• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam dokumen full proseding JILID 1 (Halaman 72-77)

ANALISIS PENGELOLAAN TRANSPORTASI PUBLIK DI KOTA PADANG Studi Sarana dan Prasarana Operasional Trans Padang

TINJAUAN PUSTAKA

Transportasi publik merupakan sebagai sebuah sarana berkendara bagi banyak orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dan dianggap mampu untuk memberikan efisiensi waktu, tempat ,dan biaya. Di berbagai wilayah semakin diperbaiki dari waktu ke waktu seiring perkembangan zaman dan terciptanya berbagai konsep

alat transportasi modern yang lebih ramah terhadap lingkungan dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat pada saat ini. Definisi yang hampir mirip juga dikemukakan oleh Zulfiar Sani (2010:134), transportasi massal merupakan seluruh alat transportasi dimana penumpang tidak bepergian menggunakan kendaraannya sendiri.

Konsep transportasi publik sendiri tidak dapat dilepaskan dari konsep kendaraan umum. Pengertian kendaraan umum berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan Kendaraan Umum yaitu Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung.

Transportasi manusia atau barang biasanya bukanlah merupakan tujuan akhir, oleh karena itu permintaan akan jasa transportasi dapat disebut sebagai permintaan turunan (derived demand) yang timbul akibat adanya permintaan akan komoditi atau jasa lainnya.Dengan demikian permintaan akan transportasi baru akan ada apabila terdapat faktor-faktor pendorongnya. Menurut Morlok (1991:76) permintaan jasa transportasi tidak berdiri sendiri, melainkan tersembunyi dibalik kepentingan yang lain.

Istilah pengelolaan dalam pandangan masyarakat luas selalu diidentikkan dengan manajemen. Masing-masing pihak dalam memberikan istilah diwarnai oleh latar belakang pekerjaan mereka. Meskipun pada kenyataannya bahwa istilah tersebut mempunyai perbedaan makna satu sama lain (H.B.Siswanto, 2015:1), namun seiring berjalannya waktu masyarakat menjadikan pengelolaan bagian dari manajemen, yang mana pengelolaan juga menjalankan fungsi-fungsi turunan (memperjelas tujuan) dari manajemen. Fungsi-fungsi manajemen tersebut adalah perencanaan, pengarahan, pengorganisasian, dan pengawasan. Fungsi-fungsi manajemen itu, akan diterapkan pada sebuah kegiatan pengelolaan. Menurut John D. Millet (dalam H.B. Siswanto, 2015:1), pengelolaan adalah suatu proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok formal untuk mencapai tujuan.

Secara umum tujuan dari sebuah pengelolaan adalah untuk memberikan pelayanan secara professional dibidang sarana dan prasarana dalam rangka terwujudnya penyelenggaraan pelayanan yang efektif dan efisien. Secara garis besar tujuan dari sebuah pengelolaan menurut Robbin (dalam Suganda, 1999:150) adalah 1). Sesuatu yang ingin direalisasikan (goal), 2). Cakupan (scope), 3). Ketepatan (definitness), 4). Pengarahan (direction). Kegiatan pengelolaan sendiri menurut H.B Siswanto (2015:11) terdiri atas 5 macam yaitu: 1). Perencanaan (planning), 2). Pengadaan (supliying), 3). Pemanfaatan (utilization), 4). Pemeliharaan (maintenance), 4). Pengawasan (controlling).

Sarana dan Prasarana yang kurang akan menyebabkan kelumpuhan pada pengopersionalan sebuah pekerjaan. Menurut H.A.S Moenir (2010:119) berpendapat sarana adalah adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/ pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek).

