i
PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Valentina Triandjung Putri
08 9114 103
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Hidup ini adalah sebuah perjuangan Keraguan adalah sebuah penyesalan
Selalu lakukan yang terbaik
Ikhlas dan bersyukur adalah kunci mencapai kebahagiaan Aku bisa.. Aku mau… dan Aku akan sukses ^-^
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan segala ucapan syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya ini
kepada :
Keluargaku Tersayang
Mamah dan Papah
Mba Vidya, Mas Frengky, Mas Verdi, Vinobel, Gavin, dan Marcho
Dosen Pembimbingku yang Terbaik
Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si.
Tante baruku Tersayang
Ibu Kuswahyudi Soemadiana
Sahabat dan Kekasihku Tercinta
Laksita Sepastika Pinaremas dan Aditya Mulawardhani
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PENGARUH LATIHAN HATHA YOGA TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
Valentina Triandjung Putri
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada pengaruh latihan hatha yoga terhadap tingkat kecemasan. Penelitian ini menggunakan rancangan kuasi eksperimen yang berupa nonrandomized pretest-posttest control group desain. Hipotesis penelitian adalah ada pengaruh latihan hatha yoga terhadap penurunan tingkat kecemasan individu. Jika individu diberikan latihan hatha yoga akan menurunkan tingkat kecemasan. Subjek dalam penelitian ini adalah 37 mahasiswi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memiliki tingkat kecemasan kategori sedang. Subjek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Terdiri dari 18 orang dikelompok eksperimen yang mengikuti latihan hatha yoga dan 19 orang kelompok kontrol yang tidak mengikuti latihan hatha yoga. Data diperoleh dengan menggunakan skala kecemasan. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan uji-t selisih skor pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Hasil t-test menunjukkan adanya perbedaan tingkat kecemasan secara signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen (F : 6,052, p : 0,020 ≤ 0,05 dan ttest : 2,696, p : 0,013 ≤ 0,05). Selisih nilai penurunan tingkat kecemasan untuk kelompok kontrol ialah 0,82, sedangkan untuk kelompok eksperimen ialah 16,00. Rerata tingkat kecemasan pada kelompok yang diberikan latihan hatha yoga (Xeksperimen: 155,87) sementara itu rerata dari kelompok yang tidak diberikan latihan hatha yoga (X kontrol: 176,41), sehingga disimpulkan bahwa latihan hatha yoga dapat menurunkan tingkat kecemasan individu.
Kata kunci : latihan hatha yoga, tingkat kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
INFLUENCE OF HATHA YOGA EXERCISE AGAINST ANXIETY LEVELS
Valentina Triandjung Putri
ABSTRACT
This study aimed to determine whether there are effects of hatha yoga exercise on anxiety level. The study used a quasi-experimental form of non randomized pretest-posttest control group design. The research hypothesis there is an influence of practice hatha yoga to decrease anxiety levels of individuals. If individuals are given practice hatha yoga, it can reduce the level of their anxiety. Subjects in this study were 37 female students of Psychology, University of Sanata Dharma which have medium levels of anxiety category. Subjects were divided into two groups, experimental and control groups. Consisting of 18 people in the experimental group who follow the hatha yoga exercise and 19 people of control group who did not follow the hatha yoga exercise. Data obtained using the anxiety scale. The research data were analyzed using t-test difference scores pretest and posttest of the levels of anxiety were given practice hatha yoga (Xeksperimen: 155.87) while the
average of group were not given practice hatha yoga (Xcontrols: 176.41), so it is
concluded that the practice of hatha yoga can lower anxiety levels of individuals.
ix ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu
memberikan kemudahan kepada penulis dalam mengerjakannya dan segala
pelajaran hidup yang dapat membimbing dan memberikan petujuk untuk selalu
dekat dengan-Nya. Karya ini memang jauh dari sempurna, namun karya ini
dikerjakan dengan sepenuh hati dan dapat terselesaikan berkat bantuan dan doa
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan sepenuh syukur , penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang selalu membuat diriku merasa menjadi hamba-Mu yang
sangat Kau kasihi dan berbagai perjalanan hidup yang mengantarkan
diriku untuk selalu berjalan di jalan-Mu.
2. Ustad Yusuf Mansyur atas berbagai dakwahnya yang selalu memberikan
pencerahan, ketenangan, dan petunjuk untuk selalu bersyukur atas hidup
ini.
3. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi.
4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi dan dosen
pembimbing skripsi atas segala waktu dan dukungannya kepada penulis
serta ketenangan dan pencerahan yang diberikan selama membimbing.
5. Ibu Agnes Indar E., M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing akademik atas
waktu dan dukungannya.
6. Ibu Monica E.Madyaningrum, M.Psych., Ibu P. Henrietta PDADS., M.A.,
xi
Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si., MM. Ibu Nimas Eki S., M.Si, Psi. dan
Bapak Drs. H. Wahyudi, M.Si yang telah memberikan ijin untuk
menyebarkan skala penelitian ini dalam mata kuliah yang diajarkan.
7. Mas Muji atas segala bantuannya selama ini serta keramahan, keisengan,
canda, dan tawanya yang selalu memberikan keceriaan pada Mahasiwa
Psikologi.
8. Pak Gik atas segala pelajaran keramahan, kesederhanaan dan ketulusan
dalam melakukan berbagai pekerjaan yang dilakukan.
9. Mas Gandung, Mas Doni dan Ibu Nanik atas segala bantuannya.
10.Ibu Kuswahyudiati Soemadiana selaku instruktur yoga atas segala
kebaikkannya untuk membantu dalam penelitian ini. Terima kasih yah bu
^_^.
11.Adik-adik angkatanku selaku subjek penelitian atas kesediaannya
membantuku dalam penelitian ini.
12.Kedua orang tuaku yang terhebat dan terbaik yang selalu melimpahkan
kasih sayangnya kepada diriku.
13.Kakak-kakakku Mba Vidya dan Mas Verdi yang selalu memberikan kasih
sayangnya.
14.Adeku tersayang Vinobel Anugrah Sagita yang paling cerdas dan pintar
yang selalu memberikan kepolosan dan keceriaanya kepadaku.
15.Ponakanku yang paling lucu dan ganteng Gavin dan Marco yang selalu
mengubah kejenuhanku menjadi keceriaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
16.Kekasihku Aditya Mulawardhani atas segala kecerewatannya untuk selalu
mengingatkan sholat dan makan ^_^, serta dukungan dan bantuannya.
Terima kasih sayangku.
17.Sahabatku Laksita Sepastika Pinaremas atas waktunya dalam
mendengarkan curhatan dan kegundahanku dalam mengerjakan skripsi ini
serta kasih sayang dan dukungannya. Terima kasih Bu Sita.
18.Teman-temanku Ellisa, Patrick, Juwi, Dessy, Devi, Dita, Sari, Anggun,
Selly, Noni, Ade, Bora, Lusi, Skolast dan seluruh angkatan 2008 atas
bantuan dan dukungannya. Selalu semangat ya teman-teman.
19.Tutor 2012 Ateng, Anita, Agnes, Bella, Bene, Ela, Erga, Pika, Rere,
Sondra, Tari, Tyas, Vita, dan Wawan atas doa serta canda dan tawanya.
20.Anak-anak Senyum Community dan adik-adik panti atas doa serta
pelajaran berharga yang mengingatkanku untuk selalu bersyukur.
