• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MASALAH LINGKUNGAN HIDUP

2.7 Masalah Lingkungan Hidup

2.7.2. Kerusakan Hutan

Hutan biasa juga disebut sebagai paru-paru dunia karena hutan yang hijau, tidak rusak dan subur akan sangat membantu dalam menjaga kebersihan udara, di mana hutan dapat mengontrol keberadaan CO2 di udara.14Hutan berperan penting dalam gerakan karbon melalui ekosistem15yang menyerap karbon dari udara dan kemudian menyimpannya di dalam pohon dan tanah. Melalui proses alamiah fotosintsesis, CO2 yang ada di udara diserap atau diambil oleh tumbuhan melalui pori-pori pada daun yang kemudian disalurkan ke dalam pohon atau tanaman.

Karbon yang telah diserap atau diikat akan tetap utuh sampai tanaman atau tanah tempat tanaman itu dirombak, seperti pada waktu pohon dibakar atau saat tanah diolah. Proses yang digunakan hutan menghirup CO2dan kemudian mengeluarkan O2 sebagai hasil fotosintesis (selain sari-sari makanan untuk tumbuhan itu

Stockholm, ibu kota Swedia pada tangal 15 Juni 1972. Pada KTT ini banyak laporan tentang lingkungan yang mengagetkan banyak pihak sehingga lingkungan hidup harus mendapat perhatian semua negara. KTT ini menyepakati konsep pembangunan berkelanjutan atau stainable

development yang harus memperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Menindaklanjuti KTT Stockholm maka diadakan pertemuan KTT di Brasil yang menghasilkan protokol Rio De Jeneiro pada tanggal 3-14 Juni 1992. Pertemuan tersebut membahas perubahan iklim global dan PBB membentuk komisi untuk perubahan iklim yakni United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC). Pertemuan tersebut menyepakati untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan cuaca. Kemudian diadakan juga pertemuan KTT PBB di Kyoto Jepang pada Desember 1997 yang merupakan kelanjutan dari program UNFCCC sejak protokol Rio De Jeneiro. Protokol Kyoto membahas tentang pemanasan global secara garis besar.

Protokol Kyoto merupakan persetujuan internasional yang mewajibkan negara-negara industri mengurangi gas rumah kaca (GRK). Tujuan kesepakatan protokol Kyoto adalah mengurangi rata-rata emisi 6 gas rumah kaca yakni karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitrous oksida (N2O) sulphur hexaflouride (SF6), hidra fluoro carbon (HFC) dan perfluoro carbon (PFC) yang dihitung rata-rata selama 5 tahun dari tahun 2008-2012. Adapun target pengurangan gas rumah kaca adalah 8% untuk Eropa, 7% untuk Amerika Serikat dan 6% untuk Jepang. Selain penambahan yang diizinan adalah 8% untuk Australia dan 10% untuk Islandia. Sepuluh tahun setelah protokol Kyoto diadakan KTT di Nusa Dua, Bali pada tahun 2007. Pertemuan tersebut membahas pemanasan global sebagai bahaya serius yang mengancam manusia serta mengevaluasi hasil kesepakatan protokol Kyoto. Dalam KTT perubahan iklim di Nusa Dua Bali, telah disepakati adanya The Bali Road Map yang berisi gagasan masa depan dalam rangka mengatasi masalah iklim. Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pemanasan Global, Andi, Yogyakarta, 2010, 7-14.

14Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 197.

15Ekosistem adalah keanekaragaman suatu komunitas dan lingkungannya yang berfungsi sebagai suatu satuan ekologi dalam alam.

sendiri), terjadi pada tingkat mikroskopis. Dengan adanya proses tersebut, hutan sering disebut sebagai paru-paru dunia. Fotosintesis terjadi di dalam klorofil.

Kloroplas memuat susunan yang disebut grana, yang dikelilingi oleh cairan aguacous yang disebut stroma. Grana itu merupakan rumah bagi fotolisis, suatu proses yang memecah air menjadi hidrogen dan oksigen. Oksigennya dilepas oleh tanaman, sementara hidrogennya bergerak untuk proses kedua yang dikenal sebagai siklus calvin, yang menggunakan energi yang dihasilkan oleh fotolisis untuk menggabungkan atom-atom hidrogen dengan CO2 untuk menghasilkan gula. Gula tersebut membentuk bahan bangunan dari sel-sel tumbuhan yang lebih kompleks di mana karbon disimpan untuk jangka waktu yang panjang.16

Hutan yang lebat dapat mengontrol curah hujan, dibandingkan kalau tidak ada hutan/pepohonan. Hutan memberi bakteri pada awan yang melayang naik dari pepohonan dan berfungsi sebagai nucleator bagi pembentukan kristal-kristal es yang menandai langkah pertama dalam pembentukan hujan dalam awan.17Uap air yang berada dalam udara bergabung bersama-sama membentuk kristal-kristal hanya pada suhu yang jauh di bawah titik beku. Namun karena adanya bakteri dari pepohonan, maka proses kristalisasi dapat terjadi pada suhu yang kurang beku.

