BAB I PENDAHULUAN
1.6 Sistematika Penulisan
Paparan mengenai masalah lingkungan hidup dan kepedulian orang beriman kristiani berhadapan dengan masalah itu akan diuraikan dalam enam bab.
Bab-bab tersebut adalah sebagai berikut:
Bab I menguraikan sejumlah hal yang mendasari seluruh karya tulis ini.
Pada bab II, penulis menguraikan masalah kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh berbagai fakor antara lain: pencemaran lingkungan dan berkurangnya kekayaan alam.
Pada bab III, penulis menguraikan eko-t eologi dalam Kitab Suci, berangkat dari kisah penciptaan pada kitab Kejadian 1 dan 2. Selain itu, penulis juga menguraikan pandangan Gereja dan beberapa teolog tentang lingkungan hidup dan keselamatan seluruh ciptaan.
Pada bab IV, penulis membahas moral lingkungan hidup, yang menilai sikap manusia dalam berelasi dengan alam.
Pada bab V, penulis membahas kepedulian dan keterlibatan Gereja berhadapan dengan fakta lingkungan hidup yang rusak.
Pada bab VI, yang merupakan penutup karya tulis ini, penulis memberikan semacam rangkuman singkat atas refleksi teologis terhadap masalah lingkungan hidup.
Bab II
Masalah Lingkungan Hidup
2.1 Pengantar
Pada bab II ini, penulis akan menguraikan secara singkat tentang masalah lingkungan hidup secara umum karena permasalahan lingkungan hidup secara global hampir sama. Jika terdapat masalah dengan lingkungan hidup, maka tentu ada penyebabnya entah karena faktor alam maupun faktor aktivitas mahluk hidup yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu pada bab II ini juga akan dibahas secara singkat beberapa penyebab masalah lingkungan hidup dan dampaknya.
2.2 Pengertian Ekologi
Sebelum berbicara lebih lanjut tentang masalah lingkungan hidup, kita perlu memahami terlebih dahulu pengertian ekologi. Kata ekologi berasal dari bahasa Yunani yakni oikos dan logos. Oikos berarti habitat atau lingkungan tempat tinggal dan logos berarti ilmu atau pengetahuan. Jadi ekologi dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang khusus membahas atau mempelajari tentang lingkungan hidup (habitat). Namun dewasa ini pembicaraan mengenai ekologi seringkali berkaitan erat dengan kekhawatiran akan ancaman
kerusakan lingkungan hidup pada manusia. Kerusakan itu makin terasa dari waktu ke waktu seperti suhu bumi semakin panas, musim yang tidak menentu, krisis air bersih, krisis pangan, polusi dan sebagainya. Selain itu kerusakan lingkungan hidup juga berdampak pada berkurangnya (rusak atau bahkan punah) sumber daya alam (SDA)/daya dukung alam bagi kehidupan manusia di bumi ini.
2.3 Hubungan Manusia dengan Kosmos
Pada masa purba, manusia belum mengenal sistem hidup bertani atau berkebun apalagi industri dan teknologi. Pada masa itu, manusia hidup sebagai pemburu, pencari ikan dan pengumpul buah-buahan. Pada masa itu pula, hubungan manusia dicirikan oleh keseimbangan di mana manusia, sebagai anggota sistem lingkungan hidup, masih mempunyai hubungan yang serasi (harmoni) dengan alam karena manusia menggantungkan diri atau hidupnya pada alam. Manusia tidak akan mengambil kekayaan alam sesukanya jika itu tidak diperlukan. Dengan kata lain, manusia hanya akan mengambil sesuai dengan yang ia butuhkan.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi dua perubahan kultural yang menimbulkan ketidakseimbangan antara alam dan manusia.1Pertama, Revolusi neolitikum, yakni masa di mana manusia mengubah lingkungan alam tanpa membahayakan proses fungsi alam. Masa neolitikum ditandai dengan kemampuan manusia bertani dan beternak. Revolusi neolitikum berupa perubahan cara manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia tidak lagi mencari
1A. Moroni, Fondamenti scienti per un’etica dell’ambiente, NDTM, 439-442, yang dikutip dalam William Chang, Moral Lingkungan Hidup, Kanisius, Yogyakarta, 2001, 16-23.
tumbuh-tumbuhan yang menjadi makanannya, tetapi mulai menanamnya.
