• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER TEOLOGI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PROGRAM PASCA SARJANA PROGRAM MAGISTER TEOLOGI"

Copied!
209
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA PROGRAM PASCA SARJANA

PROGRAM MAGISTER TEOLOGI

ORANG KRISTIANI HARUS PEDULI DAN TERLIBAT DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

Tesis diajukan oleh:

HENDRIK SUMBUNG

NPM: 106312032/PPs/M.Th.

Untuk Memeperoleh

GELAR MAGISTER TEOLOGI

2013

(2)
(3)

iii

Sebuah lagu menjadi lagu ketika dilagukan Tulisan menjadi tulisan ketika dibaca

Teori nyata dalam hidup Hidup menjadi hidup ketika dihidupi

Cinta menjadi cinta ketika mencinta Mencinta nyata ketika memberi

Memberi nyata ketika tulus Tulus nyata ketika bahagia Bahagia nyata dalam pelayanan Pelayanan nyata ketika berkorban

Tertutup menutup kasih Kasih nyata ketika memberi Memberi nyata ketika bahagia

Bahagia meniadakan susah

“Sebab mereka yang menabur angin, akan menuai puting beliung” (Hos 8:7).

Erick/April 2013

(4)

iv

Karya tulis ini kupersembahkan kepada semua orang, yang mendedikasikan waktu, pikiran dan tenaganya untuk dalam mencintai dan melestarikan lingkungan hidup.

(5)

v

Pernyataan Keaslian Karya

Dengan ini penulis menyatakan bahwa karya tulis ini merupakan hasil karya penulis. Penulis tidak meng-copy paste atau menyadur karya tulis lain yang setara dengan karya penulis (karya tulis strata dua). Karya tulis ini merupakan hasil studi kepustakaan dan analisa penulis atas pokok bahasan ekoteologis.

Demikianlah pernyataan keaslian karya tulis ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 26 Mei 2013

Penulis

(6)

vi

ABSTRAK

Masalah lingkungan hidup merupakan masalah global dewasa ini. Masalah tersebut tidak dapat dilepaskan dari manusia dan kehidupannya. Segala bentuk kegiatan manusia bersentuhan dengan lingkungan hidup. Upaya untuk meneruskan kehidupannya dilakukan dengan mengeksploitasi kekayaan alam secara besar-besaran. Tidak dapat dipungkiri bahwa upaya tersebut menyebabkan kerusakan lingkungan hidup. Terjadi bencana alam seperti kekeringan, banjir, tanah longsor, global warming, dan badai akibat perubahan suhu yang ekstrim.

Selain itu, juga terjadi pencemaran udara, air dan tanah oleh faktor-faktor pencemar baik gas, cairan maupun padatan dari limbah rumah tangga dan industri serta aktivitas pertanian, peternakan, perkebunan dan transportasi. Semuanya itu menyadarkan orang bahwa mereka mengambil bagian dalam merusak lingkungan hidup.

Bumi yang pada awal mula baik adanya (Kej 1 dan 2), seharusnya dijaga, dipelihara, dan dikembangkan bagi kebaikan segala makhluk, bukan sebaliknya, dirusak dan digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Manusia sebagai “citra Allah” (Kej 1:28) bertanggung jawab atas bumi ini. Berhadapan dengan masalah lingkungan hidup, umat beriman Kristiani ditantang untuk peduli dan terlibat. Kepedulian dan keterlibatan tersebut sebaiknya didasarkan pada refleksi iman atas hubungan antara alam dan Sang Penciptanya, Allah. Kepedulian dan keterlibatan tersebut harus nampak dalam usaha untuk menjaga keutuhan dan kelestarian alam, memperbaiki yang sudah rusak sambil mencegah kerusakan berikutnya. Tindakan tersebut dilakukan dalam rangka melanjutkan karya penciptaan Allah di dunia ini. Lewat keterlibatan itu, umat beriman Kristiani menunjukkan dirinya sebagai citra Allah yang menghadirkan Allah dalam relasinya dengan lingkungan hidup. Relasi yang dibangun antara manusia dan alam adalah relasi kasih, yaitu mengusahakan segala yang baik seperti Allah telah menjadikan segala-galanya baik adanya.

(7)

vii ABSTRACT

Environmental problem is a global problem today. The problem cannot be separated from people and their life. All forms of human activities come into contact with the environment. Attempts to continue their life are done by exploiting natural resources on a large scale. It is inevitable that such effort leads to an environmental damage. Natural disasters are happened such as drought, flood, landslide, global warming, and storm. Those disasters are caused by extreme temperature changes. In addition, there is also air, water, and land pollution caused by pollutant gas, liquid and solid from household sewage and industry. Besides, the pollution is also caused by agricultural activities, animal husbandry, plantation and transportation. Those things make people realize that they are involved in the damaging of the environment.

The earth is good at the beginning (Gen. 1 and 2), then, it should be kept, maintained, and developed for the good of all beings, not vice versa, vandalized and used for personal or group interests. People as "the image of God" (Gen. 1:28) is responsible for this earth. Dealing with environmental issues, the Christian believers are challenged to care and get involved. Awareness and involvement should be based on the faith reflection on the relation between the nature and the Creator, God. Awareness and involvement should be seen in the effort to maintain the integrity and preservation of nature, restore the already damaged, and also prevent subsequent damage. It is carried out in order to continue the work of God in the creation of this world. Through that involvement, the Christian believers show themselves as the image of God who present God in their relations with the environment. The relation that is built between people and the nature is a love relation. In this relation, people cultivate all good things as God has made everything good.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Kerusakan lingkungan hidup merupakan fakta yang terbentang di hadapan kita. Mau tidak mau, suka tidak suka, kita telah berada dalam situasi demikian.

Kita mengalami dampak negatifnya yakni suhu bumi semakin naik, cuaca ekstrim, kekeringan, banjir, polusi, masalah sampah, berkurangnya biodiversity, dan sebagainya. Kunci masalah dan penyelesaiannya terletak pada diri manusia sebagai penanggung jawab utama pengelolaan bumi ini (bdk. Kej 2:15).

Pemecahan masalah lingkungan hidup ada pada kita. Oleh karena itu orang Kristiani harus peduli dan terlibat berhadapan dengan masalah lingkungan hidup.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Sang Pencipta, sumber segala kehidupan, atas cinta kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Orang Kristiani Harus Peduli dan Terlibat dalam Memecahkan Masalah Lingkungan Hidup” ini. Karya tulis ini penulis ajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Magister Teologi pada Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma.

Karya tulis ini dapat selesai dengan baik karena rahmat dan penyelenggaraan Allah, Sang Pencipta. Di samping itu pula, penulis menyadari bahwa karya tulis ini bisa selesai juga karena bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Karena itu, perkenankanlah penulis menyampaikan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang dengan caranya masing-masing membantu penulis menyelesaikan karya tulis ini. Secara khusus penulis ucapkan limpah terima kasih kepada:

(9)

ix

1. Rm. Dr. Al. Purwahadiwardaya, MSF., selaku dosen pembimbing I yang dengan sabar dan penuh dedikasi membaca tulisan penulis dan mengoreksi berbagai kekurangan, mulai tahap awal sampai tahap akhir penulisan karya tulis ini.

2. Rm. Dr. Mateus Mali, CSsR., selaku pembimbing II yang bersedia memberikan perhatian untuk membaca dan mengoreksi karya tulis ini guna menyempurnakannya.

3. Rm. Dr. Petrus Bine Saramae, Pr., selaku formator Seminarium Anging Mammiri, yang selalu memberikan semangat dan bantuan serta fasilitas dalam menyelesaikan karya tulis ini.

4. Orang tua penulis, Bpk. Petrus Sumbung Taruk Allo dan Ibu Herybertha Salea dan juga sudara-saudari penulis, yang selalu memberikan dorongan dan semangat sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan baik.

5. Rekan-rekan seangkatan: Moke, Fandy Tjow, Johnsal dan Anton Cibar serta rekan-rekan frater Anging Mammiri yang telah memberikan dukungan, semangat dan hiburan bagi penulis.

6. Pengelola Perpustakaan Kolese St. Ignatius Kota Baru dan pengelola Perpustakaan St. Paulus Kentungan yang telah membantu dalam proses peminjaman buku-buku sumber bahan karya tulis ini.

Penulis menyadari, masih terdapat kekurangan dalam karya tulis ini. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka menerima masukan dari siapa saja, agar karya tulis ini semakin baik dan semakin kaya, serta berguna bagi kehidupan bersama.

