga memuat tampilan kesahihan dan kevaliditasan dengan sendirinya. Peneliti yang berpijak pada aliran non-positivistik bahwa pembuktian untuk mendapatkan hasil yang sama tidak senyata itu, sehingga karenanya acapkali memunculkan keraguan atas validitas maupun kesahihannya. Namun untuk menjawab keraguan atas validitas maupun kesahihan penelitian hendaknya setiap peneliti memberikan ruang kepada peneliti lain untuk mengikuti alur yang sama yang dilakukan peneliti sebelumnya. Proses demikian mengandung makna bahwa peneliti harus menyediakan data empiris dan bertanggung jawab atas kesamaan-kesamaan itu. Di samping itu teknik dengan cara penjelajahan berulang dan langkah yang terus dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam penelitian setidak-tidaknya telah 3 kali

dilakukan „terjun‟ lapangan, dimulai: November s.d Desember 2009; dilanjutkan

pertengahan Pebruari s.d awal Agustus 2010; dan terakhir akhir Pebruari 2011 s.d awal Maret 2011 dan masih ditambah komunikasi intensif dengan beberapa aktor sampai proses penelitian ini senyata berarkhir. Keraguan atas data dalam penelitian ini dapat ditepis mengingat bahwa peneliti sendiri adalah bagian dari sosiokultural masyarakat Bangka sehingga karenanya diharapkan mampu menjawab perihal pertanggungjawaban ilmiah dimaksud12.

Metode dialektis13. Dalam telaahan kontestasi aktor bahwa dialektis struktur-agensi di mana aktor tambang dan struktur berjalan dalam kontradiksi-kontradiksi. Aktor tambang berdialektis dengan struktur terjelaskan melalui realisme historis. Struktur-agensi di dalam realisme historis secara terus menerus saling berdialektis dan membentuk dalam sekuen waktu, bersifat selalu „berubah‟

lagi mengikuti alur perebutan sumberdaya timah.

12

Cf. Barney G Glaser & Anselm L Strauss, Penemuan Teori Grounded: Beberapa Strategi Penelitian Kualitatif, Usaha Nasional, Surabaya, 1985, hlm 351-2

13 Istilah ini digunakan oleh Marxis ortodok. Lukacs menyebut reifikasi; Habermas, dialektis/refleksi diri, intersubjektif; Gramsci, reflektif. Pada dasarnya metode ini bekerja sebagai lawan dari „pemikiran identitas‟ yang dibawa oleh Teori Tradisional/Positivistik. Bagi Teori Tradisional, yaitu teori-teori yang bekerja dalam pemikiran identitas, jika “a” benar, “non-a” pasti salah. Cara berpikir identitas adalah a = a, atau a # non a. Pikiran hanya mencocokan dirinya dengan fakta dan dengan cara itu fakta tetap teguh dan tidak berubah. Sebaliknya, Teori Kritis memakai pemikiran dialektis (ka). Bagi Teori Kritis, kontradiksi “a” bukanlah “non-a”, melainkan “b”,”c”, “d”, dst. Dengan cara ini fakta dicurigai dan tidak dibiarkan. Teori bermaksud mengubah fakta, maka suatu identitas subjek dan objek tidak tercipta di masa kini melainkan di masa depan. Catatan kaki (dalam) Francisco Budi Hardiman, Kritik Ideologi, Kanisius, Yogyakarta, 1994, hlm 57

32

BAB IV

PETA POLITIK TATAKELOLA SUMBERDAYA TIMAH