21.Semua pihak yang telah memberikan doa, dukungan, dan bantuannya.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
1. Manfaat Teoritis ... 8
2. Manfaat Praktis ... 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
BAB II. LANDASAN TEORI ... 10
A. Kecemasan ... 10
1. Pengertian Kecemasan ... 10
2. Aspek-aspek Kecemasan ... 11
3. Macam-macam Kecemasan ... 13
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan ... 14
5. Penyebab Kecemasan ... 15
6. Cara Mencegah dan Mengatasi Kecemasan ... 16
B. Yoga ... 20
1. Pengertian Yoga ... 20
2. Hatha Yoga ... 20
3. Mekanisme Hatha Yoga ... 22
C. Hubungan Hatha Yoga dengan Tingkat Kecemasan ... 26
D. Hipotesis ... 28
BAB III. METODE PENELITIAN………. .... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 30
C. Definisi Operasional ... 30
1. Tingkat Kecemasan ... 30
2. Latihan Hatha Yoga ... 31
D. Subjek Penelitian ... 31
xv
F. Prosedur Penelitian... 35
G. Uji Validitas, Seleksi Item, dan Reliabilitas ... 39
1. Uji Validitas ... 39
2. Seleksi Item ... 39
3. Uji Reliabilitas ... 41
H. Kategorisasi Data ... 42
I. Metode Analisis Data ... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Orientasi Kancah ... 44
B. Persiapan Penelitian ... 44
1. Perijinan dan Permohonan Kerjasama ... 44
2. Persiapan Alat Penelitian ... 45
3. Persiapan Kegiatan Penelitian ... 45
C. Pelaksanaan Penelitian ... 46
1. Pretest ... 46
2. Pelatihan Hatha Yoga ... 48
3. Posttest ... 50
D. Analisis Data ... 51
1. Uji Asumsi ... 51
2. Uji Hipotesis ... 53
3. Uji Per Aspek ... 65
E. Pembahasan ... 67
BAB V. PENUTUP... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
A.Kesimpulan ... 74
B. Keterbatasan Penelitian ... 74
C. Saran-saran ... 75
1. Bagi Peneliti Berikutnya ... 75
2. Bagi Instruktur Yoga atau Praktisi Yoga... 76
3. Bagi Individu dan Masyarakat ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Distribusi Item Skala Kecemasan Sebelum Uji Coba ... 34
Tabel 3.2 Skor Jawaba Skala ... 34
Tabel 3.3 Pengendalian Variabel Ekstra ... 37
Tabel 3.4 Distribusi Item Skala Kecemasan Setelah Uji Coba ... 40
Tabel 3.5 Distribusi Item Skala Penelitian Tingkat Kecemasan ... 41
Tabel 4.1 Ringkasan Test of Normality ... 52
Tabel 4.2 Ringkasan Test of Homogenieity of Variance ... 53
Tabel 4.3 Ringkasan Group Statistics Uji Beda Skor Pretest ... 54
Tabel 4.4 Ringkasan Independent Samples Test Uji Beda Skor Pretest . 55 Tabel 4.5 Ringkasan Group Statistics Uji Beda Skor Posttest ... 57
Tabel 4.6 Ringkasan Independent Samples Test Uji Beda Skor Posttest 57
Tabel 4.7 Ringkasan Paired Samples Statistics Uji Beda Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol... 59
Tabel 4.8 Ringkasan Paired Samples Test Uji Beda Pretest dan Posttest Kelompok Kontrol ... 60
Tabel 4.9 Ringkasan Paired Samples Statistics Uji Beda Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 61
Tabel 4.10 Ringkasan Paired Samples Test Uji Beda Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen ... 62
Tabel 4.11 Ringkasan Group Statistics Uji Beda Selisih Pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
dan Posttest ... 63
Tabel 4.12 Ringkasan Independent Sample Test Uji Beda selisih
Prestest dan Posttest ... 64
Tabel 4.13 Rangkuman Hasil Uji Per Aspek Data Pretest
Kedua Kelompok ... 65
Tabel 4.14 Hasil Uji Beda Pretest dan Postest Per Aspek Kelompok
Eksperimen ... 66
Tabel 4.15 Hasil Uji Beda Mean Per Aspek Skor Pretest
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skor Try Out Subjek... 82
Lampiran 2. Uji Reliabilitas ... 86
Lampiran 3. Skala Penelitian Pretest ... 90
Lampiran 4. Skala Penelitian Posttest ... 100
Lampiran 5. Skor Subjek ... 111
Lampiran 6. Uji Asumsi ... 119
Lampiran 7. Uji Hipotesis ... 121
Lampiran 8. Uji Per Aspek ... 127
Lampiran 9. Informed Consent ... 152
Lampiran 10. Surat Peminjaman Alat ... 159
Lampiran 11. Surat Peminjaman Ruangan ... 161
Lampiran 12. Surat Kerjasama ... 164
Lampiran 13. Materi Penelitian ... 166
Lampiran 14. Absensi ... 198
Lampiran 15. Kesan-pesan ... 207
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat tertentu dan
dengan tingkat yang berbeda-beda (Tysar, 2009). Kecemasan itu sendiri
merupakan suatu respon yang normal terhadap ancaman, tetapi kecemasan dapat
menjadi abnormal bila tingkat kecemasan tidak sesuai dengan tingkat ancamannya
atau individu merasakan kecemasan tanpa adanya penyebab (Nevid, Rathus, & Green, 2005). Dalam bentuk ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari individu (Nevid dkk, 2005).
Banyak hal yang dapat menimbulkan kecemasan, terutama pada kehidupan
modern ini, seperti cemas akan ancaman keamanan, kesejahteraan ekonomi,
hubungan dengan orang lain, prestasi dalam ujian atau karir dan berbagai kondisi
lingkungan yang dapat menjadi sumber kekhawatiran (Twenge, 2000).
Kecemasan mungkin terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan diri
dengan dirinya, orang lain dan lingkungannya (Daradjat, 1996), sehingga individu
merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi suatu hal yang
menimpanya dikemudian hari (Tysar, 2009).
Kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan pada kecemasan
(Twenge, 2000). Hal itu diperkuat data yang dinyatakan olehBrundtland (1999)
bahwa pada masyarakat barat modern penyakit mental menyumbangkan 23 persen
dari masalah kesehatan serius yang sedang terjadi.Hal ini tidak hanya terjadi pada
masyarakat yang sudah makmur. Di Indonesia, yang masih berada dalam kategori
2
negara yang sedang berkembang, kasus gangguan kesehatan jiwa terus
menunjukkan peningkatan (Bararah, 2009). Gangguan kesehatan jiwa yang
dialami seperti stres, depresi, kecemasan, ketakutan, hingga kasus parah
shizoprenia (Bararah, 2009). Data WHO menyebutkan pada tahun 2005-2007
diketahui sedikitnya 50 ribu orang Indonesia yang mengidap sakit jiwa melakukan
bunuh diri (“Kesehatan Jiwa,” 2008). Perilaku bunuh diri terjadi salah satunya
karena individu mengalami depresi yang berat. Depresi yang berat dapat
disebabkan oleh kecemasan yang berlebihan. Hal ini juga diperkuat oleh Barlow dan Durand (2006) yang mengatakan bahwa kecemasan terkait dengan depresi.
Gangguan kecemasan diperkirakan diidap satu dari sepuluh orang
(“Gangguan Kecemasan,” 2011). Menurut data National Institute of Mental
Health (2005) di Amerika Serikat terdapat 40 juta orang mengalami gangguan
kecemasan pada usia 18 tahun sampai pada usia lanjut (“Gangguan Kecemasan,”
2011). Pada usia tersebut seseorang dapat dikatakan memasuki tahap
perkembangan dewasa awal, yaitu rentangan usia akhir belasan tahun atau awal
usia duapuluh tahun dan berakhir pada usia tigapuluhan tahun (Santrock, 2002).
Pada tahap ini dari berbagai tugas perkembangannya, seseorang biasanya terlibat
dalam berbagai krisis kehidupannya (Papalia, Olds, & Feldman, 2009). Pendapat itu diperkuat bahwa pada usia tersebut seseorang dituntut untuk lebih
mengembangkan disiplin diri, komitmen, kemandirian, kepercayaan diri, dan
kemampuan mengatasi berbagai masalah. Apabila individu tidak dapat
melaksanakan berbagai tuntutan itu dengan baik maka akan menimbulkan
kecemasan, depresi dan stress (Papalia dkk, 2009). Oleh karena itu, kecemasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang dialami pada masa dewasa awal timbul ketika menemui berbagai
permasalahan kehidupan yang tidak dapat diatasi.