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan ... 1

1.2 Pokok Permasalahan ... 7

1.3 Tujuan Penulisan ... 8

1.4 Metode Penulisan ... 9

1.5 Manfaat Penulisan ... 9

1.6 Sistematika Penulisan ... 10

BAB II MASALAH LINGKUNGAN HIDUP ... 12

2.1 Pengantar... 12

2.2 Pengertian Ekologi ... 12

2.3 Hubungan Manusia dengan Kosmos ... 13

2.4 Populasi Manusia ... 15

2.5 Perkembangan Industri ... 18

2.6 Perkembangan Teknologi ... 19

2.7 Masalah Lingkungan Hidup ... 20

2.7.1 Kerusakan Lingkungan Hidup ... 24

2.7.2. Kerusakan Hutan... 28

(11)

xi

2.7.3 Kerusakan Lapisan Ozon (O3) ... 33

2.7.4 Pemanasan Global ... 35

2.7.4.1 Penyebab Pemanasan Global ... 36

2.7.4.2 Akibat Pemanasan Global ... 38

2.8 Dampak Pertambahan Penduduk, Perkembangan Industri dan Teknologi ... 41

2.9 Pencemaran Lingkungan ... 44

2.9.1 Pencemaran Udara ... 44

2.9.2 Pencemaran Air ... 49

2.9.3 Pencemaran Daratan (Tanah) ... 54

2.9.4 Masalah Sampah ... 56

2.10 Dampak Pencemaran Lingkungan ... 58

2.10.1 Dampak Pemakaian Insektisida ... 58

2.10.2 Dampak Pencemaran Air ... 59

2.10.3 Dampak Pencemaran Daratan ... 60

2.10.4 Masalah Sosial ... 62

2.10.5 Rusaknya Sumber Daya Alam ... 64

2.10.5.1 Berkurangnya Keanekaan Hayati ... 64

2.10.5.2 Hilangnya Sumber Air ... 66

2.10.5.3 Berkurangnya Sumber Daya Alam ... 68

2.10.5.4 Kekacauan Iklim Global ... 68

BAB III REFLEKSI TEOLOGIS ATAS LINGKUNGAN HIDUP 3.1 Pengantar... 73

3.2 Ekoteologi dalam Kitab Suci ... 74

3.2.1 Hubungan Manusia dengan Pencipta ... 74

3.2.2 Hubungan Manusia dengan Ciptaan Lain ... 78

3.3 Manusia Bagian dari Persekutuan Ciptaan ... 79

3.4 Manusia sebagai Citra Allah ... 82

3.5 Manusia Sepadan dengan Ciptaan Lain ... 86

3.5.1 Manusia Bagian dari Alam ... 87

(12)

xii

3.5.2 Tidak Saling Mengatasi dan Bukan Instrumen ... 89

3.5.3 Nilai Inheren Ciptaan ... 89

3.6 Perintah Menguasai Bumi ... 91

3.7 Pandangan Gereja tentang Lingkungan Hidup ... 95

3.7.1 Allah Pencipta ... 96

3.7.2 Ketergantungan Makhluk-Makhluk... 99

3.7.3 Diperuntukkan bagi Semua ... 101

3.7.4 Tanggung Jawab Manusia atas Hidup di Bumi ... 102

3.8 Kristus dan Ekologi ... 105

3.9 Yesus Kristus sebagai Kebijaksanaan Allah ... 107

3.10 Ekoteologi dan Eskatologi ... 110

3.10.1 Peran Kristus ... 110

3.10.2 Masa Depan Seluruh Ciptaan ... 113

3.11 Sikap Orang Kristen ... 114

3.12 Manusia Baru ... 117

3.13 Pendekatan St. Fransiskus Asisi terhadap Alam ... 118

3.13.1 Ciptaan sebagai Sakramen ... 122

3.13.2 Ciptaan sebagai Komunikasi Diri Allah ... 123

3.13.3 Pujian Ciptaan kepada Allah ... 124

3.13.4 Harmoni antara Allah, Manusia dan Ciptaan... 125

BAB IV MORAL LINGKUNGAN HIDUP 4.1 Pengantar... 128

4.2 Arti Moral ... 128

4.3 Moral dan Agama ... 129

4.4 Manusia sebagai Agen Moral ... 131

4.4.1 Manusia sebagai Kesatuan ... 131

4.4.2 Manusia sebagai Pribadi ... 132

4.4.3 Manusia sebagai Makhluk Sosial... 133

4.4.4 Manusia sebagai Makhluk Religius ... 134

4.4.5 Manusia yang Berpengetahuan ... 134

(13)

xiii

4.5 Moral Lingkungan Hidup ... 135

4.6 Cara Pandang Baru ... 141

4.6.1 Solidaritas dengan Alam ... 142

4.6.2 Pelayanan yang Bertanggung Jawab (Stewardship) ... 143

4.6.3 Prinsip Etis Perlindungan Alam ...….. 145

BAB V MENANGGAPI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP 5.1 Pengantar... 149

5.2 Kembali ke Alam ... 149

5.3 Paradigma Baru... 153

5.3.1 Deep Ecology ... 153

5.3.2 Spiritualitas Bumi ... 156

5.3.3 Asketisme ... 157

5.4 Keadilan Ekologis dan Pertobatan Ekologis ... 159

5.5 Tugas dan Tanggung Jawab ... 164

5.6 Kepedulian Gereja ... 166

5.7 Tindakan Praktis Hidup Sehari-Hari... 168

5.7.1 Pemberdayaan Sampah ... 168

5.7.2 Gerakan Hijau ... 172

5.7.3 Mendidik Anak Mencintai Lingkungan Hidup ... 174

5.7.4 Katekese ...….. 175

5.7.5 Penghematan ... 175

5.8 Peduli dan Terlibat melalui Kerja ...….. 177

BAB VI PENUTUP ...178

DAFTAR PUSTAKA ... 182

(14)

Bab I Pendahuluan

1.1 Latarbelakang Penulisan

Penulis tertarik untuk membahas lingkungan hidup setelah melihat kenyataan yang diberitakan di media massa baik cetak maupun elektronik tentang bencana banjir, tanah longsor, kekeringan, krisis pangan, gagal panen, hujan badai, kebakaran hutan, penggundulan hutan, polusi, pencemaran air, masalah sampah dan lain sebagainya. Masalah tersebut disebabkan karena kelalaian manusia yakni sikap dan tindakan manusia yang tidak bijak terhadap alam. Selain beberapa kenyataan di atas, penulis juga merasakan secara langsung bahwa udara dewasa ini (khususnya di perkotaan)1 tidak segar lagi dan suhu bumi terasa semakin naik. Semua peristiwa atau kejadian tersebut berdampak negatif bagi manusia bahkan sudah menelan korban jiwa. Bumi ini menjadi tempat yang kurang nyaman lagi untuk dihuni. Oleh karena itu, muncul keprihatinan atas lingkungan hidup.

Pemandangan atau suasana yang didambakan atau disenangi orang pada umumnya adalah pemandangan atau suasana yang hijau, di mana terdapat banyak

1Banyak orang di daerah perkotaan menggunakan masker untuk menutup hidung dan mulut supaya dapat memperoleh udara yang bersih, ketika berada di luar rumah atau saat dalam perjalanan, untuk bernafas dengan baik.

(15)

pepohonan (persawahan, pegunungan hijau), suasana tenang, jauh dari kebisingan dan hiruk pikuk, tempat yang sejuk dan tempat yang memiliki sumber air yang segar dan bersih. Kita melihat bahwa setiap akhir pekan (weekend) atau setiap masa liburan orang-orang perkotaan mencari tempat yang segar dan sejuk, misalnya: Toraja dan Malino (Sulawesi Selatan), Bandungan dan Kaliurang (Jawa Tengah), Lembang dan Puncak (Jawa Barat), Tretes dan Malang (Jawa Timur).

Hal itu terjadi karena beberapa hal yakni: pertama, orang ingin melepaskan diri dari kepenatan aktivitas harian; kedua, orang tidak bisa melepaskan diri dari kerinduannya dan kebutuhannya akan alam yang bersih; ketiga, karena alam atau lingkungan hidup di kota saat ini telah rusak.

Keprihatinan atas rusaknya lingkungan hidup pertama kali dicetuskan antara lain oleh Rachel Louise Carson pada tahun 1962.2 Ia adalah seorang ahli biologi dan penulis sains. Ia menggugah perhatian publik dengan menyatakan bahwa penggunaan pestisida dan insektisida untuk memberantas hama pertanian mengakibatkan polusi lingkungan. Penggunaan bahan kimia tersebut sangat meluas dan intensif sehingga beberapa mahluk hidup yang lain pun ikut terbunuh seperti kupu-kupu, lebah, burung-burung, ikan-ikan, siput dan penghuni alam lainnya. Keprihatinan tersebut kemudian berkembang sampai pada tingkat internasional. Pada tahun 1972 diadakan konferensi internasional, yakni United Nations Conference on Human Environment (UNCHE) di Swedia, untuk membicarakan cara-cara menanggulangi polusi. Selanjutnya dibentuk lembaga

2A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, 3.

