• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCAPAIAN PROGRAM LAPORAN SURVEILANS

analysis of data in the form of graphs surveillance officers have carried out making the presentation of data in the form of graphs. Officers find it easy to mean data analysis related to integrated health center surveillance reports and are able to speed up decision making.

Keywords : Surveillance, data, graphics

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta memiliki perencanaan kesehatan dan pembiayaan terpadu dengan justifikasi kuat dan logis yang didukung oleh data dan informasi epidemiologi yang valid.Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Sistem surveilans epidemiologi merupakan tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi (1).Surveilans terpadu (integrated surveillance) menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/Kabupaten/kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. Surveilans terpadu menggunakan struktur, proses, dan personal yang sama, melakukan fungsi mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk tujuan pengendalian penyakit. Karakteristik pendekatan surveilans terpadu meliputi memandang surveilans sebagai pelayanan bersama, menggunakan pendekatan solusi majemuk, menggunakan pendekatan fungsional, bukan struktural, melakukan sinergi antara fungsi inti surveilans (yakni pengumpulan, pelaporan, analisis data, tanggapan) dan fungsi pendukung surveilans (yakni pelatihan dan supervisi, penguatan laboratorium, komunikasi, manajemen sumber daya), mendekatkan fungsi surveilans dengan pengendalian penyakit (2).

Menurut Hikmawati (2011) analisis data surveilans menggunakan pendekatan deskriptif dengan determinan epidemiologi, yaitu orang, tempat dan waktu. Dalam melakukan analisis data surveilans dibutuhkan data penunjang diluar informasi yang telah dikumpulkan misalnya data kependudukan, data geografis, data sosial budaya agar penarikan keputusan lebih komprehensif. Penyajian data dengan menggunakan tabulasi dan dikombinasikan dengan grafik memudahkan kita melakukan analisis. Analisis data dilakukan sejak membuat tabulasi data dari register harian, sehingga adanya suatu kelainan yang terjadi di wilayah kerja kita dapat segera diketahui dilakukan tindakan pencegahan (3). Grafik atau diagram merupakan penyajian data kategorikal maupun numerik melalui sebuah gambar. Data yang disajikan pada grafik maupun diagram dapat dengan mudah dipahami dan menjadi menarik untuk disimak oleh yang membuatnya (4).Berdasarkan Laporan Puskesmas Banjarbaru Selatan Tahun 2018 dan wawancara mendalam terhadap petugas surveilans bahwa terkait program pengamatan/pelaporan surveilans terpadu puskesmas target per bulan untuk pelaporan bulan sudah dilaksanakan, tetapi untuk penyajian data berbentuk grafik line chart dan multiple line chart meliputi orang, tempat dan waktu tidak ada mulai tahun 2017 hingga 2019.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan (2014), petugas surveilans harus melakukan penyajian data berupa tabulasi dan di kombinasikan dengan grafik. Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu penyakit dan atau masalah kesehatan (5).

Menurut Laporan Puskesmas Banjarbaru Selatan, permasalahan tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya kurangnya tenaga di bidang surveilans, sehingga petugas tumpang tindih di pekerjaan (beban rangkap), kemampuan untuk membuat penyajian data seperti grafik dan kurangnya pelatihan terkait pembuatan

yaitu grafik. Adapun kendala jika tidakmelakukan pembuatan penyajian data berupa grafik yaitu sulit untuk mengidentifikasi suatu wabah/penyakit yang mengalami kenaikan atau penurunan di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.Ketika data telah dikumpulkan dan diperiksa keakuratan dan kelengkapannya, sebaiknya data disusun dan dianalisis melauli grafik atau diagram yang tepat agar dapat menggunakan secara efektif untuk mengidentifikasi frekuensi kejadian penyakit, pola, kecenderungan dan hubungannya. Hasil temuan kemudian harus dikomunikasikan kepada yang lain (6).

Penyajian dalam bentuk grafik itu lebih menarik dan lebih mudah dipahami, serta hal-hal yang kurang jelas dalam tabel akan lebih jelas bila disajikan dalam bentuk grafik bahkan dengan grafik orang akan lebih mudah mengingat (7).