Demikian pula manusia tidak lagi berburu, tetapi mulai memelihara hewan-hewan yang dapat menunjang hidupnya. Masa ini juga ditandai dengan pola hidup manusia yang nomaden, yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Lama kelamaan muncullah kebiasaan manusia hidup menetap dengan membuat tempat tinggal atau rumah dan perlengkapan rumah lainnya untuk menunjang hidup yang lebih baik. Dalam masa ini pula mulai muncul perkotaan, di mana manusia hidup dalam kawanan dalam jumlah yang cukup banyak dan mulai dikenal masyarakat sipil dan peradaban manusia2. Sumber energi yang baru mulai dipakai. Perak dan tembaga serta emas dan jenis logam lainnya mulai dipakai manusia dalam hidup sehari-hari sebagai alat tukar menukar barang maupun sebagai perkakas dan perhiasan.
Kedua, revolusi industri (abad XVII). Masa ini ditandai dengan munculnya metode ilmiah, pengetahuan-pengetahuan baru dan penyebarluasan teknologi. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong kegiatan industri yang membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Industrialisasi mendatangkan kemudahan dan memperbaiki banyak aspek kehidupan manusia seperti pengobatan, kesehatan, peningkatan kerja kaum tani, informasi, transportasi dan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Pada masa ini muncul pandangan dualisme yang membedakan antara manusia dan alam. Manusia dipandang sebagai subjek aktif sedangkan alam dipandang sebagai unsur yang pasif. Kekayaan alam dipakai untuk memenuhi segala macam
2Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju dan indah seperti kesenian, ilmu pengetahuan, norma-norma, kepandaian, kemampuan organisasi, kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi dan bahasa.
kebutuhan bahkan keinginan manusia. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dipandang sebagai kuasa atas alam, lingkungan bahkan terhadap segala jenis mahluk ciptaan. Lama kelamaan manusia mulai melepaskan diri dari kuasa alam atas dirinya dan mulai menaklukkan atau menguasai alam. Pandangan demikian (antroposentris) memutlakkan manusia yang ditandai dengan tindakan manusia yang kadang-kadang tidak mengenal batas, utilitarian, tidak kenal kewajiban dan kurang menghargai nilai hidup atas semua mahluk ciptaan di bumi.
Pengetahuan dan teknologi tidak menjadi sarana untuk mengolah alam dengan bijaksana, melainkan sarana untuk menguasai dan mengeksploitasi kekayaan alam serta alat pemuas keinginan.
2.4 Populasi Manusia
Ketika kita memperhatikan dengan seksama lingkungan hidup sekitar kita, maka kita akan menyadari bahwa terjadi perubahan yang cukup besar. Suasana dahulu yang sepi berubah menjadi suasana yang ramai dengan berbagai aktifitas manusia. Lingkungan yang hijau di mana terdapat banyak pohon-pohon, sawah maupun kebun berubah menjadi tempat pemukiman dan lantai-lantai tembok di sekitarnya. Jalan-jalan yang dahulu sempit dan sepi, kini menjadi lebih lebar dan sangat ramai (hiruk pikuk), bahkan jalan-jalan yang baik kini telah sampai di pelosok-pelosok. Dahulu kendaraan hanya sedikit, namun kini semakin banyak dengan berbagai macam jenis, merk dan modelnya. Selain itu, udara pun relatif lebih sejuk pada waktu dulu dibandingkan masa kini. Kini udara sejuk hanya
dapat kita rasakan di pegunungan-pegunungan yang masih mempunyai hutan yang lebat.
Perubahan atau perkembangan itu terjadi karena populasi manusia semakin bertambah. Jumlah manusia di bumi ini telah berkembang dengan sangat pesat di mana jumlah penduduk pada tahun 2005 adalah 6,4 milliar jiwa. Jumlah tersebut adalah jumlah dua kali lipat jumlah penduduk dunia pada tahun 1960an.3 Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk dunia adalah kurang lebih 6.868.638.152. 4 Pertambahan jumlah tersebut berbanding lurus dengan pertambahan kebutuhan hidup manusia. Populasi manusia yang berkembang sangat pesat jelas memerlukan bahan makanan yang banyak. Selain itu, pertambahan tersebut juga mendorong peluang dan tersedianya lahan produksi pangan, pemukiman, kesehatan, pendidikan, transportasi, lapangan pekerjaan dan sebagainya. Pertambahan jumlah penduduk tersebut juga mendorong manusia untuk mengembangkan bidang-bidang tertentu yang dapat menunjang hidup manusia dalam memenuhi kebutuhannya seperti bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perkembangan populasi manusia yang sangat pesat menjadi masalah jika tidak berbanding lurus dengan tersedianya berbagai hal yang menunjang hidup manusia seperti makanan, tempat tinggal (sarana dan prasarana) dan kesehatan. Di beberapa negara seperti Cina dan Indonesia pemerintah mencanangkan program
3Celia E. Deane-Drummond, Eco-Theology, Saint Mary’s Press, USA, 2008, 2.
