• Tidak ada hasil yang ditemukan

Posisi Ideologis Aktor Pembaru (AP) dan Aktor Transisi (AT)

DUALISME AKTOR DI DUA KAMPUNG DI KABUPATEN BANGKA BARAT

5. Perbedaan Sosial dalam Kehidupan Aktor

5.1. Posisi Ideologis Aktor Pembaru (AP) dan Aktor Transisi (AT)

Teori Kritis menempatkan ideologi sebagai dasar pembeda seseorang aktor dalam bertindak. Perbedaan itu berawal dari adanya kesenjangan epistemologis antara pemikiran Marx Muda yang humanistik dan Marx Tua yang dogmatis-materialistik dicerminkan dalam determinisme ekonomi dan keharusan sejarah (Wardaya, 2003: 15) . Pemikiran dasar ini kemudian menimbulkan interpretasi berbeda dalam setiap tokoh namun mereka memiliki sikap yang sama bahwa perbedaan tersebut dilatar-belakangi oleh ideologi yang melekat dan ke arah mana rujukan ideologi itu ditempatkan (Hardiman, 1994: 47-53).

Ideologi dalam pemahaman ini menunjuk pada ada kegunaan praktis yang seharusnya bergandengan dengan ideologi dalam pengertian netral dan ideologi dengan keyakinan yang tidak ilmiah sebagaimana dibangun dalam ilmu-ilmu sosial berhaluan positivistik (Magnis-Suseno, 1993: 230). Ideologi yang menunjuk pada kegunaan praktis inilah yang paling banyak disalah tafsirkan dengan merujuk pada sesuatu yang tersimpan begitu saja dalam benak seorang aktor dalam bertindak. Marx sudah mengingatkan bahwa ideologi yang tersimpan dengan tanpa mempertimbangkan faktor kesadaran yang berdialektika dengan faktor di luarnya dirinya, dapat menyesatkan. Marx menyebut sebagai kesadaran palsu dalam lingkup ideologi yang dibangun aktor bertindak.

Penjelasan Marx tentang ideologi yang dilatar belakangi kesadaran [palsu] menyiratkan dua hal yang bermakna equal atau setara, yaitu ideologi dapat bersifat netral atau positif dan dapat pula bersifat negatif. Namun kondisi tersebut menjadi berbeda ketika ideologi telah disusupi atau memiliki pamrih sehingga dia-ideologi sudah tidak netral dan berubah menjadi ideologis. Jika ideologi

76

berubah menjadi ideologis maka selamanya konsep tesebut bersifat negatif (Magnis-Suseno, 2003: 231). Dengan kata lain ideologi yang ideologis adalah ideologi yang disusupi pamrih sehingga bersifat negatif, yang karena di balik itu adanya kepentingan-kepentingan.

Dalam praktik pertambangan timah di Bangka bahwa ada dua ideologi besar terbangun dan mewarnai khasanah pertambangan, yaitu ideologi eko-populis dan kapitalis. Ideologi eko-populis adalah ideologi yang menganggap bahwa kelestarian lingkungan sangat diutamakan bagi kehidupan tanpa perlu mengeksploitasi timah yang ada sehingga karenanya lingkungan dapat terjaga. Ideologi eko-populis yang direpresentasikan pada Aktor Pembaru (AP). Sebaliknya dengan ideologi kapitalis. Ideologi kapitalis adalah ideologi yang tetap menganggap bahwa mempertahankan kelestarian lingkungan itu penting seraya tetap mengeksploitasi tambang di mana nantinya dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada masyarakat banyak. Ideologi kapitalis direpresentasikan kepada Aktor Transisi (AT).

Teori stigmatisasi hubungannya dengan telaahan struktur-agensi yang menjelaskan bahwa nama sesuatu atau seseorang aktor adalah, ditentukan oleh

„perbedaan‟ dari apa yang ada dalam dirinya yang diperbandingkan dengan dirinya pula serta didialektikakan dengan struktur sosial masyarakatnya. Dengan cara demikian struktur sosial masyarakat sebagai penentu keluasan cakupannya dan penentuan mana selalu terkait dengan agensinya. Dalam struktur-agensi tidak akan pernah berjalan sendiri-sendiri. Satu sebagai yang lain. Oleh karena itu andaikan stigmatisasi tersebut mampu menembus struktur masyarakat maka luasan cakupan-dialektikanya menyesuaikan dengan besaran cakupan itu. Tetapi sekali lagi, bahwa keluasan cakupan sangat ditentukan oleh peran aktor

agensinya. “Soekarno Penyambung Lidah Rakyat” misalnya, jika hasil hubungan

dialektis antara struktur-agensi seputar masyarakat Indonesia belaka maka cakupannya sebesar ranah Indonesia belaka. Tetapi jika Soekarno bersama lima tokoh lainnya yang berhasil menelorkan gagasan Dasa-Sila Bandung tentu struktur-agensinya seluas cakupan Asia-Afrika. Artinya, analisis struktur-agensi tidak pernah saling meniadakan. Dialektika tersebut karena memang demikianlah dalam praktik sosialnya.

