• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Bank Syariah di Provinsi Bal

Dalam dokumen full proseding JILID 1 (Halaman 133-139)

BANK SYARIAH DALAM AKULTURASI DAN KEARIFAN LOKAL LEMBAGA KEUANGAN DI BAL

3. Perkembangan Bank Syariah di Provinsi Bal

Perkembangan bank syariah di beberapa daerah di Indonesia tentunya harus memperhatikan kearifan lokal setempat. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan di 2 (dua) bank syariah berupa Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Syariah (BPS) yang berada di provinsi Bali dapat dikemukan beberapa butir di bawah ini:

a. Bank Umum Syariah (BUS) PT. Bank BNI 1946 Cabang Denpasar.

PT. Bank BNI 1946 Syariah merupakan bank umum yang memberikan layanan syariah sehingga secara kelembagaan terpisah dengan bank umum yang memberikan layanan secara konvensional. Bank Umum Syariah (BUS) PT. Bank BNI 1946 Cabang Denpasar (selanjutnya disebut BNI Syariah Bali) merupakan cabang yang melakukan kegiatan operasionalnya di Bali dan didirikan pada tanggal 11 Juni 2011. BNI Syariah Bali memperluas jaringan operasional syariah di Bali dikarenakan perkembangan bisnis wisata dan pertumbuhan masyarakat muslim di Bali memerlukan pelayanan yang lebih baik di bidang syariah, di mana 13% (tiga belas persen masyarakat Bali beragama Islam, khususnya di daerah Denpasar dan Singaraja).

Konsep syariah ini memberikan edukasi baik bagi masyarakat muslim maupun non muslim karena memberikat benefit. Saat ini kantor BNI Syariah Bali terletak di jalan Gatot Subroto, belum memiliki jaringan dengan kantor cabang pembantu syariah, akan tetapi memiliki konsep Syariah Challenging Officer (SCO),

20. Irene Mariane. Kearifan Lokal Pengelolaan Hutan adat. Jakarta: Rajawali Pers, 2014, hlm. 113.

21. Ida Bagus Darsana. Peranan dan Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, Nomor: 1 Tahun

2010, hlm. 12.

22. Desa Pakraman yang merupakan lembaga tradisional dan dikenal semenjak jaman kerajaan dan keberadaanya dilestarikan dan berkembang baik sampai saat ini, istilah desa pekraman di Bali dikenal juga dengan nama desa Dresta ataupun desa Adat, yang memiliki wilayah ataupun ruang lingkup yang terdiri dari beberapa dusun/ lingkungan/ desa Dinas yang dikepalai oleh kepala Desa.

23. I Nyoman Nurjaya (et.al). Landasan Teoritik Pengaturan LPD (Sebagai Lembaga Keuangan Komunitas Masyarakat Hukum Adat Bali. Denpasar:

yaitu menempatkan 1 (satu) pegawai syariah di setiap kantor BNI 1946 konvensional, sehingga bagi nasabah konvensional yang ingin mendapatkan pelayanan syariah dapat terfasilitasi.

Beberapa kegiatan dalam memberikan edukasi syariah dengan melakukan dakwah, berperilaku yang berbeda dalam memberikan layanan kepada nasabah sehingga diferensiasi ini dapat dirasakan oleh nasabahnya.24

b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPS) Fajar Sejahtera (untuk selanjutnya disebut Bank Fajar Sejahtera) Cabang Denpasar.

Bank Fajar Sejahtera merupakan satu-satunya bank pembiayaan rakyat syariah yang ada di Bali. Bank Fajar Sejahtera didirikan pada tahun 1994 dan pemilik pertama adalah Muhammadiyah Bali. Sebagai bank lokal di Bali keberadaan dan pertumbuhannya fluktuatif dan pada tahun 2014 bank ini akan dilikuidasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) dikarenakan kredit macetnya sangat tinggi mencapai angka 80% (delapan puluh persen). Pangsa pasar yang dituju oleh Bank Fajar Sejahtera adalah masyarakat ekonomi syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) dan kelompok usaha kecil yang terdiri atas pengrajin-pengrajin (home made). Komposisi pangsa pasar terdiri atas 70% (tujuh puluh persen) non muslim dan 30% (tiga puluh

persen) muslim. Untuk menjangkau nasabah, Bank Fajar Sejahtera menerapkan kebijakan melakukan jemput bola dengan memberikan layanan kantor kas ke institusi-institusi pendidikan diantaranya Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi (STIKOM Bali), Sekolah Menengah Kejuruan Teknik.