Menurut Hall dan Lindzey (2001) kecemasan itu sendiri merupakan
ketegangan yang dihasilkan dari ancaman terhadap keamanan, baik yang nyata
maupun imajinasi biasa (Safaria & Saputra, 2009). Menurut Nevid dkk (2005)
kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan perasaan khawatir
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Oleh karena adanya keadaan emosional
yang tidak menyenangkan dari kecemasan. Hal ini mendorong individu
melakukan berbagai cara untuk mengatasinya.
Menurut Tseng dan Streltzer (2001) ada berbagai macam teknik terapi
untuk mencegah dan mengatasi kecemasan. Terapi tersebut ditemukan memiliki
cara yang berbeda-beda berdasarkan nilai kebudayaan di dalam negaranya.
Menurut Lebra (dalam Tseng dan Streltzer, 2001) setiap bentuk terapi, lebih atau
kurangnya cukup dipengaruhi oleh nilai budaya. Adanya beberapa terapi yang
sangat diwarnai oleh konsep-konsep filosofis atau sistem nilai dari mana terapi itu
diciptakan. Oleh karena itu, terapi tersebut mungkin sulit untuk transplantasi ke
budaya lain, contohnya seperti Terapi Morita yang ditemukan di Jepang pada era
Miji, Terapi Cepat Terpadu di China selama periode tahun 1960-an, dan est
(Erhard Seminar Training), yang popupler di Amerika Serikat selama tahun 1970.
Oleh karena itu, sebaiknya terapi di modifikasi terlebih dahulu sebelum
dipraktekan dalam negara tertentu, hal ini dikarenakan efek budaya yang cukup
4
dengan nilai budaya dalam suatu negara agar mendapatkan hasil yang lebih
efektif.
Teknik-teknik sederhana yang telah digunakan oleh beberapa negara dan
memiliki efek yang universal untuk mencegah ataupun mengatasi kecemasan
adalah teknik mendengarkan musik, relaksasi, meditasi, bermain, olahraga, olah
pernafasan, mengubah pola pikir dan masih banyak hal lainnya. Berbagai teknik
tersebut telah diteliti dan mengungkapkan bahwa teknik-teknik tersebut signifikan
dalam mengurangi kecemasan.
Terdapat salah satu terapi sederhana yang dapat mengurangi kecemasan
individu. Terapi ini tidak hanya terdiri dari satu teknik, tetapi terdiri dari
gabungan berbagai teknik sederhana seperti diungkapkan di atas. Terapi ini
dikenal dengan nama yoga yang besal dari Negara India. Terapi ini telah
berkembang dan disesuaikan dengan nilai budaya di dunia Barat, nama terapi
yoga yang lebih sering dipraktekan dalam dunia Barat adalah hatha yoga atau
yoga kesehatan (Weller, 2002). Menurut Serber (2008) hatha yoga mencangkup
empat hal, yaitu asanas (latihan fisik), pranayama (latihan pernafasan), meditasi
dan savasana (relaksasi).
Menurut Shindu (2007) tenik-teknik tersebut memiliki gerakan yang
beraneka ragam dan memiliki manfaat yang berbeda-beda. Gerakan terapi hatha
yoga yang dipraktekkan dapat disesuaikan dengan tujuan terapi, sehingga gerakan
yang dipilih dari teknik-teknik tersebut memiliki manfaat yang sesuai dan
memperoleh hasil yang lebih efektif. Menurut wawancara dengan praktisi hatha
yoga dan observasi di tempat pelatihan yoga, diketahui kondisi yang ada saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
desain terapi hatha yoga yang dipraktekan di Indonesia, khususnya di Yogyakarta
hanya memiliki manfaat untuk kesehatan tubuh saja, namun diketahui adanya
manfaat lain dari terapi hatha yoga, yaitu dapat mengatasi kecemasan individu.
Terdapat gerakan-gerakan khusus dari beberapa teknik hatha yoga yang
bermanfaat untuk mecegah dan mengatasi kecemasan. Oleh karena itu, pada
penelitian ini akan memfokuskan pemilihan gerakan-gerakan hatha yoga dari
beberapa tekniknya yang khusus secara teori dan praktek untuk mengatasi
kecemasan.
Menurut Shindu (2007) yoga mengajarkan kondisi alami individu adalah
dalam keadaan tenang. Semua teknik dalam yoga bertujuan menciptakan
ketenangan. Asanas (latihan fisik) merupakan jenis olah tubuh yang memiliki efek
menenangkan dengan gerakan menekan langsung kelenjar adrenal, sehingga akan
menstabilkan produksi adrenalin ke aliran darah. Asanas dilakukan secara
perlahan serta diiringi dengan pranayama (latihan pernafasan). Ketika individu
bernafas secara mendalam akan memperlahan detak jantung, yang dapat
memberikan rasa nyaman dan tentram. Selain itu, nafas yang dalam akan
menghantarkan lebih banyak oksigen ke otak, sehingga memberikan rasa tenang
pada pikiran. Savasana dilakukan pada awal dan akhir sesi yoga. Savasana sangat
bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, mengeluarkan endorfrin, mengurai
ketegangan, dan memberikan ketenangan. Bermeditasi merupakan suatu teknik
yang sangat efektif untuk memusatkan pikiran. Oleh karena itu, menurut Shindu
6
dan ketentraman secara menyeluruh. Tidak hanya ketenangan dan rasa rileks pada
fisik, namun pikiran dan mental juga berada dalam kondisi rileks.
Menurut Burgin (2007) penelitian medis terbaru di dunia Barat telah
menunjukkan bahwa latihan teratur yoga dan meditasi adalah efektif untuk
menurunkan tingkat kecemasan. Pada individu yang mengalami kecemasan
berlebihan dapat dikurangi melalui latihan yoga yang lambat, lembut dan berfokus
pada postur tubuh yang dapat menenangkan hati, pikiran, menyeimbangkan
emosi, dan melepaskan ketegangan tubuh.
Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan diberbagai
negara. Penelitian yang dilakukan oleh Guptha, Khera, Vempati, Sharma, dan Binjalni (2006) pada Department of Physiology, All India Institute of Medical Sciences di Integral Health Clinic (IHC). Dalam penelitian ini Guptha dkk (2006)
menggunakan intervensi yoga untuk menurunkan tingkat kecemasan. Subjek
dalam penelitian ini tidak hanya memiliki penyakit mental, tetapi juga memiliki
penyakit fisik. Subjek diberikan pelatihan yoga selama 10 hari dan dihasilkan
penurunan tingkat kecemasan yang cukup signifikan. Selain itu, Kirkwood, Rampes, Tuffrey, Richardson, dan Pilking (2005) melakukan review terhadap beberapa penelitian mengenai efektivitas yoga untuk pengobatan gangguan
kecemasan dan kegelisahan. Pada penelitian ini delapan studi ditinjau dari India
dan beberapa negara Barat. Melaporkan hasil yang positif mengenai efektivitas
yoga bagi pengobatan gangguan kecemasan dan kegelisahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Menurut Sani (2003) yoga dalam kajian psikologi merupakan suatu
aktifitas yang secara nyata mampu menggabungkan unsur psikologis-fisiologis,
sementara aktifitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek pada unsur fisik,
sehingga yoga dapat dipandang sebagai salah satu filsafat hidup yang dilatar
belakangi ilmu pengetahuan universal, yaitu pengetahuan tentang seni pernafasan,
anatomi tubuh, pengetahuan tentang cara mengatur pernafasan yang disertai
senam atau gerak anggota badan, bagaimana cara melatih konsentrasi,
menyatukan pikiran, dan lain sebagainya (Admaja, 2012).