(16)

internasional yang secara khusus mengelola lingkungan hidup global, yakni United Nation Environment Program (UNEP).

Pada tahun 1982 diadakan pertemuan internasional di Kenya yang menyepakati pembentukan World Commission on Environment and Development (WCED). Pada tahun 1992 diadakan pertemuan internasional di Brasil, yakni United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) yang menghasilkan beberapa konvensi strategis yakni: United Nations Convention on Biodiversity, United Nations Convention on Climate Change, Inter-Governmental Panel on Climate Change (IPCC), United Nations Environment Program (UNEP) dan World Meteorological Organization (WMO). 3 Pertemuan-pertemuan internasional dan konvensi yang dihasilkan itu menunjukkan kepada kita bahwa ada masalah serius pada lingkungan hidup global, yang perlu ditanggapi dengan segera.

Masalah lingkungan hidup tidak dapat dilepaskan dari kegiatan manusia di bumi. Berbagai macam kegiatan telah dilakukan manusia untuk memenuhi kebutuhannya seperti eksploitasi sumber daya alam (SDA), pembangunan sarana dan prasarana penunjang hidup, perindustrian, perkebunan, pertanian dan lain sebagainya. Semakin bertambah populasi manusia, semakin bertambah pula kebutuhan hidup manusia. Hal itu mengakibatkan bahwa semakin besar pula eksploitasi alam, perindustrian, pertanian dan perkebunan. Sejalan dengan itu, sistem ekonomi liberal melegitimasi eksploitasi terhadap alam. Eskploitasi alam

3A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, 4-5.

(17)

tersebut mengakibatkan dampak negatif bagi alam yakni kerusakan hutan, pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah dan kekacauan iklim.

Pada abad ke-20 luas areal hutan di dunia mencapai 5 miliar ha. Akan tetapi laju kerusakan hutan dapat mencapai 7 juta ha per tahun. Di Indonesia, laju degradasi hutan atau kerusakan hutan adalah 2 sampai 3 juta ha per tahun.4Data dari World Resources Institute menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen dari seluruh deforestasi atau kerusakan hutan di dunia sekarang ini terjadi di negara Mato Grosso di Amazon dan di Indonesia.5Hal itu disebabkan karena pembukaan lahan-lahan baru bagi kelapa sawit.6 Untuk mempercepat proses pengeringan, pohon-pohon atau kayu-kayu yang telah ditebang dibakar. Akibatnya asap dan jelaga tebal menutupi sebagian wilayah Asia Tenggara setiap musim pembakaran.7 Degradasi hutan yang luar biasa ini memberikan dampak ganda pada krisis iklim yakni: pertama, sebagian besar karbon yang terkandung dalam pohon diemisikan ke udara; kedua, bumi kehilangan faktor pendukung untuk kehidupan.

Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya terjadi karena kerusakan hutan sebagaimana telah disinggung di atas, tetapi juga karena pola pertanian yang intensif, yang menggunakan berbagai macam zat kimia yang merusak lapisan tanah. Pada tahun 1984, seorang ilmuwan Inggris, Lester Brown, mencatat dalam bukunya State of The World (1984) bahwa kehilangan lapisan subur pada tanah

4Al Gore, Our Choice, A Plan to Solve the Climate Crisis, 33 East Minor Street, Rodale, 2009, 184.

5Al Gore, Our Choice, A Plan to Solve the Climate Crisis, 33 East Minor Street, Rodale, 2009, 185.

6Lebih dari 80 persen minyak kelapa sawit dunia datang dari Indonesia dan Malaysia.

7Al Gore, Our Choice, A Plan to Solve the Climate Crisis, 33 East Minor Street, Rodale, 2009, 187.

(18)

pertanian di seluruh dunia diperkirakan telah mencapai 22,7 milliar ton per tahun.

Di Indonesia, kondisi lahan di dua pulau besar yakni Sumatra dan Jawa berada dalam kondisi yang kritis.8Selain karena penggunaan zat kimia, kerusakan tanah juga disebabkan oleh industri pertambangan dan limbah anorganik serta organik dalam jumlah massal.

Kerusakan lingkungan hidup juga disebabkan oleh pencemaran udara dan pencemaran air. Pencemaran udara disebabkan oleh aktivitas industri, kebakaran hutan, pembakaran bahan bakar fosil oleh kendaraan bermotor dan sebagainya.

Gas-gas pencemar mengikat panas bumi dan menyebabkan suhu bumi naik.

Naiknya suhu bumi menyebabkan es di kutub meleleh dan mengakibatkan naiknya permukaan air laut.9 Udara dewasa ini, khususnya di kota-kota besar, sudah tercemar. Ada partikel yang masuk ke dalam saluran pernapasan kita saat proses respirasi. Selain itu, ada kabut fotokimia dan udara yang berbau karena karbon atau gas/partikel lainnya.

Pencemaran air juga merupakan krisis global yang tidak kalah pentingnya.

Pencemaran air disebabkan oleh limbah industri, baik rumah tangga maupun industri besar. Menurut data kementrian negara dan lingkungan hidup, pada tahun 2007 penggunaan ledeng dan air tanah sebagai sumber air minum untuk rumah tangga cenderung menurun 3,5 persen. Penurunan itu diikuti dengan peningkatan penggunaan air mineral dalam kemasan sebesar 4,7 persen. Itu berarti bahwa ada sekitar 4 persen rumah tangga yang beralih dari air ledeng dan air tanah ke air mineral kemasan. Pada tahun 2007, sekitar 13 ribu industri besar berpotensi

8A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, 35.

9Celia Deane-Drummond, Eco-Theology, Saint Mary’s Press, USA, 2008, 6.

(19)

mencemari air permukaan dan air tanah. Selain itu, ada sekitar 94 ribu industri kecil juga berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah.10

Pada tahun 2006 penggunaan pupuk anorganik dan pestisida meningkat lima kali lipat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan hal itu berakibat negatif pada lingkungan hidup.11Air yang telah tercemar itu berubah warna, berasa dan berbau oleh karena perubahan PH air yang disebabkan oleh zat-zat pencemar.

Pada tahun 2010 para kepala pemerintahan sedunia mengadakan pertemuan di Mexico untuk membahas perubahan iklim global. Pada tingkat nasional juga dilakukan berbagai upaya untuk menyelamatkan lingkungan hidup, misalnya penolakan terhadap pembangunan Pusat Listrik Tenaga Nuklir dan pembangunan pabrik Semen Gresik. UU nomor 32 tahun 2009 memberikan perlindungan bagi lingkungan hidup dan mengatur pengelolaan lingkungan hidup.

Di samping itu, masyarakat berusaha menghemat penggunaan bahan bakar, mengurangi penggunaan AC, mengolah sampah dengan sistem reduce, reuse, recycle dan replant, bergaya hidup hemat untuk mengurangi produksi sampah, melakukan penghijauan, mengurangi penggunaan pupuk kimia, mengolah limbah industri yang mengandung zat kimia dan lain sebagainya.

Dalam tesis ini, masalah lingkungan hidup ditelaah dari sudat pandang teologi. Dalam kitab Kejadian 1 dan 2 dikatakan bahwa bumi dan segala isinya baik adanya. Tidak ada yang menjadi atasan atas ciptaan lainnya. Walaupun menurut Kej 1:28 Allah memberikan perintah “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah bumi, berkuasalah atas ikan-ikan di laut

10Kementrian Negara dan Lingkungan Hidup (KNLH), Status Lingkungan Hidup Indonesia 2008, Jakarta,15 dalam A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, 42-43.

11A. Sony Keraf, Etika Lingkungan Hidup, Kompas, Jakarta, 2010, 43.

(20)

dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”, hal itu tidak berarti bahwa manusia adalah penguasa atas ciptaan lain dan boleh memperlakukan mereka seenaknya. Perintah tersebut merupakan perintah untuk mengambil bagian dalam pemeliharaan alam semesta ini. Berkuasa berarti mengambil bagian dalam karya penciptaan Allah.12

Lebih lanjut refleksi ekoteologis dalam Kitab Suci dapat kita lihat pada Kejadian 6-9, Ulangan 28, Imamat 25, Mazmur 8, Mazmur 33, Mazmur 136:

Mazmur 104, Kebijaksanaan 13, Yesaya 35, Yunus 2, Ayub 38-42, Yohanes 1, Ibrani 1, Kolose 1, Roma 8 dan Wahyu 21. Semua ulasan ekoteologis itu menunjukkan bahwa sejak awal mula bumi ini diciptakan oleh Allah dan terus menerus disertai oleh Allah. Allah selalu hadir dalam ciptaan-Nya sampai pada kesudahannya nanti yakni keselamatan semuan ciptaan.