Produk-produk perbankan yang dilayani oleh Bank Fajar Sejahtera di bidang pendanaan dan penyaluran dana (pembiayaan). Saat ini asset yang dimilikinya baru mencapai 7 miliar.

Pesaing di pasar perbankan Bali bagi Bank Fajar Sejahtera adalah Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang memiliki pangsa pasar yang sama. Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan lembaga keuangan di Desa Pakraman yang merupakan entitas di Bali yang merupakan kearifan lokal setempat. Sedangkan Bank Umum sendiri, baik dengan prinsip konvensional dan syariah bukan pesaing bagi Bank Fajar Sejahtera karena pangsa pasar tersendiri.25

Mempertimbangkan sejauh mana perkembangan Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Syariah (BPS) di bawah ini terdapat tabel pembanding berdasarkan hasil analisis dari data Otoritas Jasa Keuangan, sebagai berikut26:

Tabel 1: Perbandingan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah Nasional dengan Kantor Cabang Bank BNI 1946

Kelompok Bank KPO/KC KCP/UPS KK Group of Banks

HOO/BO SBO/SSU CO

Bank Umum

Syariah 452 1,222 195 Sharia Commercial Bank 5 PT. Bank BNI

Syariah

68 166 18 5 PT. Bank BNI Syariah

Tabel 2: Sebaran Kantor Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) Nasional dan Provinsi Bali

Kelompok Bank KPO/KC KCP/UPS KK Group of Banks

HOO/BO SBO/SSU CO

Bank Umum Syariah 450 1,269 199 Sharia Commercial Bank

28 Bali 7 15 - 28 Bali

24. Wawancara dengan Bapak Edi Winarno, Kepala Cabang PT. Bank Umum Syariah BNI 1946 Cabang Denpasar berlokasi di Jalan Gatot Subroto Nomor: 288 A Denpasar – Bali, pada tanggal 23 Juni 2016.

25. Wawancara dengan Bapak Septian Aribowo, Kepala Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPS) Fajar Sejahtera berlokasi di Jalan Raya Kuta Nomor: 75 A Denpasar – Bali, pada tanggal 21 Juni 2016.

Unit Usaha Syariah 137 130 45 Sharia Business Unit

28 Bali 2 1 - 28 Bali

Tabel 3: Jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Berdasarkan Lokasi (Number of Sharia Rural Bank based on Location)

Provinsi 2011 2012 2013 2014

2015 2016

Province

Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr

28 Bali 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 28 Bali

Total 155 158 163 163 162 161 161 162 162 163 163 163 163 164 165 165 4. Pendekatan Yuridis Sosiologia dan Fakta Hukum Keberadaan Bank Syariah di Provinsi Bali

Pendekatan yuridis sosiologis merupakan suatu pendekatan yang dilakukan terhadap keadaan nyata masyarakat atau lingkungan masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding),

yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identification) dan pada akhirnya menuju kepada penyelesaian

masalah (problem-solution).27 Berdasarkan pengertian tersebut, sebuah hukum atau aturan dapat dikatakan efektif apabila hukum tesebut mampu menemukan fakta-fakta atau kebenaran terutama kebenaran materil atau kebenaran yang sebenar-benarnya. Dari fakta yang sudah digali terebut kemudian hukum harus juga mampu mengidentifikasi setiap permasalahan yang ada baik permasalahan dalam tubuh pembuat hukum, penegak hukum, masyarakat dan hukum itu sendiri.

Pendekatan yuridis sosiologis diharapkan mampu mewujudkan efesiensi dan efektivitas hukum. Namun sebelum kita lebih jauh membahas mengenai efesiensi dan efektivitas hukum, akan lebih baik jika kita mengetahui yang dimaksud dengan efesiensi dan efektivitas itu sendiri. Efisiensi menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah ketepatan cara (usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepatgunaan; kesangkilan; atau kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang waktu, tenaga, biaya). Secara sederhana efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Edi Winarno, Kepala Cabang PT. Bank Umum Syariah BNI 1946 Cabang Denpasar dan Bapak Septian Aribowo, Kepala Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPS) Fajar Sejahtera bahwa perkembangan bank syariah masih memerlukan upaya yang cukup besar untuk meyakini masyarakat bahwa prinsip ekonomi syariah dapat diterima semua lapisan masyarakat tanpa melihat agama ataupun suku manapun juga. 5. Akulturasi Lembaga Keuangan Lokal dan Bank Syariah Dengan Mempertimbangan Kearifan Lokal Yang Tumbuh