Sarana dan prasarana yang sejatinya memudahkan seseorang dalam menjalankan aktivitasnya mempunyai fungsi yaitu, memperbanyak hasil produksi, hasil kerja yang berkualitas dan terjamin, ketepatan pada sasarana produksi, dan meningkatkan rasa puas produsen dan konsumen (H.A.S Moenir, 2009:115). Sarana yang ada pada Trans Padang itu sendiri meliputi Bus dan Halte. Sedangkan prasarananya meliputi jalan raya (jalur koridor), rambu-rambu lalu lintas, dan pull bus.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2013:3) metode kualitatif yaitu untuk memahami tentang apa yang dialami dari subjek penelitian, misalnya perilaku, motivasi, tindakan dan lain-lain dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode yang bersifat alamiah.

Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang, Koperasi Jasa Sumbar Trans, Pull Bus Trans Padang, dan halte-halte di sepanjang koridor I Bus Trans Padang. Penelitian ini berlangsung dari Bulan April hingga Bulan Juni. Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling yaitu menentukan informan dengan pertimbangan tertentu yaitu informan yang dipandang dapat memberikan data secara

maksimal, artinya orang yang betul-betul memahami permasalahan yang diteliti. Aldri Frinaldi (2014:75) juga mengatakan bahwa pemilihan informan penelitian yang dikelompokkan ini bertujuan mempermudah peneliti menggolongkan subjek penelitian sehingga data yang diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Informan selaku penyedia layanan transportasi massal ini adalah Kepala UnitPelaksana Teknis (UPT) Trans Padang, Pegawai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang, Karyawan Koperasi Jasa Sumbar Trans (Staff Koperasi, Sopir, Mekanik, dan Kondektur). Selain itu informan penulis adalah 12 orang penumpang Bus Trans Padang dari berbagai kalangan sebagai pemakai jasa layanan moda transportasi massal ini. Karakterisitik penelitian ini yaitu pengelolaan sarana dan prasarana transportasi publik oleh UPT Trans Padang yakni tentang 5 kategori kegiatan pengelolaan (perencanaan, pengadaan, pemanfaatan, pemeliharaan, dan pengawasan).

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara dan observasi yang berkaitan dengan pengelolaan sarana dan prasarana transportasi publik oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang. Data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen seperti profil Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang (sejarah, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi), profil Koperasi Jasa Sumbar Trans (sejarah, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi), dan profil Bus Trans Padang.

Keabsahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik triangulasi merupakan perbandingan dan pengecekan balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui orang-orang (sumber) yang berbeda.Dalam penelitian yang peneliti lakukan ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber karena data yang diperoleh merupakan data dari banyak sumber, sehingga teknik yang paling sesuai dengan penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber. Dalam teknik triangulasi sumber dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan pendapat antar informan seperti Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang, Pegawai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang, Karyawan Koperasi Jasa Sumbar Trans (Staff Koperasi, Sopir, Mekanik, dan Kondektur), dan penumpang Bus Trans Padang.

PEMBAHASAN

1. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Transportasi Publik Oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang

Bus Trans Padang yang telah beroperasi selama 2 tahun, ternyata masih belum bisa menempatkan posisinya sebagai alat transportasi idaman. Hal ini dikarenakan masih banyaknya kekurangan-kekurangan yang tampak dalam penyelenggaraan pelayanannya. Kekurangan-kekurangan tersebut yang cukup jelas terlihat dari jumlah bus yang masih kurang; keterlambatan bus dalam menjemput calon penumpang yang menyebabkan menumpuknya penumpang di halte; halte-halte portable yang belum bisa memenuhi kategori standard; hingga pelaksanaan

e-ticket yang belum berjalan dengan lancar. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik menjadi syarat dalam terbentuknya pelayanan yang prima.

H.B.Siswanto (2015:11) membagi kegiatan pengelolaan ke dalam 5 bagian yang sesuai dengan pengelolaan sarana dan prasarana tranportasi publik oleh UPT Trans Padang di dalam tabel berikut ini:

75

Penguatan Ilmu Sosial Dan Humaniora Untuk Perbaikan Karakter Bangsa Indonesia

Pelayanan Publik

No.