4http://www.scribd.com/doc/51769964/Jumlah-Penduduk-Dunia, diunduh tanggal 14 Maret 2012.
Jumlah penduduk dunia ini di-update pada tanggal 13 September 2010 oleh International Data Base (IDB) Biro Sensus Amerika Serikat. Lima besar negara dengan jumlah penduduk terbesar adalah: Cina (1.330.141.295), India (1.173.108.108), Amerika Serikat (310.232.863), Indonesia (242.968.342) dan Brazil (201.103.330).
untuk mengontrol kelahiran . Di Indonesia pemerintah membatasi angka kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB). Jika pembatasan pertambahan populasi manusia dilakukan dengan baik, maka pertambahan populasi manusia dapat dikendalikan dan dengan demikian, masalah yang mengikuti pertambahan populasi manusia seperti faktor penyediaan pangan, tempat tinggal, kesehatan, lapangan pekerjaan penidikan dan lain sebagainya dapat diatasi. Dengan kata lain, pengendalian pertambahan jumlah penduduk merupakan hal yang penting untuk segera diatasi terutama untuk suatu daerah yang memiliki penduduk yang sangat besar. Selain itu, penyebaran penduduk juga perlu mendapat perhatian agar terjadi pemerataan penduduk.
Pertambahan jumlah penduduk yang terus bertambah akan sangat berpengaruh pada penggunaan sumber daya alam (SDA) dan pembukaan lahan-lahan baru untuk pertanian, peternakan, pekebunan dan pemukiman. Jumlah penduduk yang sangat banyak akan membutuhkan SDA5dan lahan pemukiman yang banyak pula. Segala macam kebutuhan manusia akan diambil dari alam yang kemudian diolah dan diproduksi menjadi barang jadi yang siap pakai.
Pengambilan atau pengelolaan SDA yang tidak arif dan bijaksana juga akan menimbulkan pengaruh pada lingkungan hidup. Eksploitasi SDA dalam rangka
5Sumber daya alam (SDA) atau komponen alam meliputi segala kekayaan alam yang terdapat di alam atau yang terdapat pada suatu daerah tertentu. Kekayaan alam yang ada di alam dapat dibedakan berdasarkan potensi pemanfaatannya dan berdasarkan kemampuan pemulihan diri. (1) Berdasarkan potensi pemanfaatan: (a) SDA yang berpotensi sebagai penghasil energi seperti minyak, batubara, gas bumi, air, angin, sinar matahari. (b) SDA yang berpotensi sebagai penghasil bahan baku seperti mineral lahan tanah dan lahan perairan. (c) SDA yang brpotensi sebagai pemenuh kebutuhan hidup seperti udara bersih, air, sumber bahan pangan, sumber bahan papan.
(2) Berdasarkan kemampuan pemulihan diri: (a) SDA yang tidak dapat pulih lagi atau tidak dapat diperbarui (nonrenewable resources) seperti minyak, batubara, gas bumi, mineral. (b) SDA yang dapat pulih kembali atau dapat diperbarui (renewable resources) seperti kayu (hutan, air, udara).
Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakarta, 2010, 40.
menghasilkan produk tertentu untuk memenuhi kebutuhan hidup untuk jangka panjang perlu mendapat perhatian, karena bertambahnya eksploitasi SDA dalam jumlah besar akan mengurangi cadangan SDA. Selain itu penambahan lahan-lahan pemukiman dan sarana prasarana yang tidak terkontrol akan mengakibatkan berkurangnya lahan-lahan hijau dan lahan peresapan serta ketidakseimbangan alam. Di samping itu pembabatan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan yang monokultur juga akan sangat mempengaruhi keseimbangan alam.