Aktor yang diinisialkan sebagai Aktor Pembaru (AP) dan Aktor Transisi (AT) adalah sangat tergantung pada keberpihakan peneliti setelah dikonfrontir dengan struktur-agensinya agen. Mempertegas perbedaan maka dilakukan dengan

77 menunjuk lokasi tempat tinggal sebagai pembeda pertama. AP bermukim di kampung Airputih dan AT di kampung Mayang. Kedua kampung berada pada kecamatan berbeda. Airputih masuk kecamatan Muntok dan kampung Mayang masuk kecamatan Simpangtritip. Kedua kecamatan masuk kabupaten Bangka Barat (setelah pemekaran). Pembeda kedua bahwa dasar yang paling menonjol atau modal sosial AP adalah mantan Kepala Kampung (KK), sementara AT adalah anak dukun kampung dan pensiunan perusahaan korporasi tambang timah dan dalam perusahaan tersebut AT memiliki keahlian sebagai tukang cam. Pembeda ketiga, bahwa inisial AP dilekatkan kepada sosok Bahrudin, lebih

dikarenakan hadirnya „pembedaan‟ dalam dirinya yang paling menonjol setelah dikonfrontasikan dengan struktur masyarakatnya. Istilah “Baru” diberikan kepada dirinya setelah AP merampungkan jabatannya sebagai kepala kampung Airputih. Sementara inisial ATdilekatkan kepada sosok Jumadil lebih dikarenakan bahwa AT yang ditokohkan dalam masyarakatnya masih mungkin atau berpeluang untuk meninggalkan pekerjaan sebagai penambang mengingat masih banyak pekerjaan lain yang dapat dilakukan di luar tambang. Pembeda keempat di mana AT dalam posisi ideologisnya yang menekankan eko-populis, sedangkan AT dalam posisi ideologisnya menekankan aspek kapitalis (Tabel 5.5). Perbedaan ini nanti akan dikontestasikan dalam penelitian ini, dengan catatan bahwa aktivitas AP dengan isu-isu populisnya setelah tidak lagi bekerja di tambang sedang AT masih berprofesi sebagai penambang. Pergerakan keduanya dan aspek serta harapan mereka ke depan ditunjukkan penelitian ini berikutnya.

Tabel 5.5. Dimensi Pembeda Aktor dan Posisi Ideologis

Dimensi Pembeda Aktor Pembaru (AP) Aktor Transisi (AT) Tempat tinggal Asal Sebutan dan singkatan Posisi Ideologis Airputih Mantan Kepala Kampung (birokrasi pemerintah)

Aktor Pembaru (AP)

Eco-populism

Mayang

Anak dukun kampung dan pensiunan timah sebagai tukang cam Aktor Transisi (AT)

Capitalism Sumber : Data Lapangan 2012

Tabel 5.5. menggambarkan perbedaan antara AP dan AT terutama posisi ideologisnya dalam hubungannya dengan aktor bertindak.

Terlepas dari itu bahwa akumulasi kapital melalui tambang yang dilakukan AP berhasil mendudukannya sejajar dengan elite-kolektor tingkat menengah di

78

kecamatan Muntok. Dalam kedudukan ini AP memiliki ruang kuasa gagasan yang makin jauh dan makin luas seputar timah dibandingkan dengan warga di kampungnya. Perbedaan ini secara tidak sengaja justru mengukuhkan dan menguatkan AP sebagai aktor pilihan yang berbeda dengan aktor-aktor tambang lain sehingga sampai suatu ketika, melalui timah pula menjatuhkannya (lihat Boks 5.1). AP akhirnya berrhenti sama sekali sebagai penambang seiring dengan habis masa jabatan sebagai KK dan beralih menekuni pekerjaan sebagai pekebun dan toko kelontong serta tambahan penghidupan yang baru di luar timah yaitu sebagai nelayan.