• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

2.10 Dampak Pencemaran Lingkungan

2.10.5 Rusaknya Sumber Daya Alam

2.10.5.4 Kekacauan Iklim Global

Istilah kekacuan iklim dipakai untuk menggambarkan fenomena lingkungan hidup yang mengalami masalah yang cukup serius di mana cuaca atau iklim menjadi tidak menentu yang ditandai dengan gejala berupa hujan badai, kekeringan parah, putaran (iregularitas) musim yang tidak menentu baik di belahan bumi yang mengenal empat musim maupun di belahan bumi yang hanya

74A. Sony Keraf, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 53-64.

mengenal dua musim, badai topan, suhu yang meningkat tinggi dan suhu dingin yang parah. Istilah perubahan iklim lebih bersifat netral dan kurang menggugah orang untuk mengambil suatu sikap dan tindakan yang bijaksana dan serius berhadapan dengan perubahan yang ada. Perubahan iklim terutama dipahami sebagai perubahan unsur-unsur iklim dalam jangka waktu yang cukup panjang akibat dari aktivitas manusia dan pembakaran bahan bakar fosil yang mengakibatkan perubahan komposisi atmosfer.75 Kekacauan iklim terjadi karena meningkatnya suhu bumi yang terjadi sebagai akibat dari efek gas rumah kaca.

Sinar matahari yang masuk ke bumi sebagian diserap oleh permukaan bumi dan hal ini sangat baik untuk seluruh proses kehidupan di bumi. Sebagian sinar matahari dipantulkan kembali dari bumi ke atmosfer. Namun karena gas rumah kaca yang semakin menebal di amosfer, maka pantulan sinar matahari (panas matahari) dari bumi tertahan oleh gas rumah kaca yang kemudian panas tersebut mengalami proses akumulasi yang lama yang mengakibatkan suhu bumi semakin naik. Akibatnya suhu bumi semakin lama semakin meningkat yang menyebabkan kekacauan iklim. Hal ini hampir sama dengan panas matahari yang terperangkap dalam kabin mobil yang kacanya tertutup. Makin lama panas dalam mobil tersebut naik karena panas matahari yang terperangkap akibat tertahan oleh kaca mobil.

Meningkatnya polusi emisi gas rumah kaca juga semakin diperparah oleh penggundulan hutan untuk kepentingan industri ataupun pembukaan lahan baru untuk tanaman industri atau perkebunan atau peternakan. Hutan sangat penting

75Celia Deane-Drummond, Eco-Theology, Saint Mary’s Press, 2008, 4.

dalam menjaga ekosistem karena hutan menyerap emisi gas karbon yang melayang di atmosfer. Akibat dari degradasi hutan, penyerapan karbon semakin berkurang yang pada gilirannya memperburuk tingkat emisi gas rumah kaca di atmosfer. Atmosfer yang bertambah panas dan lembab meningkatkan kemungkinan terjadinya gelombang panas, hujan dan cuaca ekstrim lainnya.76

Beberapa contoh atau kejadian yang menunjukkan bahwa kekacauan atau perubahan iklim terjadi akibat pemanasan global dapat kita alami dan kita lihat dari tahun ketahun. (1) Kenyataan menunjukkan bahwa ada beberapa negara dengan pola empat musim kini sudah tidak lagi rutin terjadi secara normal.

Demikian pula yang terjadi di negara dengan pola dua musim. Di Indonesia pergantian musim tidak lagi reguler. Panjang musim kemarau/kering dan musim hujan tidak lagi teratur. Kadang-kadang musim panas atau kemarau lebih lama (tahun 2007), namun juga kadang-kadang terjadi sebaliknya di mana musim hujan lebih lama (tahun 2009). Akibatnya pada musim panas yang panjang, terjadi kekeringan dan sebaliknya pada musim hujan dengan curah hujan melampaui tingkat normal mengakibatkan banjir dan tanah longsor.77

Kekacauan iklim juga menyebabkan aktivitas pertanian terganggu karena musim tanam tidak bisa akurat ditentukan. Atau bahkan jika tanaman telah ditanam akan mengalami kegagalan tumbuh karena musim kemarau dan yang

76National Geographic, Mengapa Cuaca Menggila, September 2012, 57.