2.5 Perkembangan Industri
Dalam upaya peningkatan kualitas hidup, manusia berusaha dengan segala daya mengolah atau memanfaatkan kekayaan alam. Kemampuan akal dan pikiran manusia dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk menemukan cara pencapaian kualitas atau kesejahteraan hidup. Melalui akal dan pikiran, manusia menciptakan sarana-sarana industri yang dapat menghasilkan produk yang melimpah dalam waktu yang singkat dengan jumlah yang maksimal.
Perkembangan di bidang industri dimanfaatkan untuk mendapatkan produksi yang baik dan maksimal (kuantitas) demi pencapaian kualitas hidup yang baik. Industri-industri mengolah kekayaan alam menjadi barang jadi untuk kepentingan manusia. Kegiatan tersebut dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi manusia dan semakin kompleksnya kebutuhan serta keinginan manusia. Namun pada kenyataannya, keinginan dan kebutuhan manusia tidak pernah tercukupi. Manusia selalu ingin lebih dan jika suatu kebutuhan telah terpenuhi, maka ia akan mencari yang lain lagi.
Industri diperlukan manusia. Berbagai macam kebutuhan hidup manusia diperoleh dengan mudah berkat ada dan berkembangnya industri. Di samping itu, industri juga menghasilkan produk-produk (barang) yang semakin mempermudah manusia dalam memenuhi kebutuhannya; misalnya makanan siap saji (makanan instant: kemasan maupun kalengan), perlengkapan rumah tangga (kompor, oven, alat masak, kulkas, blender dan sebagainya), perlengkapan kantor atau kerja (komputer, printer, mesin fotocopy, generator set, air conditioner dan lain-lain), perlengkapan pertanian (mesin pembajak, mesin untuk memanen, mesin untuk menanam, mesin untuk menyemprot pestisida dan pupuk dan lain sebagainya) dan lain-lain.
2.6 Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi terjadi karena ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dengan kata lain, faktor utama perkembangan teknologi adalah ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jika terjadi perkembangan teknologi, maka dengan sendirinya ilmu pengetahuan juga berkembang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memberikan dampak yang begitu besar bagi hidup kita. Berbagai macam kebutuhan dapat kita penuhi dengan mudah dan cepat serta bermutu baik karena kemajuan teknologi. Kita dapat hidup dengan baik karena dapat menguasai teknologi (dan dengan sendirinya juga menguasai ilmu pengetahuan) dengan baik.
Kita dapat memperhatikan atau bahkan merasakannya sendiri dalam hidup sehari-hari berbagai kemudahan yang dapat kita peroleh dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan mudah kita berpindah dari suatu tempat ke tempat lain
karena kemajuan di bidang transportasi (pesawat, kereta, bus, kapal). Di bidang komunikasi, dengan mudah kita dapat berkomunikasi satu sama lain di tempat lain dan mudah memperoleh informasi/mengakses berita. Kemajuan teknologi komunikasi memungkinkan kita melihat dan mengetahui banyak hal melalui internet. Di samping itu, kita juga mempunyai banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan pokok kita dengan berbagai macam tawaran yang menarik dan berkualitas serta mutakhir.
Dengan menguasai teknologi, kita dapat memanfaatkan dan mengelola SDA yang ada untuk kehidupan yang lebih layak. Penguasaan teknologi menyebabkan kualitas kehidupan kita semakin bertambah walaupun SDA yang dimiliki mungkin kurang memadai. Walaupun demikian, pemanfaatan dan pengelolaan SDA juga memiliki arti bahwa manusia harus menjaga kelestariannya agar tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang sehingga kehidupan yang baik di bumi ini dapat dipelihara.6
2.7 Masalah Lingkungan Hidup
Usaha untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia mulai terasa sejak revolusi melanda Eropa pada pertengahan abad ke-19 yang kemudian menyebar ke Amerika. Dalam revolusi industri, manusia berlomba-lomba untuk menciptakan mesin-mesin baru yang dapat menghasilkan suatu barang produksi tertentu yang diharapkan dapat dinikmati sesegera mungkin dan memberikan keuntungan. Hal tersebut juga berdampak pada perkembangan dalam bidang
6Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakakrta, 2010, 36.
pertanian dan perkebunan. Lahan-lahan baru untuk pertanian dan perkebunan dikembangkan dan didukung dengan mesin-mesin untuk mengolahnya sehingga hasil pertanian dan perkebunan dapat ditingkatkan.