1.2 Perumusan Masalah dan Hipotesa

Salah satu peristiwa yang kemudian memunculkan perdebatan ekoteologis adalah tulisan Lynn White yang berjudul The Historical Roots of Our Ecological crisis (1967). Ia mengkritik pandangan kristiani dengan menyatakan bahwa demitologisasi terhadap alam ciptaan muncul dalam tradisi Yahudi-Kristen dan hal itu menyebabkan terjadinya krisis lingkungan hidup di bumi ini. Lynn White sangat menyesalkan konsekuensi-konsekuensi ekologis dari etika Kristen yang menekankan wewenang manusia atas alam. Ia menyatakan bahwa sikap antroposentris dan agresif terhadap alam ini bersumber dari gagasan Kristen

12Mateus Mali, Ekologi dan Moral, Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi, Kanisius, Yogyakarta, 2008, 142.

(21)

mengenai kedaulatan manusia atas ciptaan yang lain (bdk. Kej 1:26-28).

Singkatnya kekristenan dituduh mewartakan hak kedaulatan mutlak pada manusia atas alam.

Karya tulis ini tidak bermaksud untuk membuktikan benar atau tidaknya gagasan Lynn White, tetapi untuk membahas masalah lingkungan hidup, untuk kemudian mengusulkan sikap yang bijaksana terhadap alam. Oleh karena itu, permasalahan yang diulas dalam karya tulis ini adalah: pertama, apa yang dimaksud dengan masalah lingkungan hidup? Kedua, bagaimana relasi antara manusia dengan Pencipta serta relasi antara manusia dengan ciptaan lainnya dan bagaimana peran orang Kristiani, sebagai citra Allah, dalam kebersamaan dengan ciptaan-ciptaan lain? Ketiga, bagaimana bentuk keterlibatan dan kepedulian orang kristiani dalam menanggapi masalah lingkungan hidup?

1.3 Tujuan Penulisan

Karya tulis ini dibuat dengan beberapa tujuan. Pertama, untuk menguraikan hal-hal yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup dan dampaknya bagi mahluk hidup; kedua, untuk menguraikan pentingnya menjaga lingkungan hidup dan melestarikan keanekaragaman hayati; ketiga, untuk merefleksikan ekoteologi Kitab Suci, pandangan ekoteolog, dan ajaran Gereja tentang lingkungan hidup; keempat, untuk menguraikan keterlibatan orang beriman kristiani (Gereja) dalam hal lingkungan hidup; kelima, untuk menyelesaikan studi pasca sarjana Teologi di Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(22)

1.4 Metode Penulisan

Menurut Koentjaranigrat, metode menyangkut masalah cara kerja yaitu cara kerja untuk memahami suatu objek penelitian.13Untuk memahami masalah lingkungan hidup dan kepedulian serta keterlibatan orang beriman Kristiani, penulis menggunakan metode studi kepustakaan, yang meliputi pembacaan dan analisa kritis atas literatur mengenai masalah lingkungan hidup dan ekoteologi serta kepedulian orang beriman kristiani (Gereja) berhadapan dengan masalah lingkungan hidup.

1.5 Manfaat Penulisan

Masalah lingkungan hidup dewasa ini merupakan masalah yang cukup serius, tetapi masih kurang mendapat perhatian dari masyarakat maupun Gereja.14 Oleh karena itu, perlu dibangun kesadaran umat dan masyarakat tentang pentingnya menjaga dan melestarikan lingkungan. Karya tulis ini diharap memberikan sumbangan untuk perkembangan kesadaran tentang lingkungan hidup. Secara lebih khusus karya tulis ini merefleksikan hubungan antara ciptaan dan Sang Penciptanya.

13Bdk. Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991, 9.

14Gereja belum secara khusus membicarakan tentang persolang lingkungan hidup. Ada beberapa dokumen yang menyinggung tentang lingkungan hidup, tetapi tidak secara khusus mengulasnya seperti: Pesan Paus Yohanes Paulus II dalam rangka Hari Perdamaian Sedunia (1 Januari 1990), Katekismus Gereja Katolik 299-301; 307; 339-341; 344; Ensiklik Populorum Progressio, 22,23- 24,69; Ensiklik Centesimus Annus, 37-38; Ensiklik Laborem Exercens 4; Ensiklik Mater et Magistra 196, 199; Octogesima Adveniens 21; Konstitusi dogmatis Lumen Gentium 36; Konstitusi pastoral Gaudium et Spes 34; Sinode para Uskup: Keadilan di Dunia, Bab 1 (2); Ensiklik

Evangelium Vitae 42; Imbauan Apostolik Vita Consecrata, 90; Imbauan Apostolik Ecclesia in America, 25; Imbauan Apostolik Ecclesia in Asia. 41; Imbauan Apostolik Ecclesia in Oceania, 31;

“Water, Fount of Life and a Gift for All.” Bolivian Episcopal Conference, Cochabamba, 12 Februari, 2003 (Spanish).

(23)

Karya tulis ini memberikan masukan kepada masyarakat luas dan Gereja tentang pentingnya menjaga dan merawat lingkungan hidup. Gereja diharap mengambil tindakan yang konkret, berdasarkan refleksi ekoteologis, sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan hidup.

Bagi masyarakat luas, karya tulis ini dapat menambah pemahaman tentang situasi lingkungan hidup dewasa ini. Memang data dan uraian dalam karya tulis ini tidak menyampaikan keseluruhan situasi bumi saat ini. Tetapi karya tulis ini toh memberikan gambaran umum tentang masalah lingkungan hidup dewasa ini.

1.6 Sistematika Penulisan

Paparan mengenai masalah lingkungan hidup dan kepedulian orang beriman kristiani berhadapan dengan masalah itu akan diuraikan dalam enam bab.

Bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:

Bab I menguraikan sejumlah hal yang mendasari seluruh karya tulis ini.

Pada bab II, penulis menguraikan masalah kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh berbagai fakor antara lain: pencemaran lingkungan dan berkurangnya kekayaan alam.

Pada bab III, penulis menguraikan eko-t eologi dalam Kitab Suci, berangkat dari kisah penciptaan pada kitab Kejadian 1 dan 2. Selain itu, penulis juga menguraikan pandangan Gereja dan beberapa teolog tentang lingkungan hidup dan keselamatan seluruh ciptaan.

Pada bab IV, penulis membahas moral lingkungan hidup, yang menilai sikap manusia dalam berelasi dengan alam.

(24)

Pada bab V, penulis membahas kepedulian dan keterlibatan Gereja berhadapan dengan fakta lingkungan hidup yang rusak.

Pada bab VI, yang merupakan penutup karya tulis ini, penulis memberikan semacam rangkuman singkat atas refleksi teologis terhadap masalah lingkungan hidup.

(25)

Bab II

Masalah Lingkungan Hidup

2.1 Pengantar

Pada bab II ini, penulis akan menguraikan secara singkat tentang masalah lingkungan hidup secara umum karena permasalahan lingkungan hidup secara global hampir sama. Jika terdapat masalah dengan lingkungan hidup, maka tentu ada penyebabnya entah karena faktor alam maupun faktor aktivitas mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu pada bab II ini juga akan dibahas secara singkat beberapa penyebab masalah lingkungan hidup dan dampaknya.

2.2 Pengertian Ekologi

Sebelum berbicara lebih lanjut tentang masalah lingkungan hidup, kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian ekologi. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani yakni oikos dan logos. Oikos berarti habitat atau lingkungan tempat tinggal dan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang khusus membahas atau mempelajari tentang lingkungan hidup (habitat). Namun dewasa ini pembicaraan mengenai ekologi seringkali berkaitan erat dengan kekhawatiran akan ancaman

(26)

kerusakan lingkungan hidup pada manusia. Kerusakan itu makin terasa dari waktu ke waktu seperti suhu bumi semakin panas, musim yang tidak menentu, krisis air bersih, krisis pangan, polusi dan sebagainya. Selain itu kerusakan lingkungan hidup juga berdampak pada berkurangnya (rusak atau bahkan punah) sumber daya alam (SDA)/daya dukung alam bagi kehidupan manusia di bumi ini.

2.3 Hubungan Manusia dengan Kosmos

Pada masa purba, manusia belum mengenal sistem hidup bertani atau berkebun apalagi industri dan teknologi. Pada masa itu, manusia hidup sebagai pemburu, pencari ikan dan pengumpul buah-buahan. Pada masa itu pula, hubungan manusia dicirikan oleh keseimbangan di mana manusia, sebagai anggota sistem lingkungan hidup, masih mempunyai hubungan yang serasi (harmoni) dengan alam karena manusia menggantungkan diri atau hidupnya pada alam. Manusia tidak akan mengambil kekayaan alam sesukanya jika itu tidak diperlukan. Dengan kata lain, manusia hanya akan mengambil sesuai dengan yang ia butuhkan.

Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi dua perubahan kultural yang menimbulkan ketidakseimbangan antara alam dan manusia.1Pertama, Revolusi neolitikum, yakni masa di mana manusia mengubah lingkungan alam tanpa membahayakan proses fungsi alam. Masa neolitikum ditandai dengan kemampuan manusia bertani dan beternak. Revolusi neolitikum berupa perubahan cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak lagi mencari

1A. Moroni, Fondamenti scienti per un’etica dell’ambiente, NDTM, 439-442, yang dikutip dalam William Chang, Moral Lingkungan Hidup, Kanisius, Yogyakarta, 2001, 16-23.

(27)

tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanannya, tetapi mulai menanamnya.

Demikian pula manusia tidak lagi berburu, tetapi mulai memelihara hewan-hewan yang dapat menunjang hidupnya. Masa ini juga ditandai dengan pola hidup manusia yang nomaden, yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Lama kelamaan muncullah kebiasaan manusia hidup menetap dengan membuat tempat tinggal atau rumah dan perlengkapan rumah lainnya untuk menunjang hidup yang lebih baik. Dalam masa ini pula mulai muncul perkotaan, di mana manusia hidup dalam kawanan dalam jumlah yang cukup banyak dan mulai dikenal masyarakat sipil dan peradaban manusia2. Sumber energi yang baru mulai dipakai. Perak dan tembaga serta emas dan jenis logam lainnya mulai dipakai manusia dalam hidup sehari-hari sebagai alat tukar menukar barang maupun sebagai perkakas dan perhiasan.

Kedua, revolusi industri (abad XVII). Masa ini ditandai dengan munculnya metode ilmiah, pengetahuan-pengetahuan baru dan penyebarluasan teknologi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong kegiatan industri yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Industrialisasi mendatangkan kemudahan dan memperbaiki banyak aspek kehidupan manusia seperti pengobatan, kesehatan, peningkatan kerja kaum tani, informasi, transportasi dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Pada masa ini muncul pandangan dualisme yang membedakan antara manusia dan alam. Manusia dipandang sebagai subjek aktif sedangkan alam dipandang sebagai unsur yang pasif. Kekayaan alam dipakai untuk memenuhi segala macam

2Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju dan indah seperti kesenian, ilmu pengetahuan, norma-norma, kepandaian, kemampuan organisasi, kebudayaan yang

mempunyai sistem teknologi dan bahasa.

(28)

kebutuhan bahkan keinginan manusia. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dipandang sebagai kuasa atas alam, lingkungan bahkan terhadap segala jenis mahluk ciptaan. Lama kelamaan manusia mulai melepaskan diri dari kuasa alam atas dirinya dan mulai menaklukkan atau menguasai alam. Pandangan demikian (antroposentris) memutlakkan manusia yang ditandai dengan tindakan manusia yang kadang-kadang tidak mengenal batas, utilitarian, tidak kenal kewajiban dan kurang menghargai nilai hidup atas semua mahluk ciptaan di bumi.

Pengetahuan dan teknologi tidak menjadi sarana untuk mengolah alam dengan bijaksana, melainkan sarana untuk menguasai dan mengeksploitasi kekayaan alam serta alat pemuas keinginan.

2.4 Populasi Manusia

Ketika kita memperhatikan dengan seksama lingkungan hidup sekitar kita, maka kita akan menyadari bahwa terjadi perubahan yang cukup besar. Suasana dahulu yang sepi berubah menjadi suasana yang ramai dengan berbagai aktifitas manusia. Lingkungan yang hijau di mana terdapat banyak pohon-pohon, sawah maupun kebun berubah menjadi tempat pemukiman dan lantai-lantai tembok di sekitarnya. Jalan-jalan yang dahulu sempit dan sepi, kini menjadi lebih lebar dan sangat ramai (hiruk pikuk), bahkan jalan-jalan yang baik kini telah sampai di pelosok-pelosok. Dahulu kendaraan hanya sedikit, namun kini semakin banyak dengan berbagai macam jenis, merk dan modelnya. Selain itu, udara pun relatif lebih sejuk pada waktu dulu dibandingkan masa kini. Kini udara sejuk hanya

(29)

dapat kita rasakan di pegunungan-pegunungan yang masih mempunyai hutan yang lebat.

Perubahan atau perkembangan itu terjadi karena populasi manusia semakin bertambah. Jumlah manusia di bumi ini telah berkembang dengan sangat pesat di mana jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 6,4 milliar jiwa. Jumlah tersebut adalah jumlah dua kali lipat jumlah penduduk dunia pada tahun 1960an.3 Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk dunia adalah kurang lebih 6.868.638.152. 4 Pertambahan jumlah tersebut berbanding lurus dengan pertambahan kebutuhan hidup manusia. Populasi manusia yang berkembang sangat pesat jelas memerlukan bahan makanan yang banyak. Selain itu, pertambahan tersebut juga mendorong peluang dan tersedianya lahan produksi pangan, pemukiman, kesehatan, pendidikan, transportasi, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Pertambahan jumlah penduduk tersebut juga mendorong manusia untuk mengembangkan bidang-bidang tertentu yang dapat menunjang hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya seperti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan populasi manusia yang sangat pesat menjadi masalah jika tidak berbanding lurus dengan tersedianya berbagai hal yang menunjang hidup manusia seperti makanan, tempat tinggal (sarana dan prasarana) dan kesehatan. Di beberapa negara seperti Cina dan Indonesia pemerintah mencanangkan program

3Celia E. Deane-Drummond, Eco-Theology, Saint Mary’s Press, USA, 2008, 2.

4http://www.scribd.com/doc/51769964/Jumlah-Penduduk-Dunia, diunduh tanggal 14 Maret 2012.

Jumlah penduduk dunia ini di-update pada tanggal 13 September 2010 oleh International Data Base (IDB) Biro Sensus Amerika Serikat. Lima besar negara dengan jumlah penduduk terbesar adalah: Cina (1.330.141.295), India (1.173.108.108), Amerika Serikat (310.232.863), Indonesia (242.968.342) dan Brazil (201.103.330).

(30)

untuk mengontrol kelahiran . Di Indonesia pemerintah membatasi angka kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB). Jika pembatasan pertambahan populasi manusia dilakukan dengan baik, maka pertambahan populasi manusia dapat dikendalikan dan dengan demikian, masalah yang mengikuti pertambahan populasi manusia seperti faktor penyediaan pangan, tempat tinggal, kesehatan, lapangan pekerjaan penidikan dan lain sebagainya dapat diatasi. Dengan kata lain, pengendalian pertambahan jumlah penduduk merupakan hal yang penting untuk segera diatasi terutama untuk suatu daerah yang memiliki penduduk yang sangat besar. Selain itu, penyebaran penduduk juga perlu mendapat perhatian agar terjadi pemerataan penduduk.

Pertambahan jumlah penduduk yang terus bertambah akan sangat berpengaruh pada penggunaan sumber daya alam (SDA) dan pembukaan lahan- lahan baru untuk pertanian, peternakan, pekebunan dan pemukiman. Jumlah penduduk yang sangat banyak akan membutuhkan SDA5dan lahan pemukiman yang banyak pula. Segala macam kebutuhan manusia akan diambil dari alam yang kemudian diolah dan diproduksi menjadi barang jadi yang siap pakai.

Pengambilan atau pengelolaan SDA yang tidak arif dan bijaksana juga akan menimbulkan pengaruh pada lingkungan hidup. Eksploitasi SDA dalam rangka

5Sumber daya alam (SDA) atau komponen alam meliputi segala kekayaan alam yang terdapat di alam atau yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Kekayaan alam yang ada di alam dapat dibedakan berdasarkan potensi pemanfaatannya dan berdasarkan kemampuan pemulihan diri. (1) Berdasarkan potensi pemanfaatan: (a) SDA yang berpotensi sebagai penghasil energi seperti minyak, batubara, gas bumi, air, angin, sinar matahari. (b) SDA yang berpotensi sebagai penghasil bahan baku seperti mineral lahan tanah dan lahan perairan. (c) SDA yang brpotensi sebagai pemenuh kebutuhan hidup seperti udara bersih, air, sumber bahan pangan, sumber bahan papan.

(2) Berdasarkan kemampuan pemulihan diri: (a) SDA yang tidak dapat pulih lagi atau tidak dapat diperbarui (nonrenewable resources) seperti minyak, batubara, gas bumi, mineral. (b) SDA yang dapat pulih kembali atau dapat diperbarui (renewable resources) seperti kayu (hutan, air, udara).

Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakarta, 2010, 40.

(31)

menghasilkan produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk jangka panjang perlu mendapat perhatian, karena bertambahnya eksploitasi SDA dalam jumlah besar akan mengurangi cadangan SDA. Selain itu penambahan lahan- lahan pemukiman dan sarana prasarana yang tidak terkontrol akan mengakibatkan berkurangnya lahan-lahan hijau dan lahan peresapan serta ketidakseimbangan alam. Di samping itu pembabatan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan yang monokultur juga akan sangat mempengaruhi keseimbangan alam.