77Banjir dapat menyebabkan kegagalan panen. Hujan yang turun dengan curah hujan yang melebihi batas normal dapat menyebabkan genangan air atau banjir pada lahan-lahan pertanaian dan perkebunan. Akibatnya para petani mengalami gagal panen karena sawah/padi mereka terendam air. Hal tersebut pernah terjadi di Desa Sendang Mulyasari, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara pada tahun 2004 dan 2009 di mana para petani mengalami gagal panen (kerugian) karena sawah mereka terendam air. Selain itu, mereka juga tidak dapat mengeringkan hasil panen (bagi mereka yang masih bisa panen di tengah banjir) karena panas matahari tertutup awan gelap (hujan).

paling sering dialami adalah gagal panen. Akibat kekeringan yang panjang adalah terjadi kelangkaan air baik untuk keperluan rumah tangga maupun untuk aktivitas pertenian.

Kekeringan dengan suhu panas yang ekstrem dapat juga menyebabkan terjadinya kebakaran lahan atau hutan di daerah tropis.78Sebaliknya pada musim dingin terjadi suhu yang ekstrem bahkan disertai badai salju yang dapat melumpuhkan aktivitas manusia (seperti yang terjadi di Eropa pada bulan Februari 2012).

(2) Selain kekacauan cuaca yang sangat ekstrem, terjadi pula badai tropis yang terjadi di berbagai belahan dunia, seperti badai Katrina, Hannah, Mitch, Andrew, Alicia, Harvey, maria, Emily, Dennis, Jose, Rita, Irene, Cindy dan lain sebagainya yang sangat merugikan bagi kehidupan di bumi ini bahkan menelan korban jiwa. Cuaca yang ekstrim akibat dari kekacauan cuaca pada akhirnya mengakibatkan apa yang telah lama dikhawatirkan oleh berbagai negara dan lembaga kemanusiaan internasional yakni krisis pangan dan kelaparan yang terjadi di berbagai belahan dunia. Kebutuhan pangan dan domestik terganggu yang pada gilirannya mengakibatkan berbagai masalah sosial lainnya.

(3) Mencairnya es di belahan kutub juga merupakan masalah yang serius.

Naiknya suhu bumi mengakibatkan es di kutub mencair dan mengapungnya

78Jika terjadi kebakaran, maka akan terjadi pencemaran udara. Dengan kata lain, konsentrasi karbon di udara akan meningkat yang menjadi faktor utama kenaikan suhu bumi. Di samping itu, jumlah karbon atau gas rumah kaca dalam jumlah besar yang ada di atmosfer akan semakin memperburuk kekacauan atau perubahan iklim. Selain itu, pencemaran tersebut juga akan berdampak langsung pada hidup manusia, di mana manusia tidak dapat lagi memperoleh udara segar untuk proses respirasi karena O2yang terhirup ke dalam paru-paru telah terkontaminasi dengan CO yang pada akhirnya merugikan kesehatan manusia dan mengacaukan kehidupan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan dan binatang.

gunung es.79Bersamaan dengan mencairnya es di kutub, maka permukaan air laut naik sehingga banyak pulau kecil tenggelam dan banyak kota besar dan berbagai daerah terendam air laut akibat naiknya permukaan air laut. Itu berarti bahwa akan terjadi migrasi atau evakuasi bagi penduduk yang daerahnya terendam air laut yang pada gilirannya mengakibatkan masalah sosial yang tidak mudah.