Di samping itu, SDA tidak luput dari “sasaran perlombaan” untuk kegiatan industri dalam rangka meningkatkan kesejahteran hidup manusia. Pertambangan-pertambangan baru dibuka untuk mendapatkan kekayaan alam dan “perlombaan”
itu semakin cepat dengan pesatnya pertambahan populasi manusia dan tawaran teknologi mutakhir. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup, manusia memanfaatkan penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Berbagai macam teknologi dipakai untuk mengeksploitasi kekayaan alam sebanyak mungkin dan secepatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, misalnya penggunaan mesin-mesin mutakhir dalam dunia pertambangan dan industri serta pertanian. Walaupun kekayaan alam sangat banyak, namun karena pengambilannya jauh lebih cepat dari waktu yang diperlukan untuk terbentuk kembali, maka sangat memungkinkan bahwa dalam jangka waktu tertentu kekayaan alam tersebut akan habis.7
Secara nasional maupun global, pembangunan dilakukan dengan kaidah-kaidah ekonomi yang perhatian utamanya terletak pada fungsi produktif SDA yang juga menjadi tujuan dari pembangunan ekonomi. Fungsi produktiflah yang dijadikan sebagai ukuran pertumbuhan. Dengan kata lain ukurannya adalah pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia (permintaan pasar). Pembangunan diartikan sebagai kemampuan menghasilkan modal buatan yang berasal dari alam,
7Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi, Yogyakarta, 2004, 2.
sementera perhitungan atas modal alam (cadangan kekayaan alam) dilupakan. Hal tersebut mengandaikan bahwa seolah-olah air akan selalu ada, udara akan selalu bersih tanah akan selalu subur atau dengan kata lain SDA akan selalu ada dan tidak akan berkurang apalagi habis. Dalam hal ini pula, manusia kurang memperhatikan bagaimana kondisi modal alam pada suatu ketika nanti. Perhatian terhadap SDA dalam bentuk air, tanah, udara, tumbuh-tumbuhan dan segala kekayaan alam seharusnya berada dalam domain ekologis. Tetapi hubungan timbal balik antara manusia dan SDA tidak diperhatikan, karena manusia lebih menitikberatkan pada kepentingan pemenuhan keinginannya dan kebutuhannya.
Oleh karena itu, manusia menganggap bahwa SDA itu merupakan sesuatu yang gratis yang dapat dieksploitasi secara bebas. Dengan demikian, muncullah anggapan bahwa manusia bisa berbuat apa saja untuk menghasilkan barang-barang produksi dan lingkungan hidup akan memperbaiki dirinya sendiri bila terjadi suatu kerusakan padanya.
Di sini terjadi kekeliruan dalam memandang SDA dan produksi.
Pandangan tersebut kiranya keliru karena produksi tidak hanya menghasilkan apa yang diinginkan tetapi juga memberikan dampak yang tidak diinginkan (limbah industri). Lingkungan hidup dan SDA sesungguhnya tidak hanya berfungsi produktif. Fungsi produktif SDA hanya sebagian dari seluruh fungsi yang ada.
Paling tidak ada empat fungsi SDA yang selama ini kurang mendapat perhatian.8 Pertama, fungsi pengatur (ecological regulatory function), secara ekologis lingkungan berfungsi untuk mengatur kondisi atau keadaan bumi. Kedua, fungsi
8R. E. Suryaatmadja, Iman Ekonomi dan Ekologi, Kanisius, Yogyakarta, 1996, 38-42.
untuk memelihara (ecological maintaining function), secara eskologis SDA berfungsi untuk memelihara keasrian dan keseimbangan alam dan kehidupan di bumi. Ketiga, fungsi memurnikan lingkungan atau keadaan (ecological recovery function); misalnya asap rokok yang baru saja dibuang akan hilang karena
“disebarkan” oleh lingkungan dan diserap oleh tanaman dan tanah. Tetapi yang menjadi masalah adalah fungsi pemurni mempunyai batas kemampuan. Keempat, fungsi informasi; alam dapat memberikan informasi kepada manusia melalui tanda-tanda alam untuk memprediksi suatu peristiwa melalui tanda-tanda alam (seperti: cuaca yang sangat ekstrim, naiknya suhu bumi, melelehnya es di kutub, munculnya beberapa penyakit baru dan sebagainya) sehingga manusia dapat mempersiapkan diri atau mengantisipasi berbagai kemungkinan yang dapat timbul.