Masalah Konsep Data dan Hasil Analisis Refleksi Data

1. Pengelolaan Transportasi Publik (Trans Padang) Perencanaan

a. Sumber data: Rencana Kerja Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Tahun 2015 (RENJA). (Sub Bab 2.3 Kinerja Pelayanan SKPD Hal. II-19). Direncanakan didatangkan 20 unit, namun hanya 15 Unit yang didatangkan dan beroperasi.

b. Sumber data: Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang DLLAJ. (Pasal 138 Ayat 1) Bus Trans Padang bertujuan untuk menciptakan pelayanan transportasi yang nyaman, bersih, dan aman. Pemerintah sebagai penyedia layanan transportasi yang bisa memenuhi kebutuhan publik.

c. Sumber data: Wawancara dari petikan wawancara dengan Kepala UPT Trans Padang, disebutkan Pemko Padang menyelenggarakan Bus Trans Padang sesuai Rencana Kerja Dishubkominfo tahun 2015. (Hasil Wawancara Tanggal 4 Agustus 2016).

Bus yang datang 15 unit bisa jadi dikarenakan adanya pemerataan bus pada Program Pilot Project Bus Rapid Trans yang dilaksanakan oleh Kementerian Perhubungan di seluruh Ibukota Provinsi Se-Indonesia.

Pengadaan

a. Sumber data: Rencana Kerja Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Tahun 2015. (Sub Bab 2.3 Kinerja Pelayanan SKPD Hal. II-19). Disebutkan Bus Trans Padang yang telah beroperasi sejumlah 15 unit. b. Sumber data: Observasi dan Wawancara dari observasi yang dilakukan

oleh peneliti jumlah armada yang beroperasi sebanyak 15 unit dan jumlah halte ada 70 unit dengan pembagian 41 halte portable (non permanen) dan 29 halte permanen. Pengadaan e-ticket mulai dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2016 dengan target bisa diterapkan penuh pertengahan Mei 2016. (Hasil Observasi dan Wawancara Tanggal 17 dan 19April 2016.)

Bus yang didatangkan hanya berjumlah 15 unit. Sedangkan halte ada 70 unit dengan 70 unit dengan pembagian 41 halte portable (non permanen) dan 29 halte permanen. Halte permanen didirikan di tempat-tempat yang banyak potensi penumpang naik, sedangkan halte portable (non permanen) didirikan di tempat-tempat yang sedikit potensi penumpang. Selain itu halte portable itu didirikan untuk menghindari potensi konflik dengan masyarakat seperti halte yang menghalangi kantor, warung, dan juga rumah masyarakat setempat.

Pemanfaatan/Operator

a. Sumber data: Observasi dari observasi yang dilakukan peneliti terlihat bahwa pemanfaatan Bus Trans Padang dilakukan oleh pihak ketiga yaitu Koperasi Jasa Sumbar Trans sedangkan halte dikelola penuh oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang.

b. Sumber Data: Wawancara UPT membenarkan dalam pemanfaatan atau pengoperasian Bus Trans Padang menggunakan pihak ketiga yaitu Koperasi Jasa Sumbar Trans. Sedangkan untuk operator halte sepenuhnya menjadi tanggungjawab UPT Trans Padang.

(Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016)

Operator Bus Trans Padang diserahkan kepada pihak ketiga yakni Koperasi Jasa Sumbar Trans yang bertanggungjawab dalam operasional bus dan pemeliharaan bus. Halte menjadi tanggungjawab penuh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Trans Padang.

Pemeliharaan

a. Sumber Data: Wawancara Terdapat 2 macam pemeliharaan yaitu; pemeliharaan rutin dan pemeliharaan berjangka. Pemeliharaan rutin seperti pengecekan kondisi roda, ban, tekanan angin ban, oli, fasilitas penumpang, dan sistem pengereman. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah bus beroperasi. Pengecekan berjangka penggantian oli per 5000 km, penggantian saringan oli, saringan hawa, saringan AC per 2 bulan. Penggantian ban dilakukan per 20000 km.