Kejadian yang pernah terjadi yaitu informasi yang disajikan terbatas pada laporan penyakit karena bila data yang disajikan dalam satu kalimat terlalu banyak maka akan sulit dipahami oleh pembaca laporan bulanan. Adapun salah satu cara yang dipilih untuk mengatasi masalah tersebut yaitu penambahan tenaga surveilans yang muda untuk memudahkan pengolahan dan penyajian data, adanya sosialisasi terkait penyajian data seperti grafik, adanya pembelajaran/pelatihan terkait pembuatan grafik untuk memudahkan penyajian data, dan membuat media/sarana pendukung berupa grafik.

METODE

Kegiatan ini dilakukan di Puskesmas Banjarbaru Selatan selama 1 bulan pada bulan Juli 2019. Kegiatan pengumpulan data dapat dilakukan secara aktif dan pasif.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder, data primer didapat dengan cara wawancara kepada petugas pengelola surveilans dan data sekunder didapat dengan cara laporan profil Puskesmas Banjarbaru Selatan Kota Banjarbaru. Sumber data yang bisa digunakan dalam surveilans antara lain: Laporan penyakit, Pencatatan kematian, Laporan potensi wabah (W1), Pengambilan dan pengiriman spesimen, Penyelidikan epidemiologi, Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir, laporan SKDR (W2), laporan surveilans terpadu campak, pengumpulaan dan pendataan penyebab kematian, penanggulangan KLB dan sebagainya. Sedangkan jenis data surveilans meliputi: Data kesakitan, Data kematian, Data demografi, Data geografi, Data laboratorium, Data kondisi lingkungan, Data status gizi, Data kondisi pangan, Data vektor dan reservoir, Data dan informasi penting lainnya. Cara pengumpulan data dimulai dari penemuan kasus, data di rekap, Jenis data kasus terdiri dari data rutin dan tidak rutin.

Data rutin meliputi data mingguan (EWARS) dan data surveilans terpadu puskesmas (STP bulanan). Sedangkan data tidak rutin yaitu data penderita/KDRS (insidental) dan data penyelidikan epidemiologi.Instrumen magang yang digunakan adalah transkip wawancara, kuesioner pre test dan post test, modul cara pembuatan grafik, komputer, ATK, Microsoft office (Excel), laporan mingguan W2 (Ewars), laporan data penyakit bulanan (STP), dan lembar dokumen. Instrumen pelaporan perlu dibuat sederhana dan ringkas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Setelah dilakukan intervensi maka dapat diketahui keberhasilan intervensi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah dibuat di tabel POA. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan tahap jangka panjang (yang nantinya menjadi keberlanjutan setelah magang karena program yang diambil terkait laporan bulanan di bidang suveilans Puskesmas Banjarbaru Selatan). Monitoring dan evaluasi intervensi dilakukan pada Minggu II Bulan Agustus 2019 yang bertempat di ruang surveilans Puskesmas Banjarbaru Selatan.

Tabel 1.1 Indikator Keberhasilan Intervensi di Bidang Surveilans

No Kegiatan Indikator keberhasilan Hasil

1 Pembuatan penyajian data berupa grafik

Sudah ada peningkatan penyajian data berupa grafik pada Bulan Juli 2019 pada laporan surveilans terpadu puskesmas

Terealisasi

minimal 3 grafik berdasarkan waktu, tempat dan orang 2 Pelatihan/pembelajaran

terkait pengolahan grafik

Mengenal data dalam laporan bulanan dan memahami cara pengumpulan dan penyajian data berupa grafik dengan pesentase dari 60 menjadi 90

Terealisasi

Berdasarkan Tabel 1.1 diatas dapat diketahui bahwa implementasi intervensi telah mencapai keberhasilan/terealisasi sesuai dengan indikator keberhasilan jangka panjang yang telah dibuat di tabel POA. Pelatihan terhadap petugas surveilns terkait pembuatan penyajian data berupa grafik mengalami peningkatan, yang awalnya pengamatan/pelaporan surveilans terpadu puskesmas target per bulan untuk pelaporan bulan sudah dilaksanakan tetapi untuk penyajian data berbentuk grafiknya tidak terlaksana mulai tahun 2017 hingga 2019. Dengan adanya pelatihan penyajian/analisis data berupa grafik petugas surveilans sudah melaksanakan pembuatan penyajian data berupa grafik. Petugas merasakan kemudahan untuk meanalisis data terkait laporan surveilans terpadu Puskesmas dan mampu mempercepat pengambilan keputusan.