Pada kehidupan modern, tubuh yang menahan beban fisik dan stress
keseharian akan bertumpuk di bagian tubuh tertentu, dan mengakibatkan berbagai
ketidak nyamanan fisik, mental, maupun psikis dapat diatasi dengan melakukan
pelatihan yoga yang membawa kesadaran, kebebasan dan pencerahan terhadap
tubuh, jiwa, dan pikiran, serta memberikan rasa rileks, ketenangan, kejernihan
pikiran, keceriaan, rasa percaya diri dan mampu berfikir positif (Shindu, 2007).
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dikemukakan dan
fenomena juga teori yang menjelaskan permasalahan tersebut, peneliti menyadari
bahwa pada masa sekarang banyak individu yang mengalami kecemasan, serta
adanya akibat dari kecemasan yang sangat serius bagi individu. Hal ini
mengakibatkan pentingnya untuk mencari tahu cara pencegahan dan penanganan
kecemasan. Salah satu caranya adalah dengan terapi yoga. Ditemukan adanya
berbagai manfaat terapi yoga untuk kecemasan di negara Barat dan India. Peneliti
juga menemukan belum banyaknya penelitian mengenai pengaruh terapi yoga,
8
terutama dalam bidang psikologi. Peneliti ingin mengetahui apakah praktek terapi
hatha yoga yang telah disesuaikan dengan nilai budaya di Indonesia memiliki
dampak yang sama seperti penelitian yang dilakukan di negara lainnya, yaitu
memiliki hasil yang signifikan terhadap penurunan tingkat kecemasan. Oleh
karena itu, peneliti menjadi tertarik untuk meneliti mengenai latihan hatha yoga
yang dapat mengurangi kecemasan. Peneliti ingin melihat apakah latihan hatha
yoga dapat mengurangi tingkat kecemasan khususnya kecemasan pada
masyarakat di indonesia, yaitu pada wanita usia dewasa dini.
B. Rumusan Masalah
Apakah adanya pengaruh latihan hatha yoga terhadap tingkat kecemasan
individu ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan hatha yoga
terhadap tingkat kecemasan individu.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu
psikologi klinis, khususnya mengenai manfaat yoga bagi individu yang
mengalami kecemasan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat diharapkan memiliki manfaat bagi :
a. Para peserta yoga dapat mengetahui manfaat yoga untuk kecemasan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Para individu yang ingin ikut pelatihan yoga dapat mengetahui manfaat
dari yoga sebagai latihan yang digunakan untuk kecemasan.
c. Para instruktur yoga mengetahui pengetahuan tambahan dan dapat
10
BAB II
LANDASAN TEORI A. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
Menurut para ahli psikologi, kecemasan memiliki berbagai pengertian.
Kecemasan menurut Hall dan Lindzey (1995) adalah tegangan yang dihasilkan
dari ancaman terhadap keamanan, baik yang nyata maupun imajinasi biasa
(dalam Safaria & Saputra, 2009). Nevid, dkk (2005) mendefinisikan kecemasan
sebagai suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan
fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif
bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi.
Barlow dan Durand (2006) mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan
suasana hati yang ditandai oleh afek negatif dan gejala-gejala ketegangan
jasmani di mana seseorang mengantisipasi kemungkinan datangnya bahaya
atau kemalangan di masa yang akan datang dengan perasaan khawatir,
kecemasan mungkin melibatkan perasaan, perilaku, dan respon-respon
fisiologis. Atkinson, dkk (1999) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan
emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala kekhawatiran dan
perasaan takut (dalam Safaria & Saputra, 2009). Berdasarkan beberapa definisi
mengenai kecemasan di atas, dapat disimpulkan kecemasan adalah keadaan
emosional atau suasana hati yang tidak menyenangkan dihasilkan dari ancaman
dan ditandai dengan gejala-gejala seperti keterangsangan fisiologis,
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ketegangan jasmani, dan perasaan khawatir atau takut suatu hal yang buruk
akan terjadi.
2. Aspek-aspek Kecemasan
Nevid dkk (2005), membedakan tanda kecemasan menjadi tiga bagian,
yaitu fisik, perilaku, dan kognitif.
a. Fisik, meliputi : kegelisahan, kegugupan, tangan atau tubuh yang bergetar
atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang mengikat disekitar dahi,
kekencangan pada pori-pori perut atau dada, banyak berkeringat, telapak
tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut atau kerongkongan
terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek, jantung yang
berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari atau
anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sulit menelan, kerongkongan terasa tersekat, leher atau punggung terasa
kaku, sensasi seperti tercekik atau tertahan. Tangan yang dingin dan
lembab, terdapat gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering
buang air kecil, wajah terasa memerah, dan diare.
b. Perilaku, meliputi: perilaku menghindar, perilaku melekat, tergantung, dan
perilaku terguncang.
c. Kognitif, meliputi: khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu atau
ketakutan atau aprehensif terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, terpaku pada sensasi kebutuhan, sangat waspada
12
yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan
akan ketidak mampuan untuk mengatasi masalah, berpikir bahwa
semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berfikir bahwa semuanya sangat
membingungkan tanpa bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele,
berfikir tentang hal-hal yang mengganggu yang sama secara
berulang-ulang, berfikir bahwa harus bisa kabur dari keramaian, pikiran terasa
tercampur aduk atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan
pikiran-pikiran yang mengganggu, berfikir akan segera mati meskipun dokter
tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis, khawatir akan
ditinggal sendiri, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Calhoun dan Acoccela (dalam Safaria & Saputra, 2009)
mengemukakan aspek-aspek kecemasan dibagi dalam tiga reaksi, yaitu
sebagai berikut.
a. Reaksi emosional, yaitu komponen kecemasan yang berkaitan dengan
presepsi individu terhadap pengaruh psikologis dari kecemasan, seperti
perasaan keprihatinan, ketegangan, sedih, mencela diri sendiri atau orang
lain.Reaksi kognitif, yaitu ketakutan dan kekhawatiran yang berpengaruh
terhadap kemampuan berfikir jernih sehingga mengganggu dalam
memecahkan masalah dan mengatasi tuntutan lingkungan sekitarnya.
b. Reaski fisiologis, yaitu reaksi yang ditampilkan oleh tubuh terhadap
sumber ketakutan dan kekhwatiran. Reaksi ini berkairan dengan system
syaraf yang mengendalikan berbagai otot dan kelenjar tubuh sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
timbul reaksi dalam bentuk jantung berdetak lebih keras, nafas bergerak
lebih cepat, tekanan darah meningkat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek
kecemasan terdiri dari aspek perilaku, aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek
emosi.
3. Macam-macam Kecemasan
Menurut Spielberger (Dwita & Natalia, 2002) membagi kecemasan
menjadi dua, yaitu kecemasan sesaat (state anxiety) dan kecemasan dasar
(trait anxiety).
a. Kecemasan Sesaat (State Anxiety)
Kecemasan ini terjadi langsung pada saat ada stimulus yang tidak
menyenangkan. Kecemasan sesaat merupakan suatu proses atau urutan
beberapa kejadian, terjadinya dirangsang baik dari dalam maupun dari luar
diri.
b. Kecemasaan Dasar (Trait Anxiety)
Kecemasan inin terjadi secara tetap dan merupakan sisa dari
pengalaman masa lalu, yang dapat menentukan perbedaan individu dalam
kecenderungan penghayatan kecemasan, maksudnya adalah suatu stimulus
kecemasan ditanggapi secara berlainan oleh setiap individu.
Berdasarkan uraian di atas mengenai mengenai macam-macam
kecemasan dapat disimpulkan bahwa Spielberger (Dwita & Natalia, 2002)
membagi kecemasan menjadi dua, yaitu kecemasan sesaat (state anxiety) dan
14
Pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu macam
kecemasan, yaitu kecemasan dasar (trait anxiety) . Hal ini dikarenakan pada
penelitian ini lebih berfokus pada kecemasan yang terjadi secara tetap dan
merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dalam kehidupan individu,
khususnya pada individu yang berusia dewasa awal.
4. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Secara umum kecemasan dipengaruhi oleh ciri-ciri demografis, yaitu :
a. Jenis kelamin
Menurud Daradjat (1996), jenis kelamin sangat mempengaruhi
kecemasan seseorang terhadap objek tertentu karena kondisi fisik,
emosional dan psikologis antara pria dan wanita itu berbeda terutama
ketika akan merespon dan menghadapi objek-objek yang menjadi
penyebab kecemasannya.
Menurut Smet (dalam Nuralita&Hadjam, 2002) bahwa wanita
seringkali merasa tertekan bila dibandingkan dengan pria. Davis dan
Palladino (dalam Safira & Saputra, 2009) mengatakan persentase
perempuan lebih tinggi dari pada pria yang pernah merasakan kecemasan,
yaitu 19 % pria dan 31% wanita.
b. Usia
Usia sangat mempengaruhi tingkat kecemasan seseorang.
Gangguan kecemasan banyak dialami oleh individu yang memasuki masa
dewasa dini yaitu rentangan usia akhir belasan tahun atau awal usia
duapuluh tahun dan berakhir pada usia tigapuluhan tahun (Santrock,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2002). Menurut Cratty (dalam Amir, 2004) mengenai fluktuasi kecemasan,
kecemasan akan memuncak pada usia dewasa dini. Kemasan memuncak
pada usia tersebut dikarenakan pada saat itu individu mendekati
puncak-puncak potensi fisiknya, yaitu tahun paling produktif dalam karir.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa ada berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan individu, yaitu faktor usia dan
jenis kelamin. Pada faktor usia, usia dewasa dini antara rentangan usia akhir
belasan tahun atau awal usia duapuluh tahun dan berakhir pada usia
tigapuluhan tahun merupakan saat di mana individu banyak mengalami
kecemasan, sedangkan pada faktor jenis kelamin, jenis kelamin perempuan
lebih banyak merasakan kecemasan dari pada pria.
5. Penyebab Kecemasan
Menurut Nevid dkk (2005), kecemasan disebabkan oleh berbagai
faktor, yaitu :
a. Biologis
Predisposisi genetis, iregularitas dalam fungsi neurotransmitter,
abnormalitas dalam jalur otak yang memberikan sinyal bahaya atau yang
menghambat tingkah laku repetitif.
b. Perilaku
Pemasangan stimuli avertif atau stimuli yang sebenarnya netral
(classical conditioning), kelegaan dari karena melakukan ritual kompulsif
16
kesempatan untuk pemenuhan (extinction) karena penghindaran terhadap
objek atau situasi yang ditakuti.
c. Kognitif dan emosional
Konflik psikologis yang tidak terselesaikan, faktor kognitif, seperti
prediksi berlebihan tentang ketakutan, keyakinan irasional, sensitivitas
berlebihan terhadap ancaman, sensitivitas berlebihan terhadap kecemasan,
salah atribusi dari sinyal-sinyal tubuh.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
memiliki penyebab yang beraneka ragam yang mungkin saling
mempengaruhi. Penyebab kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa faktor,
yaitu biologis, kognitif dan emosional, dan perilaku.
6. Cara Mencegah dan Mengatasi Kecemasan.
Ada berbagai macam cara sederhana yang dapat digunakan untuk
mencegah dan mengatasi kecemasan seseorang, yaitu :
a. Teknik pernafasan
Menurut Gunarsa (1996) dalam mengurangi ketegangan, ketika
individu menghadapi hal yang dapat menimbulkan kecemasan dapat
digunakan teknik pernafasan yang mebutuhkan waktu singkat dan sangat
efektif untuk mengurangi ketegangan bahkan dapat mempengaruhi
penguasaan diri.
b. Meditasi
Salah satu bentuk latihan yang dapat membangkitkan dan
menyelaraskan energi dalam diri seseorang adalah melalui proses meditasi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang bertujuan untuk memusatkan perhatian pada sumber energi fisik dan
psikis, menghimpun energi yang dimiliki dan mendistribusikannya melalui
gerakan-gerakan tertentu (Leonard dalam Gunarsa, 1996). Lichstein
(1988) mengemukakan bahwa metode meditasi, secara umum dikenal
sebagai proses relaksasi yang merupakan proses yang bermanfaat untuk
meningkatkan kondisi fisik dan mental individu agar berfungsi secara
optimal dan harmonis, untuk mengatasi ketegangan, perasaan takut, serta
berfungsi sebagai salah satu bentuk terapi untuk mengatasi
masalah-masalah psikologis (Gunarsa, 1996).
c. Relaksasi
Relaksasi adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku (Nevid
dkk, 2005). Menurut pandangan Beech dkk (dalam Rochaini & Pratiwi,
2009), relaksasi merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot.
Sedangkan menurut Bertein dan Borkorec (dalam Rochaini & Pratiwi,
2009) relakasai otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan
kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan, yang dapat
menyebabkan individu dalam keadaan rileks.
d. Teknik olah Fisik (Olahraga)
Menurut Sumorsadjono (1987) olahraga dapat memperbaiki
kedaan fisik dan psikologis individu. Pada aktifitas fisik atau olahraga
dapat mempengaruhi berbagai unsur psikologis individu, seperti merasa
lebih bebas, merasa percaya diri, ketegangan dan stress akan hilang.
18
olahraga sebagai pengobatan untuk penderita-penderita dengan kecemasan
dan depresi yang ringan, dan mereka menganggap sukses seperti halnya
digunakan pengobatan psikoterapi dan terapi relaksasi (Sumorsadjono,
1993).
e. Yoga
Yoga merupakan satu bentuk rangkaian latihan fisik yang berfungi
untuk menjaga keseimbangan dari diri individu. Menurut Weller (2002)
latihan yoga dapat mengatasi kecemasan individu dengan berbagai teknik
yang digunakan. Khususnya pada yoga jenis hatha yoga atau yoga
kesehatan yang mencakup teknik asanas (latihan fisik), pranayama
(latihan pernafasan), meditasi dan savasana (relaksasi) (Serber, 2008).
Berbagai teknik tersebut membuat seseorang memperoleh keharmonisan
dan keseimbangan antara tubuh, jiwa, dan pikiran (Sani, 2003).
Berdasarkan berbagai penanganan kecemasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa ada berbagai macam penanganan untuk kecemasan, yaitu
dengan teknik pernafasan, melakukan meditasi, relaksasi, olahraga dan yoga.
Pada penelitian ini lebih memfokuskan kegunaan yoga khususnya pada yoga
jenis hatha yoga untuk mencegah dan mengatasi kecemasan seseorang. Hal ini
dikarenakan hatha yoga memiliki berbagai teknik yang mencangkup
keseluruhan cara pencegahan dan penanganan kecemasan, yaitu dengan teknik
olah tubuh, pernapasan, relaksasi dan meditasi.
Berdasarkan penjelasan teori di atas mengenai kecemasan dapat
disimpulkan bahwa kecemasan adalah keadaan emosional atau suasana hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yang tidak menyenangkan dihasilkan dari ancaman dan ditandai dengan
gejala-gejala seperti keterangsangan fisiologis, ketegangan jasmani, dan
perasaan khawatir atau takut suatu hal yang buruk akan terjadi. Kecemasan
juga terdiri dari beberapa aspek, yaitu aspek perilaku, fisik, kognitif, dan
emosi. Selain itu, ada dua macam kecemasan menurut Spielberger, yaitu
kecemasan sesaat (state anxiety) dan kecemasan dasar (trait anxiety). Peneliti
hanya menggunakan kecemasan dasar (trait anxiety), dikarenakan pada
penelitian ini lebih berfokus pada kecemasan yang terjadi secara tetap dan
merupakan hasil dari pengalaman masa lalu dalam kehidupan individu.