Pada kenyataannya, teknologi dan industri yang sangat pesat dewasa ini membawa dampak bagi kehidupan manusia, baik dampak yang bersifat positif maupun dampak yang negatif. Dampak positif yang ditimbulkan bukanlah permasalahan bagi manusia, justru sangat diharapkan dalam rangka membantu manusia meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Namun dampak negatif yang ditimbulkan merupakan hal yang sangat tidak diharapkan karena menurunkan kualitas dan kenyamanan hidup dan perlu mendapat perhatian yang serius.
Yang bertanggung jawab atas masalah lingkungan hidup adalah manusia.
Pada mulanya Allah menciptakan dunia ini dengan sungguh amat baik (Kejadian 1). Tidak ada persoalan menyangkut lingkungan hidup seperti erosi, efek rumah kaca, pencemaran lingkungan hidup, suhu bumi yang semakin panas, punahnya
beberapa mahluk hidup dan sebagainya. Apa yang pada mulanya sungguh amat baik berubah menjadi suatu masalah. Hal tersebut disebabkan oleh karena perilaku dan aktivitas manusia yang menjadi superior atas ciptaan lainnya.
Dengan kata lain manusia menganggap dirinya sebagai pusat ciptaan dan ciptaan-ciptaan yang lain merupakan sarana pemuas kebutuhannya. Perintah Allah untuk bertambah banyak, memenuhi bumi dan menaklukkannya serta berkuasa atas segala mahluk hidup lainnya/ciptaan lain (Kej. 1,28) ditafsirkan secara harfiah sehingga terjadi pengeksploitasian alam hanya untuk kepentingan manusia semata-mata.9
2.7.1 Kerusakan Lingkungan Hidup
Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari keadaan lingkungan alam sekitarnya. Dengan kata lain, keadaan lingkungan alam akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Paling tidak ada 4 komponen yang saling berpengaruh di bumi ini. Komponen-komponen tersebut adalah: komponen manusia, komponen alam (lingkungan) komponen ilmu pengetahuan (=teknologi) dan komponen organisasi. Masing-masing komponen akan saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.
Penduduk merupakan komponen pertama yang mempunyai jumlah yang semakin banyak sehingga semakin banyak pula kekayaan alam yang harus diambil untuk mencukupi kehidupannya. Pengelolaan kekayaan alam tersebut
9Jr, Lynn White, The Historical Roots of Our Ecological Crisis, dalam De & E. Spring (ed.), Ecology and Religion in History, New York 1974, 24, yang dikutip dalam Surip Stanislaus, Peduli Ekologi, dalam Kajian Lingkungan Hidup, Komisi PSE/APP KAJ bekerja sama dengan Komisi PSE KWI, Jakarta, 2010, 46.
sangat dipengaruhi (ditunjang) oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Semakin maju ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pemenuhan kebutuhan hidup manusia akan semakin mudah; misalnya kehidupan di perkotaan yang banyak mengunakan teknologi mutakhir yang mempermudah (cepat dan praktis) masyarakat perkotaan memenuhi kebutuhannya. Selain itu, pengelolaan SDA dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung dengan baik jika didukung sistem organisasi yang baik. Dalam hal ini organisasi atau lembaga mempunyai wewenang dan otoritas dalam memberdayakan kekayaan alam (misalnya pemerintah atau lembaga-lembaga dunia: UNCHE, UNEP, WCED, UNCED, UNCCC, IPCC, UNEP, WMO dan lain sebagainya).
Organisasi-organisasi tersebut mengatur dan memberikan regulasi dalam pengelolaan SDA agar SDA tidak dieksploitasi secara membabi buta tanpa memperhatikan akibatnya, melainkan dikelola secara bijkaksana agar dampak positifnya sugguh dirasakan semua orang.
Kerusakan lingkungan (alam) akan memberikan dampak negatif bagi manusia karena dari alamlah manusia memperoleh bahan baku untuk keperluan hidupnya. Oleh karena alam sangat menentukan kelangsungan hidup manusia, maka alam harus dijaga agar tidak rusak apalagi punah. Bila terjadi kerusakan alam, yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang, maka tidak mungkin
Kerusakan lingkungan (alam) akan memberikan dampak negatif bagi manusia karena dari alamlah manusia memperoleh bahan baku untuk keperluan hidupnya. Oleh karena alam sangat menentukan kelangsungan hidup manusia, maka alam harus dijaga agar tidak rusak apalagi punah. Bila terjadi kerusakan alam, yang terbentuk melalui proses yang sangat panjang, maka tidak mungkin