• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V MENANGGAPI MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

5.7 Tindakan Praktis Hidup Sehari-Hari

5.7.1 Pemberdayaan Sampah

Banyak sampah berada tidak pada tempatnya, baik sampah organik maupun sampah anorganik. Hal itu dapat kita saksikan pada jalan-jalan umum, kanal-kanal, kali, selokan, pasar, terminal dan tempat-tempat umum. Hal tersebut disebabkan karena orang tidak menaruh sampah pada tempatnya. Akibatnya sampah menjadi suatu masalah yang besar, terutama bagi masyarakat di kota dan di daerah tempat pembuangan akhir (TPA).

Sebenarnya sampah tidak menjadi masalah besar jika orang membiasakan diri (membudayakan) menaruh sampah pada tempatnya dan mengelolanya dengan baik, misalnya dengan memisahkan sampah organik dan sampah anorganik dan menaruhnya pada tempat yang berbeda. Sampah organik dapat diolah menjadi

29Telesphorus Krispurwana Cahyadi, Gereja dalam Pelayanan Kasih, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 195.

pupuk kompos, untuk menyuburkan tanaman sekitar pekarangan rumah. Sampah anorganik dapat dijual kembali untuk selanjutnya didaur ulang.

Gereja mampu membangun habitus untuk memberdayakan sampah.

Adanya himbauan pemimpin Gereja untuk seluruh umat memungkinkan gerakan tersebut dapat berkembang dengan baik. Gerakan ini tidak hanya bertujuan untuk memberdayakan sampah, tetapi juga untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup.

Di samping itu, gerakan ini juga bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat dan asri.

Gereja dapat mendorong umat untuk membangun habitus peduli pada lingkungan hidup, misalnya dengan membuat pengumuman lisan dan tertulis atau poster-poster yang menarik di depan gereja-gereja. Pemimpin Gereja juga dapat menumbuhkan kepedulian pada lingkungan hidup lewat kotbah-kotbah. Yang dapat juga dilakukan adalah memuat artkel-artikel tentang lingkungan hidup pada majalah atau buletin warta Gereja/paroki. Selain itu, Gereja juga dapat memanfaatkan hari-hari lingkungan hidup, 22 April (hari bumi sedunia) dan 5 Juni (hari lingkungan hidup), untuk membangun kesadaran umat lewat seminar, pameran, bakti sosial dan kegiatan “bebas/bersih dari sampah (bebas polusi)”.

Kampanye pelestarian lingkungan hidup lewat pemberdayaan sampah dapat diintensifkan pada kelompok-kelompok kategorial dalam Gereja, seperti:

Sekolah Minggu/PIA/Sekami, Mudika/OMK, Legio Mariae, WKRI, PMKRI, THS-THM, Misdinar/Putra Putri Altar, Lingkungan/Kring/Rukun, Wilayah, Stasi, bahkan semua kelompok-kelompok yang ada dalam sebuah wilayah paroki (Ibu-Ibu Berbahagia, SEKAR: Serikat Kerasulan Anak Remaja, Tulang Rusuk, Choice,

ME: Merriage Encounter, PDK: Persekutuan Doa Karismatik, paguyuban-paguyuban atau persekutuan-persekutuan dan lain sebagainya). Penyadaran pentingnya melestarikan lingkungan hidup lewat pemberdayaan sampah dapat juga dilakukan di sekolah-sekolah yang bernaung di bawah Gereja (Play Group, TK, SD, SLTP, SMU, Seminari, Universitas). Kegiatan yang dilakukan pada kelompok-kelompok di atas dapat berupa:

1. Sarasehan atau seminar yang membahas masalah sampah (dan masalah yang terkait dengan itu) dan menampilkan situasi konkret dan keprihatinan tentang sampah dewasa ini dan cara pengolahan sampah yang sederhana, baik dan bisa dilakukan di lingkungan tempat tinggal/sekolah.

2. Penyuluhan kepada umat tentang cara mengolah sampah yang baik.

3. Pemberian motivasi lewat lomba-lomba kebersihan yang dikemas secara menarik.

4. Lomba mewarnai gambar yang bertemakan alam.

5. Penyadaran para orang tua untuk membiasakan diri dan anak-anak mereka hidup sehat dengan memilah dan menaruh sampah pada tempatnya di lingkungan keluarga.

6. Bakti sosial (misalnya: turun ke jalan/masyarakat membersihkan sampah;

bakti sosial di daerah pembuangan akhir sampah).

7. Kegiatan membersihkan lingkungan atau pekarangan rumah secara kontinu 8. Outbond di alam yang asri.

9. Acara sepeda santai dan jalan sehat.

10. Program kerja kelompok untuk aksi mengatasi masalah sampah.

11. Gerakan sekolah bebas dari sampah dengan mendorong/mewajibkan siswa untuk memilah dan menaruh sampah pada tempat yang telah disediakan.

12. Penyediaan tempat sampah organik dan anorganik di lingkungan tempat tinggal dan sekolah serta mengolah sampah organik menjadi kompos untuk tanaman sekolah (semuanya dikelola oleh siswa).

Selain beberapa kegiatan di atas, Gereja juga dapat membantu dan mendorong umat (juga masyarakat) di pedesaan, yang hidup sebagai peternak, untuk memanfaatkan limbah ternak agar menghasilkan biogas. Biogas yang dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber energi untuk bahan bakar keperluan memasak sehari-hari. Biogas ini termasuk bahan yang ramah lingkungan dan prosesnya pun sangat sederhana. Bahan yang diperlukan berasal dari kotoran ternak yang dicampur dengan air. Sisa/ampas dari pembuatan biogas dapat dipakai sebagai kompos.30 Biogas ini merupakan suatu inovasi baru yang bisa berdampak luas termasuk menghemat pengeluaran rumah tangga (untuk membeli minyak tanah/gas Elpiji), konservasi lingkungan dan pemanfaatan sisa biogas sebagai pupuk kompos. Pembangkit biogas cocok dibangun untuk wilayah peternakan sapi, babi, kerbau dan peternakan ayam dengan mendesain pengaliran tinja ternak ke dalam digester (lubang penampungan limbah). Kompleks perumahan juga dapat dirancang untuk menyalurkan tinja ke tempat pengolahan

30Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pattiro Bajo, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Warga desa ini memanfaatkan kotoran ternak sapi yang melimpah dari kandang kolektif.

Kotoran ternak tersebut lalu ditampung pada digester (tangki/kontainer pencerna berupa susunan cincin semen atau gorong-gorong sumur) yang dicampur dengan air dengan perbandingan 1:2.

Selain itu, diperlukan pula sebuah drum besar bervolume 200 liter, yang salah satu sisinya dibuang, dan sisi lainnya diberi pipa dan kran gas. Drum ini yang dipasang terbalik di atas kontainer pencerna dan berfungsi sebagai penampung gas methana (CH4). Gas Methana yang terkumpul dalam drum tersebut selanjutnya dialirkan melalui pipa ke dapur sebagai bahan bakar kompor untuk memasak.

biogas bersama. Negara-negara maju banyak menerapkan sistem ini sebagai usaha daur ulang dan mengurangi polusi dan biaya pengelolaan limbah. Biogas mempunyai berbagai manfaat, yaitu menghasilkan gas, menjaga kelestarian lingkungan, mengurangi polusi dan meningkatkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta penghasil pupuk organik yang bermutu.