Ada berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi kecemasan,
yaitu faktor usia dan jenis kelamin. Pada faktor usia, usia dewasa dini atau
usia antara rentangan usia akhir belasan tahun atau awal usia duapuluh tahun
dan berakhir pada usia tigapuluhan merupakan saat di mana individu banyak
mengalami kecemasan, sedangkan pada faktor jenis kelamin, jenis kelamin
perempuan lebih banyak merasakan kecemasan dari pada pria.
Penyebab kecemasan dapat dibagi menjadi beberapa faktor, yaitu
biologis, kognitif dan emosional, dan perilaku. Ada berbagai macam
penanganan untuk kecemasan, yaitu dengan teknik pernafasan, meditasi,
relaksasi, olahraga dan yoga. Pada penelitian ini lebih memfokuskan kegunaan
yoga khususnya pada yoga jenis hatha yoga untuk mencegah dan mengatasi
kecemasan individu. Hal ini karena hatha yoga memiliki berbagai teknik yang
mencangkup keseluruhan teknik pencegangan dan penanganan kecemasan
20
B. Yoga
1. Pengertian Yoga
Menurut Weller (2002) yoga adalah salah satu pendekatan (terapi)
terhadap kesehatan dengan menggunakan cara atau alat untuk membantu
tubuh dan pikiran mempertahankan kesimbangan atau memperoleh kembali
keseimbangan yang terganggu, sehingga semua komponen tubuh dapat
bekerja sama. Yoga juga berasal dari kata yuj yang merupakan bahasa
sanskerta yang berarti bergabung atau bersatu.
Menurut Sani (2003) yoga adalah sebuah sistem untuk menyadarkan
atau mengantarkan individu kearah mutu pengembangan dari kesehatan lahir
dan batin untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Yoga
juga merupakan salah satu filsafat hidup yang dilatarbelakangi oleh
pengetahuan yang universal, yakni pengetahuan tentang bagaimana cara
mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerakan anggota badan,
bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain sebagainya.
Berdasarkan beberapa pengertian yoga di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yoga adalah sebuah sistem atau aktivitas untuk
menyadarkan dan mengantarkan individu ke arah mutu pengembangan dari
kesehatan lahir dan batin, sehingga individu dapat menjaga keseimbangan
antara tubuh, jiwa, dan pikiran di dalam dirinya.
2. Hatha Yoga
Menurut Sindhu (2006) kata hatha yoga berasal dari bahasa Sanskerta,
yaitu ha berarti matahari dan tha berarti bulan. Di dalam terminology yoga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dikatakan bahwa bagian kanan tubuh bersifat positif, panas (matahari ), yang
(dalam terminologi Taoisme) bersifat jantan dan bagian kiri tubuh bersifat
negatif, dingin (rembulan), ying (dalam terminologi Taoisme) yang bersifat
feminism (Sani, 2003). Hal ini menjelaskan bahwa hatha yoga menekankan
penyeimbangan dua kekuatan yang bertolak belakang pada tubuh, seperti
halnya energi maskulin (the sun/matahari) dan energi feminism (the
moon/rembulan), yin dan yang, kiri dan kanan, tarikan dan hembusan nafas,
rasa sedih dan gembira, dan lainya. Tujuannya adalah menjaga keseimbangan
alami tubuh (Shindu, 2007). Selain itu, menurut Houlahan (2002) Hatha yoga
juga menyeimbangkan energi dari matahari dan bulan pada pikiran dan tubuh
individu yang dapat menciptakan aliran prana (energi hidup) yang harmonis.
Menurut Weller (2002) hatha yoga merupakan yoga kesehatan yang
dapat mencegah penyakit atau membantu individu memperoleh kesehatan
melalui latihan yang seimbang atara tubuh dan mental, sehingga dapat
memandang kemajuan dan kemunduran kehidupan menjadi lebih positif.
Menurut Sani (2003), melalui latihan hatha yoga individu juga akan
memperoleh keharmonisan dan kesimbangan akan karakteristiknya (tubuh dan
jiwa). Dengan adanya keseimbangan di antara unsur-unsur tersebut, akhirnya
akan tercapai suatu kesehatan jasmani dan rohani yang sempurna (Sani, 2003).
Tujuan utama hatha yoga adalah mengarahkan badan ke kesehatan dan
kesempurnaan, sehingga kekuatan-kekuatan akan berada dalam keadaan
22
Berdasarkan beberapa pengertian hatha yoga di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa hatha yoga adalah yoga kesehatan dengan melakukan
latihan yang seimbang antara tubuh dan mental, sehingga menciptakan
kesehatan yang harmonis dan seimbang antara pikiran, tubuh dan jiwa.
3. Mekanisme Hatha Yoga
Menurut Serber (2008) latihan hatha yoga mencangkup empat hal,
yaitu asanas (latihan fisik), pranayama (latihan pernafasan), meditasi dan
savasana (relaksasi). Dari cakupan latihan tersebut, terdapat beberapa teknik
yang dapat mengurangi kecemasan seseorang.
Menurut Sani (2003) asanas adalah suatu sikap tubuh yang tenang,
sabar dan rileks disertai tarikan nafas yang teratur. Asanas merupakan jenis
olah tubuh yang bersifat fisiko-psikis, pada latihan fisik ini sangat berdampak
terhadap mental (pikiran). Berdasarkan jenis gerakannya, asanas terdiri dari
postur berdiri, postur keseimbangan, postur duduk, postur duduk menekuk
kearah depan, postur membuka dada, postur menguatkan lengan, dan
pergelangan tangan, postur melenturkan sendi pinggul, postur memutir tulang
punggung, postur inversi atau terbalik, dan postur restoratif atau relaksasi
(Shindu, 2007). Dalam latihan asanas ini tekanan-tekanan lembut terhadap
tubuh dapat memperbaiki sekresi hormonal dari sistem kelenjar adrenal, yang
akan menstabilkan produksi adrenal ke darah sehingga dapat menghapus
emosi-emosi yang mengganggu dan ketidak seimbangan mental yang
menganggu konsentrasi (Shindu, 2007). Weller (2002) juga menjelaskan
latihan yoga (asanas atau latihan fisik) merupakan alat terbaik untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menanggulangi masalah postur otot yang mengganggu dan mengatur kembali
keharmonisan fungsi seluruh sistem. Latihan asanas dilaksanakan dengan
penuh kesadaran, yaitu sadar dengan apa yang sedang dilakukan. Oleh karena
itu, asanas sangat baik untuk mengatur pikiran yang terpencar yang
merupakan ciri dari keadaan gelisah, dan untuk mengembangkan ketenangan
dan kontrol diri, yang dapat berdampak terhadap ketenangan mental (pikiran)
pada individu yang mengalami kecemasan.
Dalam yoga yang paling berperan adalah olah nafas (pranayama),
dimana nafas menjadi bagian terpenting dalam yoga meskipun tidak
mengesampingkan gerakan (asana) dan meditasi. Menurut Shindu (2007)
menguasai pernafasan sama artinya dengan menguasai emosi, pikiran, dan
tubuh. Saat napas tidak terkendali, emosi mejadi bergejolak, pikiran menjadi
kacau, otot tubuh akan menegang, jantung berdegup kencang, dan kulit
mengeluarkan keringat yang biasa terjadi pada individu yang mengalami
kecemasan. Sebaliknya, dengan bernapas lembut dan teratur, pikiran akan
menjadi tenang, emosi akan menjadi tentram, dan tubuh akan menjadi lebih
rileks. Pranayama dilakukan dengan duduk dalam salah satu postur duduk
yoga (asanas), dengan posisi tulang punggung tegak, dari tulang ekor hingga
ke puncak kepala. Posisi ini memaksimalkan kapasitas paru-paru saat bernafas
serta mejaga agar aliran prana (energi hidup) dapat mengalir dengan lancar
didalam tubuh (Shindu, 2007). Menurut Sani (2003) dalam melakukan
pranayama dapat mengatur peredaran darah. Pose atau gerakan dalam
24
organ-organ otot seksual, melemaskan otot-otot, menenangkan pikiran,
membuat pernafasan teratur, memperkuat daya konsentrasi, dan melemaskan
system syaraf.