(4) Yang perlu juga diwaspadai adalah menyebarnya berbagai penyakit menular baru (bermutasi) yang terjadi karena anomali cuaca yakni kelembaban dan kekeringan yang tidak normal. Ada penyakit baru seperti flu burung, flu babi, penyakit kutu dan mulut, SARS dan berbagai penyakit baru lainnya yang mengancam kehidupan di bumi ini.

(5) Banyak spesies tanaman dan binatang juga terancam punah sebagai akibat dari pemanasan global dan kekacauan iklim global. Acaman kepunahan ini merupakan dampak lebih lanjut kekacauan global dengan tingkat kelembapan dan kekeringan yang tidak normal atau ekstrim yang menyebabkan terganggunya ekosistem dan habitat berbagai tanaman dan binatang.

79Pada akhir tahun 2007, dunia dikejutkan oleh mencairnya es di daerah Antartika di akhir musim panas dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ahli memperkirakan bahwa hilangnya bongkahan es hampir dua kali lipat daratan Inggris. Es yang mencair meleleh dengan kecepatan 2 meter per jam sepanjang 5 kilometer dan dengan kedalaman 1.500 meter. Al Gore, An Inconvenient Truth, Rodale, New York, 2007, 84.

Bab III

Refleksi Teologis atas Lingkungan Hidup

3.1 Pengantar

Pada bab sebelumnya, penulis memaparkan tentang masalah lingkungan hidup, yakni kerusakan lingkungan hidup karena rusaknya hutan, rusaknya lapisan ozon dan pemanasan global, dampak pertambahan penduduk, dampak perkembangan industri dan teknologi dan pencemaran lingkungan serta dampaknya. Masalah tersebut menunjukkan bahwa situasi bumi saat ini tidak seperti dulu lagi dan sudah jauh dari keadaan semula, di mana Allah menciptakan bumi ini baik adanya (bdk. Kej 1:31a).1

Pada bab III ini penulis memaparkan refleksi biblis teologis atas lingkungan hidup. Tujuannya adalah agar kita memahami peran dan posisi manusia sebagai ciptaan Allah dalam kebersamaan dengan ciptaan lainnya.

1Penciptaan bumi dan segala isinya secara berturut-turut dan teratur dikisahkan dalam Kejadian 1-4a. Dalam Kejadian 4b-25 dikisahkan kisah penciptaan yang tidak berurut. Hanya dikisahkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi, menciptakan manusia, membentuk taman dan menumbuhkan berbagai pohon, menciptakan sungai, menciptakan dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara serta menciptakan seorang penolong bagi Adam yakni Hawa (perempuan).

3.2 Eko-teologi dalam Kitab Suci.

Kita dapat menemukan teks-teks yang berkaitan dengan lingkungan hidup dalam Kitab Suci, baik Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB).

Dalam Perjanjian Lama kita menemukannya pada beberapa teks seperti: Kejadian 1-4, 6-9; Imamat 25; Ulangan 28; Mazmur 8, 33, 136: 4-9, 104:1-28; Yesaya 35;

Yunus 2; dan Ayub 38-42. Dalam Perjanjian Baru kita juga dapat menemukan beberapa teks seperti: Yohanes 1; Ibrani 1; Kolose 1; Roma 8 dan Wahyu 21.

Tentu masih ada teks lain yang menyinggung lingkungan hidup. Namun pada karya tulis ini, penulis membatasi diri pada beberapa teks di atas karena yang ingin ditekankan adalah relasi manusia dengan Sang pencipta dan relasi manusia dengan ciptaan lainnya.

3.2.1 Hubungan Manusia dengan Pencipta

Mungkin masih banyak orang Kristiani yang bertanya-tanya atau mempertanyakan asal usul manusia dan asal usul bumi. Pertanyaan mengenai asal-usul manusia menyangkut tentang siapa pencipta manusia, mahluk ciptaan lainnya dan bumi. Dalam Kejadian 1 dan 2 dikisahkan bagaimana Allah menciptakan dunia, binatang, tumbuhan dan manusia. Kisah penciptaan ini tidak pertama-tama memberikan sebuah laporan historis-faktual atas penciptaan bumi seperti sebuah laporan sejarah yang tertulis. Yang ingin disampaikan adalah pengakuan iman bahwa Allah adalah pencipta bumi dan segala yang ada di dalamnya. Kisah penciptaan lebih menekankan iman akan Allah sebagai pencipta dan penyelenggara segala sesuatu.