Bus Trans Padang menjadi angkutan transportasi yang mengusung tema bersih, aman, dan nyaman memang harus dirawat dan dipelihara dengan baik.

76

Proceeding Seminar Nasional II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas

1

Pengelolaan Transportasi Publik (Trans Padang)

Pemeliharaan Hal ini dilakukan karena di dalam penggantian roda ada sistem rollink ban yang bertujuan untuk efisiensi pemakaian ban. (Hasil Wawancara Tanggal 26 April 2016)

Hal ini juga mengacu kepada keselamatan penumpang. Jika kondisi bus tidak dipelihara dengan baik, maka akan ada sejumlah konsekuensi yang diterima, salah satunya kecelakaan.

Pengawasan

a. Sumber Data: Observasi dari observasi yang dilakukan peneliti terlihat pengawasan dalam penyelenggaraan pelayanan Bus Trans Padang belum optimal dalam pelaksanaannya. (Hasil Observasi Tanggal 22 April 2016.)

b. Sumber Data: Wawancara Pengawasan dilakukan dalam 2 mode yaitu pengawasan yang berada di halte yakni di Halte Imam Bonjol dan Halte Mega Permai. Pengawasan keliling menggunakan mobil patrol sehingga bisa melihat bagaimana Bus Trans Padang beroperasi.

(Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016)

Pengawasan menjadi hal pokok dalam penyelenggaraan pengelolaan transportasi publik, tidak terkecuali bagi Trans Padang yang harus diawasi dengan baik agar tidak menimbulkan dampak negatif yang terlalu besar. UPT Trans Padang memang sudah melaksanakan pengawasan namun kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadikan pengawasan menjadi kurang optimal.

2. Kendala Pengelolaan Transportasi Publik (Trans Padang) Internal

a. Sumber Data: Wawancara Kendala internal dalam pengelolaan Bus Trans Padang adalah kekurangan dana, kurangnya armada bus, kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM), dan belum adanya IT yang memadai dalam pengelolaan Bus Trans Padang.

(Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016).

Masalah internal dari pengelolaan Bus Trans Padang oleh UPT Trans Padang bersumber kepada kurangnya dana dan kurangnya

pegawai/ SDM, hal ini menyebabkan perlunya pembenahan oleh pihak UPT Trans Padang.

Eksternal

a. Sumber Data: Observasi Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti terlihat bahwa kendala yang berasal dari luar ini memiliki 2 faktor yaitu faktor jalan dan faktor sosial. Faktor jalan berupa seperti kemacetan dan ugal-ugalan yang dilakukan oleh pemakai jalan raya, dan faktor sosial berupa konflik yang sering tertuju kepada penempatan halte. Dalam penerapan e-ticket terhambat pada pola pikir masyarakat yang enganggap sulitnya pemakaian e-ticket.

Hasil Observasi Tanggal 21 April 2016.

b. Sumber Data: Wawancara konflik sosial berupa penempatan halte, pengemudi yang ugal-ugalan, dan kemacetan yang membuat pelayanan Trans Padang sering terlambat

(Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016)

Masalah eksternal pada Trans Padang lebih banyak mengacu kepada ugal-ugalan yang dilakukan kendaraan pribadi dan angkutan kota. Selain itu bus-bus AKDP juga banyak menunggu penumpang di jalur Bus Trans Padang beroperasi. Hal ini yang menyebabkan kemacetan. Untuk jalur khusus Bus Trans Padang sendiri memang belum ada, dan ini kemungkinan menjadi kekurangan dalam pengelolaan Bus Trans Padang. 3. Upaya mengatasi Kendala dalam pengelolaan Transportasi Publik (Trans Padang) Internal

a. Sumber Data: Wawancara untuk mengatasi persoalan dari dalam organisasi (UPT Trans Padang) yaitu dengan pengusulan anggaran pengelolaan Bus Trans Padang dari sisi penambahan pegawai (SDM) dan perawatan sarana dan prasarana Bus Trans Padang. (Hasil Wawancara Tanggal 19 April 2016).