Hal tersebut dapat terjadi karena bakteri tersebut mengandung sejenis perancah di dalam struktur proteinnya yang memungkinkan air menguap dalam udara untuk bergabung dan saling mengikat di sekitar bakteri untuk menghasilkan hujan.

Hutan juga dapat mengatur siklus hidrologis dengan menyerap hujan lebat,

16Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 197.

17Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 202.

meningkatkan rembesan air ke dalam tanah yang ditahan dengan kokoh oleh akar-akar pohon dan mengurangi hilangnya air di permukaan.18Dalam hal ini hutan berfungsi untuk mengatur ketersediaan air sepanjang tahun (sama halnya dengan es dan salju di gunung/kutub).19

Pada kenyataannya hutan sangat penting dalam menjaga ekosistem di bumi ini dan sangat menunjang kelangsungan hidup di bumi ini. Tetapi fakta yang ada adalah ternyata sebagian besar hutan di dunia, khususnya di Indonesia telah rusak. Lebih dari 1 are hutan dibersihkan di bumi ini setiap detiknya.20Itu berarti 100.000 are atau 38.000 hektar setiap hari, lebih dari 34 juta are atau 13,7 juta hektar setiap tahun.21Jika hal ini terus berlanjut, maka kerusakan hutan dunia akan semakin parah. Kerusakan hutan tersebut tidak lepas dari aktivitas manusia.

Eksploitasi terhadap kekayaan hutan untuk kepentingan manusia di satu sisi memberikan dampak positif bagi manusia yakni manusia dapat mengolah kekayaan alam menjadi barang yang dapat menunjang kesejahteraan hidupnya.

18Salah satu contoh yang menunjukkan bahwa hutan sangat penting dalam menjaga keseimbangan alam atau ekosistem adalah peristiwa tanah longsor yang terjadi di Desa Todakalua’ dan Desa Bakadisura’ Kabupaten Mamasa pada 9 Mei 2010 pukul 00.00 wita. Peristiwa tersebut terjadi karena curah hujan yang melebihi batas normal dan terlebih karena telah terjadi penggundulan hutan di sekitar tempat kejadian longsor. Hal yang sama juga terjadi di Desa Paredean Kabupaten Tana Toraja pada tahun 2010 dan banjir bandang akibat meluapnya sungai Rongkong, karena kurangnya pepohonan yang menahan air hujan di sekitar aliran sungai, pada 28Juni 2010.

Peristiwa tersebut terjadi karena terjadi penggundulan hutan. Akibat dari beberapa peristiwa tersebut adalah putusnya jalan antarkabupaten, korban harta benda dan korban jiwa. Lih. Camar, Caritas Makassar, “Gereja dan Pemberdayaan Masyarakat”, Tanggap Darurat Longsor Mamasa,-Sulawesi Barat, Penanganan Banjir Bandang Rantetiku-Luwu Timur Mamasa,-Sulawesi Selatan, Edisi 03/Thaun I, November 2010, 8-9.

19Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 202.

20Pembabatan hutan ini masih diimbangi oleh penanaman pohon baru dan program-program penanaman pohon, sehingga kehilangan hutan setiap tahunnya dapat berkurang dari 18 juta are atau 7,3 juta hektar. Namun laju pembabatan hutan dan laju pertumbuhan pohon yang baru ditanam tidak seimbang. Pohon besar yang dibabat akan lenyap dalam hitungan beberapa waktu saja, sedangkan pertumbuhan pohon yang baru ditanam memakan waktu berpuluh-puluh tahun. Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 184.

21Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 184.

Namun di sisi lain juga memberikan dampak negatif yakni kerusakan hutan akibat eksploitasi alam yang tidak bijaksana.

Pada awal abad ke-20, luas area hutan di dunia mencapai 5 milliar ha.