Gambaran mengenai Allah pencipta baru muncul kira-kira pada abad 10 sM ketika tradisi Yahwis (J)2mulai membuat suatu batasan tentang kosmologi yang memperlihatkan totalitas dunia di mana Yahwe dilihat sebagai pencipta, penguasa dan penderma. Pemahaman sebagai Allah pencipta bukanlah pemahaman yang paling awal atas relasi Israel dengan Allah. Pemahaman tentang Allah pencipta baru muncul setelah pemahaman tentang Allah penebus, yang membebaskan Israel dari Mesir dan Allah penderma, yang menghantar Israel ke tanah perjanjian. Peristiwa pembebasan dari Mesir, perjanjian Sinai dan masuk tanah perjanjian merupakan tiga peristiwa besar bangsa Israel yang dilukiskan dalam kitab Hosea sebagai pinangan, janji tentang keselamatan dan Israel ditolak dan dipulihkan (Hos 1-3). Antara pembebasan Israel dari Mesir dan pemberian tanah perjanjian, Allah menawarkan suatu perjanjian di Sinai bahwa Allah akan

2Tradisi J adalah tradisi yang berasal dari abad 10-9 sM. Nama ini diambil dari penggunaan nama YHWH bahkan sebelum pewahyuan nama tersebut seperti yang dikisahkan dalam Kel 3:14.

Tradisi J diperkirakan berasal dari Palestina Selatan (suku-suksu Selatan khususnya suku Juda) karena tradisi J lebih banyak menceritakan orang atau tempat-tempat di sebelah selatan Palestina.

Pada tradisi J Allah digambarkan anthropomorfisme atau Allah digambarkan sebagai seorang manusia yang bertindak atau bekerja. Selain tradisi J terdapat juga tradisi P (Prister). Tradisi P disusun di kota Yerusalem yang muncul pada masa pembuangan Israel (587-538 sM) dan baru mulai beredar setelah Israel kembali dari pembuangan. Tradisi ini sangat menekankan keteraturan dengan gaya bahasa yang abstrak dan kaku. Tradisi P muncul dari kalangan para imam yang fokus perhatiannya pada sejarah khususnya pada aturan dan hukum peribadatan.Terdapat pula tradisi-tradisi lain yakni tradisi-tradisi Yahwista (J), tradisi-tradisi Elohista (E) dan tradisi-tradisi Deuteronomis (D). Tradisi E diperkirakan dituilis pada abad 7 sM. Dalam tradisi ini penggambaran anthropomorfisme pada Allah sangat sedikit. Hubungan antara Allah dan manusia digambarkan lewat mimpi atau malaikat.

Dalam tradisi ini, Tuhan kerap kali disebut sebagai Elohim (Allah), khususnya pada cerita-cerita sebelum Musa, nama Yahwe tidak dipakai. Tradisi E berasal dari suku-suku di Utara khususnya suku Efraim. Diperkirakan bahwa sesudah kehancuran kerajaan Utara (721) tradisi J dan tradisi E diperkirakan bercampur karena banyak penduduk dari Utaran yang melarikan diri dan mengungsi ke wilayah Juda. Tradisi D muncul pada abad 7 sM. Tradisi D mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum Musa. Oleh karena itu, muncul saduran baru dari ajaran Musa yang disebut sebgai Hukum kedua atau deuteronomium. Saduran ini sebagian besar dapat kita temukan dalam kitab Ulangan. Ciri tradisi D adalah usaha ke arah persatuan nasional dan pemusatan ibadat dengan tujuan untuk menghidupkan kembali semangat religius bangsa Israel. Selain itu, ciri yang lain adalah menitikberatkan pengabdian pada Yahwe yang bersifat batiniah dan cinta. Lihat dalam Stefan Leks, Kejadian, Nusa Indah, Ende, Flores, 1977, 20. MAWI, Kitab-Kitab Taurat Musa I, Nusa Indah, Ende Flores, 1967, VIII-IX.V. Indra Sanjaya, Pentateukh (bahan mata kuliah/diktat Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma), Yogyakarta, 2011, 8.