di Masyarakat Bali

Akulturasi merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu acculturate yang mempunyai arti

tumbuh dan berkembang bersama-sama. Secara umum, akulturasi adalah suatu proses sosial yang muncul saat terjadi penyatuan dua budaya yang berbeda menjadi budaya yang baru tanpa menghilangkan unsur budaya lama. Prinsip syariah merupakan nilai-nilai keagamaan islami dalam menjalankan kegiatan perekonomian. Prinsip- prinsip ini masuk dalam masyarakat Bali yang memiliki nilai-nilai dalam menjalankan kegiatan usaha secara khusus yang dilakukan di Desa Pakraman di mana memiliki satu kesatuan tradisi, tata krama pergaulan hidup dan sosial dalam ikatan hukum adat yang berbeda antara antara satu desa dengan desa lainnya. Desa Pakraman memiliki ikatan turun temurun di Kahyangan Tiga yang terdiri dari Pura Desa, Puseh dan Dalem Setra, memiliki wilayah-wilayah tertentu, aset-aset tanah milik desa, sehingga ada diistilahkan tanah ayah desa (tanah milik desa yang ditempati oleh warga setempat) dan berhak mengurus rumah tangga sendiri.

Prinsip-prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usaha membatasi dalam hal-hal yang dilarang dilakukan oleh umat muslim yaitu Riba, Maisir, Gharar, Haram,dan Zalim. Oleh karenanya dalam penerimaan dan

penyaluran dana ke masyarakat sangat memperhatikan nasabah yang dikelolanya di mana usahanya tidak berkaitan dengan prinsip-prinsip di atas. Memang tidak menutup kemungkinan Bali sebagai wilayah yang terbuka dengan akulturasi terhadap berbagai pendatang dari dalam negeri maupun manca negara menjadikan keterpaduan antara kegiatan usaha yang diterima maupun dilarang dalam prinsip syariah.

Teori receptie yang dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan Van Vollenhoven menyatakan bahwa masyarakat Indonesia terlepas dari agama yang dianutnya hukum yang hidup dan berlaku adalah hukum adat, sedangkan hukum Islam meresepsi ke dalam dan berlaku sepanjang dikehendaki oleh hukum adat. Sedangkan teori penentration pasifique, tolerantee et constructive menjelaskan bahwa Islam masuk ke Indonesia secara damai (pasifique), toleran (tolerante) dan konstruktif (constructive) serta mengakar pada kesadaran penduduk Indonesia sehingga membawa pengaruh yang bersifat normatif dalam kebudayaannya.28

Perbankan syariah telah memiliki landasan yuridis formal dan keberadaannya tidak dapat ditolak oleh masyarakat Bali, yang patut untuk dikaji bersama agar lembaga keuangan ini dapat bersama-sama dengan lembaga keuangan lokal dan terdapat akulturasi antar lembaga keuangan yang ada.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis dengan metode pendekatan yuridis normatif dan yuridis sosiologia dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:

a. Masyarakat Bali telah memiliki lembaga keuangan yaitu: Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang dibentuk di setiap Desa Pakraman sebagai wujud kearifan lokal dan telah mendapat pengakuan secara yuridis formal sebagai atau setara dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan juncto Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

b. Sejalan dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor: 21Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Bali merupakan salah satu target pasar perbankan syariah. Perbankan syariah belum tumbuh dan berkembang secara pesat. Tercatat 4 (empat) Bank Umum Syariah (BUS) dan 1 (satu) Bank Pembiayaan Syariah (BPS) di provinsi Bali.

c. Masyarakat Bali belum sepenuhnya menerima keberadaan konsep ekonomi dan perbankan Islam, khususnya perbankan syariah. Hal ini terbukti dengan adanya penolakan dari berbagai tokoh masyarakat atas beroperasinya bank syariah.

d. Bank-bank yang diteliti memberikan konfirmasinya bahwa saat ini masih memberikan edukasi bagi masyarakat di provinsi Bali, baik yang beragama muslim maupun non muslim tentang konsep syariah yang memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak (bank dan nasabah) dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan. e. Masyarakat Bali merupakan masyarakat yang terbuka menerima berbagai masukan dari berbagai budaya,

termasuk didalamnya nilai-nilai dari lembaga keuangan dan konsep syariah. Berdasarkan teori receptie dan teori penentration pasifique, tolerantee et constructive akan memberikan pengaruh yang bersifat normatif dalam sistem keuangan.