Akan tetapi mengalami kerusakan yang besar di beberapa belahan dunia sehingga luas hamparan hutan terus menurun dengan perkiraan laju kerusakan mencapai 7 juta ha per tahun.22 Tingkat kerusakan hutan di Indonesia diperkirakan telah mencapai 2 sampai 3 juta ha per tahun.23 Data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang laju pengrusakan hutannya setiap tahun sangat tinggi.

Kerusakan hutan dapat terjadi secara legal yakni pembukaan perkebunan monokultur khususnya perkebunan sawit di Sumatera, Kalimantan dan Papua dan beberapa tahun terakhir di Sulawesi (Selatan dan Tenggara). Selain itu, kerusakan hutan juga dapat terjadi secara ilegal karena tindakan yang mengikuti kegiatan pembukaan lahan perkebunan yakni tindakan kriminal pencurian kayu dari hutan.

Kayu-kayu yang ditebang dalam rangka pembersihan lahan pertanian maupun perkebunan diangkut dan nampaknya tidak menjadi masalah sebab pengambilan kayu-kayu tersebut dimaksudkan untuk membersihkan lahan pertanian atau perkebunan.24 Kerusakan hutan juga disebabkan oleh kebakaran hutan yang terjadi hampir setiap tahun khususnya di Sumatera dan Kalimantan, baik karena disengaja dalam rangka pembukaan lahan perkebunan maupun karena kekeringan yang sangat parah.

22A. Sony Keraf, Krisis Bencana Lingkungan Hidup, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 28.

23A. Sony Keraf, Krisis Bencana Lingkungan Hidup, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 28.

24Al Gore, Our Choice, Rencana untuk Memecahkan Krisisk Iklim, Kanisius, Yogyakarta, 2010, 188-189.

Kerusakan hutan memberikan dampak negatif yakni krisis lingkungan hidup. Hal tersebut diakibatkan oleh fungsi hutan yang tidak berfungsi lagi sebagaimana mestinya. Hutan mempunyai fungsi klimatologis yang sangat penting dalam mengatur iklim global dan lokal serta menjaga siklus perubahan cuaca. Hutan juga berfungsi hidrologis yakni menjadi daerah resapan air, menjaga persediaan dan ketersediaan air. Selain itu, hutan juga berfungsi menjaga kualitas tanah dan vegetasi alamiah serta fungsi biologis-genetis untuk menunjang berkembangbiaknya berbagai unsur biologis dan genetis di dalamnya. Rusaknya fungsi-fungsi hutan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan alam (kerusakan lingkungan lingkungan hidup).

Rusaknya hutan akan menyebabkan lapisan tanah semakin rusak dan terdegradasi, termasuk karena erosi dan longsor pada saat musim hujan.

Kerusakan tersebut lebih cepat daripada pembentukan lapisan tanah baru.

Kerusakan hutan juga menyebabkan hilangnya dan punahnya berbagai flora dan fauna karena rusaknya habitat mereka. Demikian halnya dengan hutan sebagai sumber bahan baku obat-obatan akan juga hilang potensinya untuk itu. Kerusakan hutan juga sangat berpotensi pada terjadinya tanah longsor dan hilangnya sumber mata air pada musim kemarau.

Selain itu, perusakan hutan yang luar biasa mempunyai dampak ganda pada krisis iklim yakni: pertama, sebagian besar karbon yang terkandung pada pohon dan tanah diemisikan ke udara; dan kedua, planet ini kehilangan

kemampuannya untuk menyerap kembali CO2 lagi dari udara karena rusaknya hutan.25

Banyak orang yang beranggapan bahwa penyumbang besar pemanasan global karena kerusakan hutan adalah Cina dan Amerika Serikat. Namun, data yang dikeluarkan oleh World Resources Institute menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen dari seluruh deforestasi di dunia sekarang terjadi di negara Mato Grosso di Amazon dan di Indonesia khususnya Kalimantan dan Riau di mana hutan gambut berada.26Sebab utama deforestasi di Amerika Latin dan Indonesia adalah karena konversi lahan hutan ke pertanian dan perkebunan (juga peternakan) berskala besar yang terus meningkat, misalnya yang terjadi di Kalimantan yakni penebangan hutan untuk penanaman kelapa sawit (sebagaimana yang telah dilakukan oleh Cina dengan membeli bidang yang luas di Afrika untuk tanaman pangan yang ingin mereka impor di masa depan).