Upaya yang dilakukan oleh UPT Trans Padang berupa pembangunan halte-halte melalui kerjasama dengan BUMN dan Swasta di Kota Padang. Halte yang dibangun adalah halte permanen. Namun untuk koordinasi dengan instansi sejajar (horizontal) masih minim, sehingga kemacetan sering menjadi musuh bagi

Eksternal

a. Sumber Data: Observasi di dalam pengamatan peneliti masih belum terlaksana secara optimal dalam upaya meminimalisir kendala-kendala yang ada selain dari pembangunan halte yang menggunakan program CSR (Corporate Social Responsibility) (Hasil Observasi Tanggal 19 April 2016.)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat 2 item kegiatan pengelolaan (pelaksanaan dan pemeliharaan) yang cukup optimal dalam pengelolaan Bus Trans Padang. Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan Bus Trans Padang masih belum optimal seperti yang telah direncanakan, dikarenakan adanya beberapa kendala yang membuat pelayanan Bus Trans Padang menjadi terganggu.

Perencanaan bus harus dilakukan dengan baik karena rencana yang demikian termasuk kedalam rencana operasional (operational plan). Selain itu pengadaan barang juga termasuk kedalam Catalic Procurement dimana Unit Pelaksana Teknis Trans Padang hanya menjadi penyedia barang sedangkan untuk operator dari barang tersebut diberikan kepada pihak ketiga yang disini adalah Koperasi Jasa Sumber Trans. Pemeliharaan pada bus dan halte dilakukan secara berjangka, jika pada halte pemeliharaan dilakukan satu kali dalam sebulan, sedangkan bus dilakukan dalam dua macam, yakni pemeliharaan rutin seperti pengecekan rem, angin ban, kebersihan luar dan dalam bus. Sedangkan untuk pemeliharaan berjangka dilakukan seperti penggantian ban per 20000 KM, penggantian saringan oli, saringan hawa, saringan minyak, saringan AC per 5000 KM. Pengawasan pada Trans Padang juga masih belum optimal, dikarenakan petugas hanya berada di dua halte utama yakni Halte Mega Permai dan Halte Imam Bonjol, sedangkan petugas keliling hanya sekali-kali untuk berpatroli.

Untuk itu pengelolaan yang baik harus dirancang dengan baik dan akan mendatangkan hasil yang maksimal pula. Pengelolaan sarana dan prasarana yang baik juga akan menjadikan pembangunan negara ini semakin baik untuk ke depannya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan sarana dan prasarana Bus Trans Padang belum terlaksana dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pengadaan bus yang tidak sesuai dengan perencanaan yang hanya 15 unit saja, tidak ada jalur khusus Bus Trans Padang, sistem ticketing yang masih kurang bagus (tidak tersedianya uang kembalian dan tidak diberi tiket

sewaktu telah membayar ongkos). Kekurangan lainnya adalah tidak adanya koordinasi dengan instansi setingkat (horizontal) dalam pengamanan jalur Bus Trans Padang. Kekurangan pegawai di lapangan juga menjadi kendala,

dikarenakan akan melonggarkan pengawasan Trans Padang.

Pengelolaan sarana dan prasarana transpotasi publik terkhusus Bus Trans Padang ini memang sangat diperlukan. Pengelolaan menjadi pokok dari kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh Bus Trans Padang. Perlu adanya perencanaan yang matang, pengadaan sarana dan prasarana secara tepat, pemanfaatan yang efektif dan efisiein, pemeliharaan yang teratur dan terjadwal, serta pengawasan yang ketat untuk menjadikan Bus Trans Padang sebagai transportasi yang favorit bagi masyarakat Kota Padang.

DAFTAR PUSTAKA

Dalam dokumen full proseding JILID 1 (Halaman 72-77)