2.5 Perkembangan Industri

Dalam upaya peningkatan kualitas hidup, manusia berusaha dengan segala daya mengolah atau memanfaatkan kekayaan alam. Kemampuan akal dan pikiran manusia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menemukan cara pencapaian kualitas atau kesejahteraan hidup. Melalui akal dan pikiran, manusia menciptakan sarana-sarana industri yang dapat menghasilkan produk yang melimpah dalam waktu yang singkat dengan jumlah yang maksimal.

Perkembangan di bidang industri dimanfaatkan untuk mendapatkan produksi yang baik dan maksimal (kuantitas) demi pencapaian kualitas hidup yang baik. Industri-industri mengolah kekayaan alam menjadi barang jadi untuk kepentingan manusia. Kegiatan tersebut dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia dan semakin kompleksnya kebutuhan serta keinginan manusia. Namun pada kenyataannya, keinginan dan kebutuhan manusia tidak pernah tercukupi. Manusia selalu ingin lebih dan jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka ia akan mencari yang lain lagi.

(32)

Industri diperlukan manusia. Berbagai macam kebutuhan hidup manusia diperoleh dengan mudah berkat ada dan berkembangnya industri. Di samping itu, industri juga menghasilkan produk-produk (barang) yang semakin mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya; misalnya makanan siap saji (makanan instant: kemasan maupun kalengan), perlengkapan rumah tangga (kompor, oven, alat masak, kulkas, blender dan sebagainya), perlengkapan kantor atau kerja (komputer, printer, mesin fotocopy, generator set, air conditioner dan lain-lain), perlengkapan pertanian (mesin pembajak, mesin untuk memanen, mesin untuk menanam, mesin untuk menyemprot pestisida dan pupuk dan lain sebagainya) dan lain-lain.

2.6 Perkembangan Teknologi

Perkembangan teknologi terjadi karena ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, faktor utama perkembangan teknologi adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jika terjadi perkembangan teknologi, maka dengan sendirinya ilmu pengetahuan juga berkembang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memberikan dampak yang begitu besar bagi hidup kita. Berbagai macam kebutuhan dapat kita penuhi dengan mudah dan cepat serta bermutu baik karena kemajuan teknologi. Kita dapat hidup dengan baik karena dapat menguasai teknologi (dan dengan sendirinya juga menguasai ilmu pengetahuan) dengan baik.

Kita dapat memperhatikan atau bahkan merasakannya sendiri dalam hidup sehari-hari berbagai kemudahan yang dapat kita peroleh dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mudah kita berpindah dari suatu tempat ke tempat lain

(33)

karena kemajuan di bidang transportasi (pesawat, kereta, bus, kapal). Di bidang komunikasi, dengan mudah kita dapat berkomunikasi satu sama lain di tempat lain dan mudah memperoleh informasi/mengakses berita. Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan kita melihat dan mengetahui banyak hal melalui internet. Di samping itu, kita juga mempunyai banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan pokok kita dengan berbagai macam tawaran yang menarik dan berkualitas serta mutakhir.

Dengan menguasai teknologi, kita dapat memanfaatkan dan mengelola SDA yang ada untuk kehidupan yang lebih layak. Penguasaan teknologi menyebabkan kualitas kehidupan kita semakin bertambah walaupun SDA yang dimiliki mungkin kurang memadai. Walaupun demikian, pemanfaatan dan pengelolaan SDA juga memiliki arti bahwa manusia harus menjaga kelestariannya agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang sehingga kehidupan yang baik di bumi ini dapat dipelihara.6

2.7 Masalah Lingkungan Hidup

Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia mulai terasa sejak revolusi melanda Eropa pada pertengahan abad ke-19 yang kemudian menyebar ke Amerika. Dalam revolusi industri, manusia berlomba-lomba untuk menciptakan mesin-mesin baru yang dapat menghasilkan suatu barang produksi tertentu yang diharapkan dapat dinikmati sesegera mungkin dan memberikan keuntungan. Hal tersebut juga berdampak pada perkembangan dalam bidang

6Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakakrta, 2010, 36.

(34)

pertanian dan perkebunan. Lahan-lahan baru untuk pertanian dan perkebunan dikembangkan dan didukung dengan mesin-mesin untuk mengolahnya sehingga hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan.

Di samping itu, SDA tidak luput dari “sasaran perlombaan” untuk kegiatan industri dalam rangka meningkatkan kesejahteran hidup manusia. Pertambangan- pertambangan baru dibuka untuk mendapatkan kekayaan alam dan “perlombaan”

itu semakin cepat dengan pesatnya pertambahan populasi manusia dan tawaran teknologi mutakhir. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai macam teknologi dipakai untuk mengeksploitasi kekayaan alam sebanyak mungkin dan secepatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, misalnya penggunaan mesin-mesin mutakhir dalam dunia pertambangan dan industri serta pertanian. Walaupun kekayaan alam sangat banyak, namun karena pengambilannya jauh lebih cepat dari waktu yang diperlukan untuk terbentuk kembali, maka sangat memungkinkan bahwa dalam jangka waktu tertentu kekayaan alam tersebut akan habis.7

Secara nasional maupun global, pembangunan dilakukan dengan kaidah- kaidah ekonomi yang perhatian utamanya terletak pada fungsi produktif SDA yang juga menjadi tujuan dari pembangunan ekonomi. Fungsi produktiflah yang dijadikan sebagai ukuran pertumbuhan. Dengan kata lain ukurannya adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia (permintaan pasar). Pembangunan diartikan sebagai kemampuan menghasilkan modal buatan yang berasal dari alam,

7Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta, 2004, 2.

(35)

sementera perhitungan atas modal alam (cadangan kekayaan alam) dilupakan. Hal tersebut mengandaikan bahwa seolah-olah air akan selalu ada, udara akan selalu bersih tanah akan selalu subur atau dengan kata lain SDA akan selalu ada dan tidak akan berkurang apalagi habis. Dalam hal ini pula, manusia kurang memperhatikan bagaimana kondisi modal alam pada suatu ketika nanti. Perhatian terhadap SDA dalam bentuk air, tanah, udara, tumbuh-tumbuhan dan segala kekayaan alam seharusnya berada dalam domain ekologis. Tetapi hubungan timbal balik antara manusia dan SDA tidak diperhatikan, karena manusia lebih menitikberatkan pada kepentingan pemenuhan keinginannya dan kebutuhannya.

Oleh karena itu, manusia menganggap bahwa SDA itu merupakan sesuatu yang gratis yang dapat dieksploitasi secara bebas. Dengan demikian, muncullah anggapan bahwa manusia bisa berbuat apa saja untuk menghasilkan barang- barang produksi dan lingkungan hidup akan memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi suatu kerusakan padanya.

Di sini terjadi kekeliruan dalam memandang SDA dan produksi.

Pandangan tersebut kiranya keliru karena produksi tidak hanya menghasilkan apa yang diinginkan tetapi juga memberikan dampak yang tidak diinginkan (limbah industri). Lingkungan hidup dan SDA sesungguhnya tidak hanya berfungsi produktif. Fungsi produktif SDA hanya sebagian dari seluruh fungsi yang ada.

Paling tidak ada empat fungsi SDA yang selama ini kurang mendapat perhatian.8 Pertama, fungsi pengatur (ecological regulatory function), secara ekologis lingkungan berfungsi untuk mengatur kondisi atau keadaan bumi. Kedua, fungsi

8R. E. Suryaatmadja, Iman Ekonomi dan Ekologi, Kanisius, Yogyakarta, 1996, 38-42.

(36)

untuk memelihara (ecological maintaining function), secara eskologis SDA berfungsi untuk memelihara keasrian dan keseimbangan alam dan kehidupan di bumi. Ketiga, fungsi memurnikan lingkungan atau keadaan (ecological recovery function); misalnya asap rokok yang baru saja dibuang akan hilang karena

“disebarkan” oleh lingkungan dan diserap oleh tanaman dan tanah. Tetapi yang menjadi masalah adalah fungsi pemurni mempunyai batas kemampuan. Keempat, fungsi informasi; alam dapat memberikan informasi kepada manusia melalui tanda-tanda alam untuk memprediksi suatu peristiwa melalui tanda-tanda alam (seperti: cuaca yang sangat ekstrim, naiknya suhu bumi, melelehnya es di kutub, munculnya beberapa penyakit baru dan sebagainya) sehingga manusia dapat mempersiapkan diri atau mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat timbul.