menjadi Allah Israel dan Israel akan menjadi umat kesayangan Yahwe (bdk. Ul 30:15-20).

4 Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu di atas sayap rajawali dan membawa kamu kepada-Ku. 5 Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. 6 Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kaukatakan kepada orang Israel (Kel 19:4-6).

Dalam perkembangan selanjutnya, di mana bangsa Israel dalam hidup mereka sehari-hari berelasi (berasimilasi) dengan penduduk Kanaan dan bangsa-bangsa di sekitarnya, bangsa-bangsa Israel kemudian mulai merefleksikan dan merumuskan dengan jelas mengenai penciptaan yang kemudian menghasilkan gagasan mengenai Allah pencipta. Selain itu, atas dasar refleksi tiga pengalaman besar bangsa Israel yakni pembebasan dari Mesir, perjanjian Sinai dan penerimaan tanah terjanji, Allah kemudian diimani sebagai Allah pencipta, penyelenggara dan Allah yang mempunyai kasih setia pada ciptaan-Nya.3 Penciptaan digambarkan oleh Israel dengan bermacam-macam cara seperti yang dikisahkan dalam Kejadian.

Kitab Suci mengimani bahwa Allah adalah pencipta bumi dan segala isinya. Ia menciptakan bumi dari yang tidak ada menjadi ada/creatio ex nihilo (bdk. 2 Mak 7:28). Dalam Kejadian 1:1 – 2:4a dikisahkan bagaimana Allah menciptakan bumi dan segala isinya melalui sabda-Nya secara berurutan; hari pertama Ia menciptakan terang dan gelap, hari kedua Ia menciptakan cakrawala, hari ketiga Ia menciptakan tumbuh-tumbuhan, hari keempat Ia menciptakan

3Wim van der Weiden, Mazmur dalam Ibadat Harian: Pedoman Praktis untuk Menghayati Mamur dalam Ibadat Harian, Kanisius, Yogyakarta, 1991, 34-35.

benda-benda penerang angkasa, hari kelima Ia menciptakan binatang, dan hari keenam Ia menciptakan manusia. Sedikit berbeda, Kejadian 2:4b-25 menggambarkan bagaimana Allah menciptakan langit dan bumi secara tidak berurutan dan Allah digambarkan seperti manusia yang melakukan karya penciptaan (anthropomorfisme). Namun tekanan kedua kisah penciptaan tersebut sama yakni iman akan Allah pencipta, yang menciptakan bumi dan segala sesuatu.

Hal tersebut juga ditegaskan oleh pemazmur yang memuji keagungan dan kemuliaan Allah pencipta (bdk. Mzm 8,33,104,136).

Allah tidak hanya menciptakan manusia, tetapi Ia juga menyelenggarakan hidup manusia (Kej 1:22,28).Walaupun manusia jatuh dalam dosa (lih. Kej 3-4), Allah tetap setia dan mencintai manusia serta tetap memberkati mereka (lih. Kej 6-9). Allah tidak menghendaki manusia dan ciptaan lainnya musnah. Allah berjanji bahwa tidak akan ada lagi pemusnahan ciptaan seperti yang Ia lakukan dalam kisah air bah (Kej 6). Allah tidak hanya berjanji, tetapi juga menuntut suatu sikap setia manusia melalui sebuah perjanjian yang dilaksanakan antara Allah dan manusia (Kej 9:9-17). Kesetiaan manusia pada Allah mendatangkan berkat dan sebaliknya ketidaksetiaan manusia mendatangkan kutuk, yang berdampak bagi seluruh ciptaan.