DAFTAR PUSTAKA Buku

Abdul Shomad.2012. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group.

Ajip Rosidi.2011. Kearifan Lokal dalam Perspektif Budaya Sunda. Bandung: Kiblat.

Amin Sweeney (Et.al).2007. Keindonesiaan dan Kemelayuan dalam sastra. Depok: Desantara.

28. Otje Salman Soemadiningrat. Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer: Telaah Kritis Terhadap Hukum Adat Sebagai Hukum Yang Hidup dalam

Ayatrohaedi.1986. Kepribadian Budaya Bangsa (Local Genius). Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Darmodiharjo Darji dan Sidharta. 1999. Pokok-Pokok Filsafat Hukum. Jakarta: Gramedia.

Djamanat Samosir.2013. Hukum Adat Indonesia eksistensi dalam Dinamika Perkembangan Hukum di Indonesia.

Bandung: Nuansa Aulia.

Departemen Pendidikan Nasional.2014. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dewi Wulansari.2010. Hukum Adat Indonesia (Suatu Pengantar). Bandung: Refika Aditama.

H. Amran Suadi dan Mardi Candra.2016. Politik Hukum Perspektif Hukum Perdata dan Pidana Islam Serta Ekonomi Syariah. Jakarta: Prenadamedia Group.

Hilman Hadikusuma. Pengantar Ilmu Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju, 1992.

Heri Sudarsono.2003. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah (Deskripsi dan Ilustrasi). Yogyakarta: Ekonisia.

I Dewa Made Suartha. 2015. Hukum dan Sanksi Adat. Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana.Malang: Setara

Press.

I Ngurah Suryawan. 2009. Bali Pasca Kolonial Jejak Kekerasan dan Sikap Kajian Budaya. Yogyakarta: Kepel Press.

I Nyoman Nurjaya (et.al). Landasan Teoritik Pengaturan LPD (Sebagai Lembaga Keuangan Komunitas Masyarakat Hukum Adat Bali. Denpasar: Udayana University Press.

I Wayan Surpha.2002. Seputar Desa Pakraman dan Adat Bali. Denpasar: Pustaka Bali Post.

Irene Mariane. 2014. Kearifan Lokal Pengelolaan Hutan adat. Jakarta: Rajawali Pers.

Muhamad. 2002. Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman). Yogyakarta: Ekonisia.

Mochtar Kusumaatmadja.2006. Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan. Bandung: Alumni.

Muhammad Syafi’i Antonio. 2003. Bank Syariah (Dari Teori Ke Praktik). Jakarta: Gema Insani Press.

Nicholas S. Timasheff. 2009. An Introduction to The Sociology of Law. Third Edition. New Jersey: Transaction

Publisher.

Otje Salman Soemadiningrat. 2002. . Rekonseptualisasi Hukum Adat Kontemporer: Telaah Kritis Terhadap Hukum Adat Sebagai Hukum Yang Hidup dalam Masyarakat. Bandung: Alumni.

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Peter Salim.2005. The Contemporary English-Indonesia Dictionary. Jakarta: Media Eka Pustaka.

Satjipto Rahardjo.2000. Ilmu Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Soerjono Soekanto.1976. Beberapa Permasalahan Hukum dalam Kerangka Pembangunan di Indonesia. Jakarta:

Yayasan Penerbit UI.

---. Pengantar Penelitian Hukum. 1982. Jakarta: UI Press.

---. Hukum Adat Indonesia. 1983. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soerojo Wignjodipoero.1983. Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung.

Riris K Toha Sarumpaet. 2016. Krisis Budaya. Oasis Guru Besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Jakarta:

Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Jurnal

Ida Bagus Darsana. 2010. Peranan dan Kedudukan LPD dalam Sistem Perbankan di Indonesia. Majalah Ilmu Hukum Kertha Wicaksana, Nomor: 1.

Muhammad Amin Suma. 2002. Ekonomi Syariah Sebagai Alternatif Sistem Ekonomi Konvensional. Jurnal Hukum

Bisnis, XX.

Zainul Arifin. Mekanisme Kerja Perbankan Islam dan Permasalahannya. Jurnal Hukum Bisnis Vol 11.

Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Statistik Perbankan Syariah / Sharia Banking Statistic, Maret Volume 14 Nomor: 04. Internet

PERJUANGAN KESETARAAN

Dalam dokumen full proseding JILID 1 (Halaman 133-139)