Pada kenyataannya, teknologi dan industri yang sangat pesat dewasa ini membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang negatif. Dampak positif yang ditimbulkan bukanlah permasalahan bagi manusia, justru sangat diharapkan dalam rangka membantu manusia meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun dampak negatif yang ditimbulkan merupakan hal yang sangat tidak diharapkan karena menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup dan perlu mendapat perhatian yang serius.

Yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan hidup adalah manusia.

Pada mulanya Allah menciptakan dunia ini dengan sungguh amat baik (Kejadian 1). Tidak ada persoalan menyangkut lingkungan hidup seperti erosi, efek rumah kaca, pencemaran lingkungan hidup, suhu bumi yang semakin panas, punahnya

(37)

beberapa mahluk hidup dan sebagainya. Apa yang pada mulanya sungguh amat baik berubah menjadi suatu masalah. Hal tersebut disebabkan oleh karena perilaku dan aktivitas manusia yang menjadi superior atas ciptaan lainnya.

Dengan kata lain manusia menganggap dirinya sebagai pusat ciptaan dan ciptaan- ciptaan yang lain merupakan sarana pemuas kebutuhannya. Perintah Allah untuk bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya serta berkuasa atas segala mahluk hidup lainnya/ciptaan lain (Kej. 1,28) ditafsirkan secara harfiah sehingga terjadi pengeksploitasian alam hanya untuk kepentingan manusia semata-mata.9

2.7.1 Kerusakan Lingkungan Hidup

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari keadaan lingkungan alam sekitarnya. Dengan kata lain, keadaan lingkungan alam akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Paling tidak ada 4 komponen yang saling berpengaruh di bumi ini. Komponen-komponen tersebut adalah: komponen manusia, komponen alam (lingkungan) komponen ilmu pengetahuan (=teknologi) dan komponen organisasi. Masing-masing komponen akan saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

Penduduk merupakan komponen pertama yang mempunyai jumlah yang semakin banyak sehingga semakin banyak pula kekayaan alam yang harus diambil untuk mencukupi kehidupannya. Pengelolaan kekayaan alam tersebut

9Jr, Lynn White, The Historical Roots of Our Ecological Crisis, dalam De & E. Spring (ed.), Ecology and Religion in History, New York 1974, 24, yang dikutip dalam Surip Stanislaus, Peduli Ekologi, dalam Kajian Lingkungan Hidup, Komisi PSE/APP KAJ bekerja sama dengan Komisi PSE KWI, Jakarta, 2010, 46.

(38)

sangat dipengaruhi (ditunjang) oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan semakin mudah; misalnya kehidupan di perkotaan yang banyak mengunakan teknologi mutakhir yang mempermudah (cepat dan praktis) masyarakat perkotaan memenuhi kebutuhannya. Selain itu, pengelolaan SDA dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung dengan baik jika didukung sistem organisasi yang baik. Dalam hal ini organisasi atau lembaga mempunyai wewenang dan otoritas dalam memberdayakan kekayaan alam (misalnya pemerintah atau lembaga-lembaga dunia: UNCHE, UNEP, WCED, UNCED, UNCCC, IPCC, UNEP, WMO dan lain sebagainya).

Organisasi-organisasi tersebut mengatur dan memberikan regulasi dalam pengelolaan SDA agar SDA tidak dieksploitasi secara membabi buta tanpa memperhatikan akibatnya, melainkan dikelola secara bijkaksana agar dampak positifnya sugguh dirasakan semua orang.

Kerusakan lingkungan (alam) akan memberikan dampak negatif bagi manusia karena dari alamlah manusia memperoleh bahan baku untuk keperluan hidupnya. Oleh karena alam sangat menentukan kelangsungan hidup manusia, maka alam harus dijaga agar tidak rusak apalagi punah. Bila terjadi kerusakan alam, yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang, maka tidak mungkin untuk mengadakan pemulihan dalam waktu yang sangat singkat sedangkan kebutuhan manusia mendesak untuk dipenuhi. Selain itu, jika organisasi yang ada tidak berkerja dengan baik, maka eksplotasi besar-besaran akan terjadi yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang semakin parah.

(39)

Secara umum ada dua hal yang menyebabkan lingkungan hidup rusak yakni faktor internal dan faktor. Kerusakan karena faktor internal merupakan kerusakan yang berasal dari dalam bumi atau alam sendiri. Kerusakan lingkungan (alam) yang disebabkan oleh faktor internal ini sulit atau bahkan tidak dapat dicegah karena merupakan proses alamiah bumi yang mencari keseimbangan dirinya.10Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh faktor internal ini antara lain: letusan gunung berapi yang merusak lingkungan dan alam sekiratanya11; gempa bumi yang menyebabkan dislokasi; kebakaran hutan karena proses alami pada musim kemarau panjang (disebabkan oleh embun yang berfungsi sebagai lensa pengumpul api, pada titik fokusnya, pada saat terkena cahaya matahari tepat pada saat embun belum menguap); banjir besar dan gelombang laut yang tinggi akibat gelombang badai. Kerusakan lingkungan akibat faktor internal pada umumnya diterima sebagai musibah bencana alam. Kerusakan ini terjadi dalam waktu yang relatif singkat namun akibat yang ditimbulkan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

Kerusakan karena faktor adalah kerusakan yang ditimbulkan sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan manusia dalam rangka meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dengan kata lain kerusakan disebabkan oleh manusia.

Oleh karena itu, menjadi kewajiban manusia untuk membatasi dan mengatasi atau bahkan menghindari kerusakan yang disebabkan oleh faktor tersebut. Kerusakan karena faktor pada umumnya disebabkan oleh kegiatan industri (pengerukan

10Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta, 2004, 16.

11Misalnya peritiwa meletusnya gunung Merapi di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tanggal 26 November 2010 yang menyebabkan dampak koreusakan alam dan korban jiwa.

Dampak dari peristiwa tersebut masih terasa sampai saat ini khususnya bagi masyarakat yang berada di daerah aliran lahar dingin Merapi (Mangelang, Jawa Tengah).

(40)

alam) dan limbah buangan industri serta pemakaian bahan bakar fosil. Kerusakan lingkungan (alam) karena faktor dapat berupa: pencemaran udara yang disebabkan oleh kegiatan industri yang membuang gas karbon ke udara dalam jumlah yang besar dan pembuangan gas dari hasil pembakaran bahan bakar fosil oleh kendaraan-kendaraan bermotor; pencemaran air oleh limbah buangan industri; pencemaran tanah oleh kegiatan industri dan penumpukan limbah padat atau barang bekas serta penggunaan zat-zat kimia untuk tanaman dalam jangka waktu yang lama; penambangan kekayaan alam (mineral); penebangan pohon- pohon (hutan) untuk kepentingan industri/perkebunan, pembukaan lahan baru untuk pemukiman, pertanian dan perkebunan monokultur serta peternakan.12

Kekuatiran manusia akan adanya kerusakan lingkungan hidup yang dapat mengurangi kualitas dan kenyamanan hidup semakin terasa pada pertengahan abad ke-20. Hal tersebut ditandai antara lain dengan maraknya didiskusikan mengenai polusi, ekologi, erosi, efek rumah kaca, pemanasan global, lubang pada lapisan ozon, kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan hidup. Dampak rusaknya lingkungan hidup menyebabkan ketidaknyamanan hidup manusia. Oleh karena itu, berbagai usaha dilakukan bahkan pada tingkat internasional karena masalah kerusakan lingkungan hidup bukanlah masalah lokal saja tetapi masalah global walupun pengrusakan (kerusakan) lingkungan bersifat lokal.13

12Kegiatan peternakan yang berskala industri seperti limbah peternakan harus diperlakukan sebagai limbah dan tidak dapat digunakan untuk pupuk karena terlalu asam. Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 226.

13Menanggapi masalah lingkungan hidup yang timbul dari pemenuhan kebutuhan pangan, pemukiman, lapangan kerja, kesehatan, pendidikan dan lain sebgainya sebagai efek dari laju pertambahan penduduk yang sangat pesat menarik perhatian dunia untuk segera ditangani. Untuk itu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melangsungkan pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang membahas tentang keadaan bumi “Summit Conference on Human Environmental, Our Common Future” dengan tema Our Commen Future yang diadakan di

(41)

2.7.2 Kerusakan Hutan

Hutan biasa juga disebut sebagai paru-paru dunia karena hutan yang hijau, tidak rusak dan subur akan sangat membantu dalam menjaga kebersihan udara, di mana hutan dapat mengontrol keberadaan CO2 di udara.14Hutan berperan penting dalam gerakan karbon melalui ekosistem15yang menyerap karbon dari udara dan kemudian menyimpannya di dalam pohon dan tanah. Melalui proses alamiah fotosintsesis, CO2 yang ada di udara diserap atau diambil oleh tumbuhan melalui pori-pori pada daun yang kemudian disalurkan ke dalam pohon atau tanaman.