Menurut Shindu (2007) savasana atau relaksasi dapat dilakukan pada
awal dan akhir sesi yoga. Pada prakteknya individu akan meluangkan waktu
selama 10-15 menit untuk playing dead, dengan berbaring diam dan tidak
bergerak. Hal ini mengajarkan bahwa saat kita mengabaikan keberadaan tubuh
maka individu akan menyelami kesadaran yang lebih, sehingga dapat belajar
untuk menguasai pikiran. Saat melakukan savasana, kelenjar yang tertekan
lembut selama asanas akan mulai mengeluarkan produksi hormon endorfin
dengan lebih stabil, sirkulasi darah menjadi lebih lancar, tubuh akan
menguraikan ketegangan otot, pikiran akan menjadi lebih tenang, dan
perasaan akan menjadi lebih tentram. Oleh karena itu, savasana bermanfaat
untuk mengatasi pikiran yang mengganggu dan ketidak stabilan detak jantung
yang biasa terjadi pada individu yang mengalami kecemasan.
Menurut Shindu (2007) hal yang penting dalam yoga adalah meditasi
yang artinya adalah usaha menjadi pikiran semakin halus atau memurnikan
pikiran. Prinsipnya adalah tetap sadar pada satu titik fokus dan tidak terpecah
ke titik lainnya sehingga diri, pikiran, dan titik fokus tersebut melebur jadi
satu menuju kearah pencerahan dan realisasi diri. Meditasi artinya berfikir
dengan kondisi pengerahan dan pemusatan seluruh potensi energi pikiran.
Oleh karena itu, pada sesi meditasi individu dapat terfokus dalam suatu titik,
sehingga pikirannya tidak akan berfikir yang macam-macam yang biasa terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pada orang yang sedang cemas, mereka akan berfikir tentang pikiran serta
harapan yang mencemaskan.
Berdasarkan pembahasan mengenai yoga di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa yoga adalah sebuah sistem atau aktivitas untuk
menyadarkan dan mengantarkan individu ke arah mutu pengembangan dari
kesehatan lahir dan batin yang dapat menjaga keseimbangan antara tubuh,
jiwa, pikiran di dalam dirinya. Dalam penelitian ini, khususnya memakai yoga
jenis hatha yoga yang merupakan yoga kesehatan. Melakukan latihan yang
seimbang antara tubuh dan mental, sehingga dapat menciptakan kesehatan
yang harmonis dan seimbang antara pikiran, tubuh dan jiwa. Selain itu, latihan
hatha yoga mencangkup empat hal, yaitu asanas (latihan fisik), pranayama
(latihan pernafasan), meditasi dan savasana (relaksasi). Dari cakupan latihan
tersebut, terdapat beberapa teknik yang dapat mengurangi kecemasan
seseorang. Asanas sangat baik untuk menenangkan dan mengatur pikiran yang
terpencar dengan gerakan menekan langsung kelenjar adrenal, sehingga akan
menstabilkan produksi adrenalin ke aliran darah, dan untuk melatih kesadaran
dan kontrol diri, sehingga pada latihan fisik ini sangat berdampak terhadap
ketenangan mental (pikiran) individu yang mengalami kecemasan. Pranayama
merupakan bernafas pelan dan panjang, sehingga dapat menenangkan pikiran
dan membuat pernafasan menjadi teratur. Relaksasi adalah suatu prosedur dan
teknik yang bertujuan untuk menciptakan kedaan yang rileks dan tenang bagi
tubuh dan pikiran, menguraikan ketegangan otot, melancarkan peredaran
26
pada individu yang mengalami kecemasan. Pada meditasi individu dapat
terfokus dalam suatu titik, sehingga mereka tidak akan berfikir macam-macam
tentang pikiran serta harapan yang mencemaskan yang biasa terjadi pada
individu yang cemas.
C. Hubungan Hatha Yoga dengan Tingkat Kecemasan
Setiap individu pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu,
dengan tingkat yang berbeda-beda (Tysar, 2009). Hal tersebut mungkin saja
terjadi ketika individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal
yang mungkin menimpanya dikemudian hari (Tysar, 2009). Dalam dunia modern
ini, individu sering mengalami kecemasan karena ancaman dari keamanan,
kesejahteraan ekonomi, hubungan dengan orang lain, prestasi dalam ujian, karir,
dan berbagai kondisi lingkungan yang mengancam (Twenge, 2000).
Kecemasan merupakan suatu keadaan emosional yang mempunyai ciri
keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan
perasaan khawatir bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi (Nevid, 2005). Adanya
suatu tahap perkembangan yang sering menimbulkan kecemasan, yaitu pada tahap
dewasa awal. Pada tahap ini dari berbagai tugas perkembangan, individu biasanya
terlibat dengan berbagai krisis dalam kehidupan (Papalia dkk, 2009). Kecemasan
dialami ketika menemui berbagai permasalahan yang tidak dapat diatasi, sehingga
dapat menimbulkan konflik terhadap dirinya (Papalia dkk, 2009). Kecemasan
lebih sering dialami oleh wanita dari pada pria. Menurut Smet (dalam Nuralita &
Hadjam, 2002) bahwa wanita seringkali merasa tertekan bila dibandingkan
dengan pria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Adanya keadaan yang tidak menyenangkan dari kecemasan menyebabkan
banyaknya individu yang mencari cara untuk mencegah dan mengatasi
kecemasan. Kecemasan dapat diatasi dengan berbagai terapi. Pada kehidupan
modern ini ada sebuah terapi sederhana yang dikenal dengan nama hatha yoga.
Melalui hatha yoga individu dapat menjaga keimbangan dirinya (Weller, 2002).
Keseimbangan tersebut dapat membuat individu menyelaraskan tubuh, jiwa, dan
pikiran di dalam dirinya. Hal ini juga dikatakan oleh Shindu (2007), menurutnya
berlatih yoga secara teratur akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
tubuh, pikiran dan emosi atau mental.
Hatha yoga terdiri dari berbagai teknik, seperti asanas, pranayama,
savasana, dan meditasi (Serber, 2008). Menurut Shindu (2007) teknik-teknik
dalam yoga dapat meredakan kecemasan, meningkatkan kosentrasi, serta
menyeimbangkan emosi individu. Burgin (2007) mengatakan bahwa penelitian
medis terbaru telah menunjukkan bahwa latihan teratur yoga dan meditasi adalah
efektif untuk menurunkan tingkat kecemasan. Pada individu yang mengalami
kecemasan berlebihan dapat dikurangi melalui latihan yoga yang lambat, lembut
dan berfokus pada postur tubuh yang dapat menenangkan hati dan pikiran dengan
cara menyeimbangankan emosi dan melepaskan ketegangan tubuh.
Berbagai teknik dalam hatha yoga bermanfaat untuk menenangkan,
mengurangi kegelisahan, memperbaiki kerusakan dan kegagalan kelenjar
endokrin, mengatur peredaran darah, menghapus emosi-emosi yang mengganggu,
yang dapat mengakibatkan terganggunya konsentrasi dan kontrol diri, sehingga
28
ketika individu mengalami kecemasan. Kondisi tersebut membuat individu yang
merasakan ketengangan akan menjadi lebih tenang dan rileks. Oleh karena itu,
individu dapat menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan dan melaksanakan
tugas-tugas perkembangannya dengan baik. Dari pemahaman ini, peneliti
memiliki asumsi bahwa ada pengaruh latihan yoga khususnya pada jenis hatha
yoga terhadap tingkat kecemasan individu.