Dalam bagian ini ditekankan kekuasaan Allah dalam penciptaan dan penyelenggaraan-Nya atas semua ciptaan-Nya. Allah menentukan aturan, keseimbangan dan stabilitas dalam kosmos.4 Selain itu, juga dikemukakan pemeliharaan Allah kepada yang lemah dan kecil (bdk. Ayb 38:4 – 39:33). Di

4Wim van der Weiden, Seni Hidup Sastra Kebijaksanaan Perjanjian Lama, Kanisius, Yogyakarta, 1995, 103.

hadapan Allah, Pencipta, manusia tidak berdaya. Segala yang Allah ciptakan luar biasa dan menimbulkan kekaguman. Manusia sangat kecil di hadapan Allah (bdk.

Ayb 42:2-3).

3.2.2 Hubungan Manusia dengan Ciptaan Lain

Manusia dan ciptaan lainnya adalah ciptaan yang sama-sama diciptakan oleh Allah. Tidak ada yang mengatasi atau menjadi superior atas ciptaan lainnya.

Baik manusia maupun ciptaan lainnya sama-sama mempunyai martabat dan bernilai sama, sebagai ciptaan, di hadapan Allah. Oleh karena itu, manusia tidak mempunyai hak untuk menguasai ciptaan lainnya (bdk. Im 25), apalagi memperlakukan mereka seenaknya. Ciptaan lain mempunyai hak untuk

“mengatur dan mengelolah” hidupnya sendiri. Selain itu, keberadaan dan kelangsungan hidup manusia di bumi ini sangat ditentukan oleh keberadaan ciptaan lainnya. Manusia membutuhkan udara, sinar matahari, air dan berbagai macam tumbuh-tumbuhan untuk hidup. Manusia tidak dapat hidup tanpa mahluk ciptaan lainnya. Hidup manusia sangat tergantung pada alam; misalnya manusia menanam padi dan umbi-umbian untuk memenuhi kebutuhan pangannya.

Demikian juga dengan hewan dan tumbuh-tumbuhan membutuhkan ciptaan lain (kecuali manusia) untuk bertahan hidup dan melanjutkan kehidupannya.

Dalam kisah penciptaan, dosa manusia mendatangkan hukuman baik bagi manusia maupun binatang (lih. Kej 3). Akibat dosa Adam dan Hawa, terjadi

“permusuhan” antara Allah dan ciptaan-Nya. Terjadi perpecahan antara Allah dan manusia serta antara Allah dan binatang. Dosa manusia yang semakin meluas

(bdk. Kej 3:5,11,16; 4:11-12) menimbulkan murka Allah, sehingga Ia membinasakan ciptaan-Nya kecuali mereka yang telah ditentukan-Nya untuk selamat melalui bahtera Nuh (Kej 6:9). Dosa manusia yang nampak dalam sikap dan tindakan yang tamak, serakah dan superior terhadap ciptaan lain (kekayaan alam) mengakibatkan “penderitaan” (bdk. Ul 28) bagi ciptaan lain. Dosa itu juga yang mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup berdampak negatif baik bagi manusia, maupun bagi mahluk hidup lainnya.

Lingkungan hidup, yang merupakan tempat habitat sekaligus sumber kehidupan mereka, yang rusak berakibat buruk bagi kenyamanan dan kelangsungan hidup mereka. Di samping itu, kerusakan lingkungan hidup juga mengakibatkan beberapa spesies menjadi langka bahkan punah. Oleh karena itu, relasi antara manusia dan ciptaan lainnya perlu dibangun dengan baik dan bijaksana sebab mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain.