Karbon yang telah diserap atau diikat akan tetap utuh sampai tanaman atau tanah tempat tanaman itu dirombak, seperti pada waktu pohon dibakar atau saat tanah diolah. Proses yang digunakan hutan menghirup CO2dan kemudian mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis (selain sari-sari makanan untuk tumbuhan itu

Stockholm, ibu kota Swedia pada tangal 15 Juni 1972. Pada KTT ini banyak laporan tentang lingkungan yang mengagetkan banyak pihak sehingga lingkungan hidup harus mendapat perhatian semua negara. KTT ini menyepakati konsep pembangunan berkelanjutan atau stainable

development yang harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Menindaklanjuti KTT Stockholm maka diadakan pertemuan KTT di Brasil yang menghasilkan protokol Rio De Jeneiro pada tanggal 3-14 Juni 1992. Pertemuan tersebut membahas perubahan iklim global dan PBB membentuk komisi untuk perubahan iklim yakni United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Pertemuan tersebut menyepakati untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan cuaca. Kemudian diadakan juga pertemuan KTT PBB di Kyoto Jepang pada Desember 1997 yang merupakan kelanjutan dari program UNFCCC sejak protokol Rio De Jeneiro. Protokol Kyoto membahas tentang pemanasan global secara garis besar.

Protokol Kyoto merupakan persetujuan internasional yang mewajibkan negara-negara industri mengurangi gas rumah kaca (GRK). Tujuan kesepakatan protokol Kyoto adalah mengurangi rata- rata emisi 6 gas rumah kaca yakni karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O) sulphur hexaflouride (SF6), hidra fluoro carbon (HFC) dan perfluoro carbon (PFC) yang dihitung rata-rata selama 5 tahun dari tahun 2008-2012. Adapun target pengurangan gas rumah kaca adalah 8% untuk Eropa, 7% untuk Amerika Serikat dan 6% untuk Jepang. Selain penambahan yang diizinan adalah 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia. Sepuluh tahun setelah protokol Kyoto diadakan KTT di Nusa Dua, Bali pada tahun 2007. Pertemuan tersebut membahas pemanasan global sebagai bahaya serius yang mengancam manusia serta mengevaluasi hasil kesepakatan protokol Kyoto. Dalam KTT perubahan iklim di Nusa Dua Bali, telah disepakati adanya The Bali Road Map yang berisi gagasan masa depan dalam rangka mengatasi masalah iklim. Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakarta, 2010, 7-14.

14Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 197.

15Ekosistem adalah keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam alam.

(42)

sendiri), terjadi pada tingkat mikroskopis. Dengan adanya proses tersebut, hutan sering disebut sebagai paru-paru dunia. Fotosintesis terjadi di dalam klorofil.

Kloroplas memuat susunan yang disebut grana, yang dikelilingi oleh cairan aguacous yang disebut stroma. Grana itu merupakan rumah bagi fotolisis, suatu proses yang memecah air menjadi hidrogen dan oksigen. Oksigennya dilepas oleh tanaman, sementara hidrogennya bergerak untuk proses kedua yang dikenal sebagai siklus calvin, yang menggunakan energi yang dihasilkan oleh fotolisis untuk menggabungkan atom-atom hidrogen dengan CO2 untuk menghasilkan gula. Gula tersebut membentuk bahan bangunan dari sel-sel tumbuhan yang lebih kompleks di mana karbon disimpan untuk jangka waktu yang panjang.16

Hutan yang lebat dapat mengontrol curah hujan, dibandingkan kalau tidak ada hutan/pepohonan. Hutan memberi bakteri pada awan yang melayang naik dari pepohonan dan berfungsi sebagai nucleator bagi pembentukan kristal-kristal es yang menandai langkah pertama dalam pembentukan hujan dalam awan.17Uap air yang berada dalam udara bergabung bersama-sama membentuk kristal-kristal hanya pada suhu yang jauh di bawah titik beku. Namun karena adanya bakteri dari pepohonan, maka proses kristalisasi dapat terjadi pada suhu yang kurang beku.

Hal tersebut dapat terjadi karena bakteri tersebut mengandung sejenis perancah di dalam struktur proteinnya yang memungkinkan air menguap dalam udara untuk bergabung dan saling mengikat di sekitar bakteri untuk menghasilkan hujan.

Hutan juga dapat mengatur siklus hidrologis dengan menyerap hujan lebat,

16Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 197.

17Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 202.

(43)

meningkatkan rembesan air ke dalam tanah yang ditahan dengan kokoh oleh akar- akar pohon dan mengurangi hilangnya air di permukaan.18Dalam hal ini hutan berfungsi untuk mengatur ketersediaan air sepanjang tahun (sama halnya dengan es dan salju di gunung/kutub).19

Pada kenyataannya hutan sangat penting dalam menjaga ekosistem di bumi ini dan sangat menunjang kelangsungan hidup di bumi ini. Tetapi fakta yang ada adalah ternyata sebagian besar hutan di dunia, khususnya di Indonesia telah rusak. Lebih dari 1 are hutan dibersihkan di bumi ini setiap detiknya.20Itu berarti 100.000 are atau 38.000 hektar setiap hari, lebih dari 34 juta are atau 13,7 juta hektar setiap tahun.21Jika hal ini terus berlanjut, maka kerusakan hutan dunia akan semakin parah. Kerusakan hutan tersebut tidak lepas dari aktivitas manusia.

Eksploitasi terhadap kekayaan hutan untuk kepentingan manusia di satu sisi memberikan dampak positif bagi manusia yakni manusia dapat mengolah kekayaan alam menjadi barang yang dapat menunjang kesejahteraan hidupnya.

18Salah satu contoh yang menunjukkan bahwa hutan sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam atau ekosistem adalah peristiwa tanah longsor yang terjadi di Desa Todakalua’ dan Desa Bakadisura’ Kabupaten Mamasa pada 9 Mei 2010 pukul 00.00 wita. Peristiwa tersebut terjadi karena curah hujan yang melebihi batas normal dan terlebih karena telah terjadi penggundulan hutan di sekitar tempat kejadian longsor. Hal yang sama juga terjadi di Desa Paredean Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2010 dan banjir bandang akibat meluapnya sungai Rongkong, karena kurangnya pepohonan yang menahan air hujan di sekitar aliran sungai, pada 28Juni 2010.

Peristiwa tersebut terjadi karena terjadi penggundulan hutan. Akibat dari beberapa peristiwa tersebut adalah putusnya jalan antarkabupaten, korban harta benda dan korban jiwa. Lih. Camar, Caritas Makassar, “Gereja dan Pemberdayaan Masyarakat”, Tanggap Darurat Longsor Mamasa,- Sulawesi Barat, Penanganan Banjir Bandang Rantetiku-Luwu Timur Sulawesi Selatan, Edisi 03/Thaun I, November 2010, 8-9.

19Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 202.

20Pembabatan hutan ini masih diimbangi oleh penanaman pohon baru dan program-program penanaman pohon, sehingga kehilangan hutan setiap tahunnya dapat berkurang dari 18 juta are atau 7,3 juta hektar. Namun laju pembabatan hutan dan laju pertumbuhan pohon yang baru ditanam tidak seimbang. Pohon besar yang dibabat akan lenyap dalam hitungan beberapa waktu saja, sedangkan pertumbuhan pohon yang baru ditanam memakan waktu berpuluh-puluh tahun. Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 184.

21Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 184.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan analisa hasil dari system, hal yang dilakukan adalah meyebarkan kuesioner kepada calon mawapres,tim juri seleksi mawapres, sekretariat WR III serta

Untuk melakukan analisa hasil dari system, hal yang dilakukan adalah meyebarkan kuesioner kepada calon mawapres,tim juri seleksi mawapres, sekretariat WR III serta

Berdasarkan uraian diatas dapat memberikan suatu gambaran bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan dan peranan manusia

(26) lingkungan semakin rusak. Setiap manusia pasti mempunyai beban hidup atau dosa yang membuat manusia lumpuh semangatnya, lumpuh jiwanya dan lumpuh hidup. Secara harafiah

Berdasarkan hasil penelitian bahwa Pendaftaran Peralihan dari Pemisahan Hak Guna Bangunan Induk ke Hak Guna Bangunan Perseorangan dalam Jual Beli Perumahan di Kabupaten Sleman

Mengenai fasilitas pada umumnya sudah memenuhi persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan pelayanan public khususnya pelayanan jasa penumpang angkutan laut,

Seperti yang telah dijelaskan di atas, maka terdapat kesamaan konteks sosial antara umat Kristen di Indonesia dengan komunitas penerima surat 1 Petrus ini yaitu baik umat

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui dan memahami karakteristik santri lansia dalam meningkatkan hafalan Al-Qur’an di Majelis Ummahat Ishlahunnisa’ Ngebel Yogyakarta; 2)