D. Hipotesis
Ada pengaruh latihan hatha yoga terhadap penurunan tingkat kecemasan
individu. Individu yang mendapat latihan hatha yoga dapat menurun tingkat
kecemasannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KECEM ASAN
M engat asi Gejala-gejala Kecem asan
30
BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental-kuasi. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group
Design yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi, B.N., 2008).
B. Indentifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel tergantung pada penelitian ini adalah tingkat kecemasan.
2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah yoga (hatha yoga).
C. Definisi Operasional 1. Tingkat Kecemasan
Kecemasan adalah keadaan emosional atau suasana hati yang tidak
menyenangkan ditandai dengan gejala-gejala seperti keterangsangan
fisiologis, ketegangan jasmani, dan perasaan khawatir atau takut suatu hal
yang buruk akan terjadi. Gejala atau aspek-aspek kecemasan terdiri dari
aspek perilaku, aspek fisik, aspek kognitif, dan aspek emosi. Tingkat
kecemasan diungkap menggunakan skala berdasarkan empat aspek
kecemasan tersebut. Skala dibuat oleh peneliti dengan kriteria skor,
semakin tinggi nilai skor yang diperoleh individu artinya semikin tinggi
pula tingkat kecemasannya, sebaliknya semakin rendah nilai skor yang
diperoleh artinya semakin rendah juga tingkat kecemasannya. Pada
penelitian ini subjek akan diberikan skala kecemasan berdasarkan metode
30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
pretest dan posttest untuk melihat perbedaan tingkat kecemasannya. Pada
kelompok eksperimen diberikan skala sebelum dan sesudah melakukan
treatment, sedangkan kelompok kontrol yang tidak diberikan treatment
akan diberikan skala dalam jangka waktu yang sama dengan kelompok
eksperimen.
2. Latihan Hatha Yoga
Latihan hatha yoga adalah suatu latihan yang terdiri dari empat
teknik, yaitu asanas (latihan fisik), pranayama (latihan pernafasan),
meditasi dan savasana (relaksasi) yang diberikan oleh instruktur yoga
yang bersertifikasi. Teknik tersebut memiliki gerakan yang beranekaragam
dan manfaat yang berbeda-beda. Desain materi yang dipraktekkan dalam
penelitian ini, khusus menggunakan beberapa gerakan dari teknik-teknik
hatha yoga yang memiliki manfaat untuk kecemasan berdasarkan teori
atau literatur yang ada dan dikembangkan oleh instruktur yoga.
Pada penelitian ini subjek eksperimen akan diberikan seluruh
rangkaian latihan yoga yang akan dilaksanakan 8 kali pertemuan dalam
kurun waktu 1 bulan dengan lama waktu setiap pertemuan kurang lebih
sekitar 1,5 jam.
D. Subjek Penelitian
Subjek dipilih berdasarkan persamaan kriteria jenis kelamin, pekerjaan,
dan umur. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa perempuan Fakultas
Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Subjek penelitian berjumlah
32
pertama adalah kelompok yang mengikuti pelatihan yoga sebagai kelompok
eksperimen dan kelompok yang tidak mengikuti pelatihan yoga sebagai kelompok
kontrol. Kelompok eksperimen berjumlah 18 subjek yang rata-rata berumur 18.4
dengan rentang umur 18 sampai 21 tahun dan kelompok kontrol berjumlah 19
subjek yang rata-rata berumur 19.3 dengan rentang umur 18 sampai 24 tahun.
Kedua kelompok subjek dipilih berdasarkan tingkat kecemasan yang sama, yaitu
tingkat kecemasan sedang. Pemilihan dilakukan untuk menyamakan kondisi awal
subjek dalam tingkatan kecemasannya. Subjek dengan tingkat kecemasan yang
rendah tidak dipilih karena treatment yang diberikan tidak akan menunjukkan
perubahan. Pemilihan subjek dilakukan secara non-random berdasarkan kesediaan
subjek untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Subjek yang mendapat perlakuan
(kelompok eksperimen) diperoleh berdasarkan kesediaan subjek untuk mengikuti
latihan yoga. Selanjutnya, kelompok kontrol adalah subjek yang tidak mendapat
perlakuan. Subjek diperoleh dengan pemilihan secara acak dan berdasarkan
kesediaannya. Subjek tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan subjek
yang mendapatkan perlakuan dan memenuhi kriteria tertentu, yaitu tidak
mengikuti pelatihan atau mempraktekan kegiatan sejenis dalam mengurangi
tingkat kecemasannya selama waktu penelitian berlangsung.
E. Metode dan Alat Pengambilan Data
Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized Pretest-Posttest
Control Group Design. Pada desain ini menggunakan lambang (O1) pretest yang
merupakan lambang pengukuran variabel tergantung sebelum eksperiment, tanda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(X) melambangkan variabel bebas yang dimanipulasi, sedangkan (O2) posttest
melambangkan variabel tergantung setelah eksperiment (Semati dkk, 2008)
Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design
Subjek Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol (n) O1 X O2 O1 ~X O2
n1
n2
n3
Keterangan :
O1 : variabel tergantung skor skala tingkat kecemasan sebelum perlakuan
O2 : variabel tergantung skor skala tingkat kecemasan sesudah perlakukan
X : dengan perlakuan
~X : tanpa perlakuan
Alat pengukuran yang digunakan pada penelitian ini adalah skala
kecemasan. Pengukuran data dengan skala kecemasan ini dibuat oleh peneliti
berdasarkan empat aspek kecemasan (fisik, perilaku, kognitif, dan emosi) menurut
Nevid dkk (2005) dan Calhoun dan Acoccela (dalam Safaria dan Saputra, 2009).
Skala kecemasan ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian identitas dan bagian
pernyataan. Bagian identitas berguna untuk mendapatkan keterangan mengenai
diri subjek, sedangkan bagian pernyataan dimaksudkan untuk mengungkapkan
tingkat kecemasan subjek.
Skala yang digunakan peneliti untuk mengukur tingkat kecemasan
berjumlah 63 item peryataan. Skala ini memiliki empat kategori jawaban yang
34
sering), S (sering), J (jarang), TP (tidak pernah). Alternatif jawaban dibuat dalam
empat kategori dengan maksud menghindari kecenderungan subjek penelitian
menjawab pernyataan dengan alternatif jawaban netral dan ragu-ragu (Azwar,
2007).
Tabel 3.1
Distribusi Item Skala Kecemasan Sebelum Uji Coba
Indikator Favorable Unfavorable Total
Fisik 1, 9, 16, 21, 28, 34,
skor didasarkan pada sifat favorable dan unfavorable. Skoring untuk item-item
favorable bergerak dari 4-1, sedangkan item unfavorable bergerak dari
1-4. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada table berikut ini:
Pengumpulan data dilakukan dua kali dengan memberikan kuesioner yang
berisikan skala kecemasan kepada kelompok eksperiment dengan pretest
(sebelum melakukan treatment) dan posttes (sesudah melakukan treatment) dan
kelompok kontrol pretest dan posttest tanpa treatment dengan jangka waktu sama
dengan kelompok eksperimen yaitu selama 1 bulan.
F. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini antara lain :
1. Membuat Alat Ukur
a. Membuat skala kecemasan berdasarkan blue print yang telah dibuat.
b. Melakukan uji coba atau try out skala kecemasan.
c. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.
d. Memilih item-item yang layak.
2. Melakukan pengumpulan data dengan menyebar kuesioner (alat ukur) berupa
skala kecemasan kepada Mahasiswi Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Menganalisis tingkat kecemasan kelompok tersebut berdasarkan hasil alat
ukur (skala kecemasan) yang digunakan dan selanjutnya menentukan subjek
penelitian berdasarkan tingkat kecemasan. Subjek yang memililiki tingkat
kecemasan sedang akan dijadikan subjek penelitian (kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol), namun subjek yang memiliki tingkat kecemasan
rendah akan digugurkan atau tidak menjadi subjek penelitian selanjutnya.
4. Memberikan informed consent kepada subjek untuk memberitahukan