3.3 Manusia Bagian dari Persekutuan Ciptaan

Istilah yang dipakai dalam teologi Kristen mengenai lingkungan hidup adalah ciptaan. Semua unsur yang ada dalam lingkungan hidup merupakan ciptaan Allah baik mahluk hidup (manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan) maupun benda mati termasuk cahaya dan udara. Karena semua unsur lingkungan hidup merupakan ciptaan Allah maka di hadapan Allah semua ciptaan itu adalah sama, yakni sama-sama sebagai ciptaan Allah yang fana. Tidak ada yang superior.

Manusia tidak dapat dengan seenaknya menggunakan atau mengeksploitasi apa saja untuk kepentingannya sebab mahluk-mahluk non-human bernilai bagi dirinya

sendiri dan tidak hanya bernilai karena berguna bagi manusia. Dengan kata lain, mahluk-mahluk non-human bernilai intrinsik.5

Penciptaan adalah bagian dari karya keselamatan Allah. Maka tindakan Allah yang mencipta berhubungan dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan dunia. Refleksi teologis mengenai lingkungan hidup dalam kaitannya dengan penciptaan dapat kita tempatkan dalam dua afirmasi dasar, yakni: pertama, alam semesta terkait dengan Allah; kedua, alam semesta terkait dengan peristiwa Yesus Kristus6. Titik tolak refleksi adalah penciptaan dan penebusan. Teologi penciptaan dimulai dengan iman akan Allah yang memulai karya-Nya melalui penciptaan.

Sedangkan teologi penebusan dimulai dengan iman akan Allah yang melaksanakan karya keselamatan lewat dan dalam Yesus Kristus. Kedua hal ini berbeda titik tolaknya tetapi tidak dapat dipisahkan.

Manusia sebagai bagian dari ciptaan diberi suatu keistimewaan. Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26). Hal ini berbeda dari ciptaan yang lain. Ciptaan yang lain tidak diciptakan sesuai dengan gambar Allah.

Allah memberkati manusia dan memberikan perintah kepadanya untuk beranakcucu dan bertambah banyak serta memenuhi bumi dan menaklukkannya dan berkuasa atas segala mahluk hidup (Kej 1:28). Allah juga memberkati binatang diberi perintah untuk berkembangbiak dan bertambah banyak serta memenuhi tempat habitat mereka. Tetapi manusia juga diberi perintah untuk menguasai ciptaan yang lain.

5Neil Darragh, “Adjusting to the Newcomer: Theology and Ecotheoloy”, Pacifica, 2000, 168-169.

6Yohanes Kristoforus Tara, Ekologi dalam Kristen dan Islam: sebuah usaha perjumpaan transformatif menuju dialog ekologis, Pustaka Nusatama, Yogyakarta, 2008, 27.

Telah disinggung sebelumnya bahwa Allah hadir dalam ciptaan untuk menyertai dan membimbing ciptaan-Nya dan melaksanakan karya-Nya (Yun 2;

Ayb 38). Manusia diharapkan menampakkan Allah dalam kebersamaan dengan ciptaan yang lain. Relasinya dengan ciptaan lain hendaknya menampakkan kehadiran Allah yang melindungi, memelihara dan mendayagunakannya, bukan sebaliknya, merusak dan menghancurkan. Manusia bukanlah superior bagi ciptaan-ciptaan lain.

Dalam Kejadian 1,1-2,4a digambarkan bagaimana Allah menciptakan alam semesta atau bumi ini dengan segala isinya, termasuk manusia secara bertahap dan teratur. Pada hari pertama Ia menciptakan terang dan gelap (Kej 1,3-5). Pada hari kedua Ia menciptakan cakrawala (Kej 1,6-8). Pada hari ketiga Ia

Dalam Kejadian 1,1-2,4a digambarkan bagaimana Allah menciptakan alam semesta atau bumi ini dengan segala isinya, termasuk manusia secara bertahap dan teratur. Pada hari pertama Ia menciptakan terang dan gelap (Kej 1,3-5). Pada hari kedua Ia menciptakan cakrawala (Kej 1,6-8). Pada hari ketiga Ia