“setelah dilakukan intervensi dari mahasiswa, saya lebih mudah untuk penyajian/meanalisis data surveilans, mudah dibaca dan di pahami serta mempercepat pengambilan keputusan” (Informan 1).

Berdasarkan wawancara diatas, diketahui adanya peningkatan program surveilans terkait penyajian data berbentuk grafik.

Gambar 1.1 Grafik Intervensi setelah Pelatihan pada Bulan Juli 2019

Menurut Hikmawati (2011) analisis data surveilans menggunakan pendekatan deskriptif dengan determinan epidemiologi, yaitu orang, tempat dan waktu. Dalam

melakukan analisis data surveilans dibutuhkan data penunjang diluar informasi yang telah dikumpulkan misalnya data kependudukan, data geografis, data sosial budaya agar penarikan keputusan lebih komprehensif. Penyajian data dengan menggunakan tabulasi dan dikombinasikan dengan grafik memudahkan kita melakukan analisis. Analisis data dilakukan sejak membuat tabulasi data dari register harian, sehingga adanya suatu kelainan yang terjadi di wilayah kerja kita dapat segera diketahui dilakukan tindakan pencegahan (3). Grafik atau diagram merupakan penyajian data kategorikal maupun numerik melalui sebuah gambar. Data yang disajikan pada grafik maupun diagram dapat dengan mudah dipahami dan menjadi menarik untuk disimak oleh yang membuatnya (4).

PENUTUP

Kegiatan yang berjalan mempunyai indikator keberhasilan dan indikator keberhasilan tersebut telah terealisasi yaitu Pelatihan terhadap petugas surveilns terkait pembuatan penyajian data berupa grafik mengalami peningkatan, yang awalnya pengamatan/pelaporan surveilans terpadu puskesmas target per bulan untuk pelaporan bulan sudah dilaksanakan tetapi untuk penyajian data berbentuk grafiknya tidak terlaksana mulai tahun 2017 hingga 2019. Dengan adanya pelatihan penyajian/analisis data berupa grafik petugas surveilans sudah melaksanakan pembuatan penyajian data berupa grafik. Petugas merasakan kemudahan untuk meanalisis data terkait laporan surveilans terpadu Puskesmas dan mampu mempercepat pengambilan keputusan.

Diharapkan nantinya pegawai Puskesmas Banjarbaru Selatan mampu menjadi pengawas pada petugas pengelola program surveilans terkait pengolahan penyajian/analisis data berupa grafik dengan laporan setiap bulan dan petugas pengelola program Surveilans di Puskesmas Banjarbaru Selatan mampu menjalankan penyajian/analisis data berupa grafik line chart agar memudahkan untuk pengambilan keputusan karena hal-hal yang kurang jelas dalam tabel akan lebih jelas bila disajikan dalam bentuk grafik bahkan dengan grafik orang akan lebih mudah mengingat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepadaPuskesms Banjarbaru Selatan yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk dapat belajar lapangan dengan sangat baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan RI. Surveilans Epidemiologi. Jakarta, 2003.

2. Amiruddin R. Mengembangkan Evidence Public Health (EBPH) HIV dan AIDS Berbasis Surveilans. Jurnal AKK 2013; 2(2): 48-55..

3. Arwanti D., Yusuf S., Ainurafiq. Pelaksanaan Surveilans Epidemiologi di Puskesmas Se-Kota Kendari Tahun 2016.2017.

4. Swarjana K. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: ANDI, 2016.

5. Kementerian Kesehatan RI. Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan. Jakarta, 2014.

6. Arias M. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Jakarta: EGC, 2002.

7. Budiarto E. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

EGC, 2001.

PROGRAM INOVASI MEJA 8 JAMPERSAL DI POSYANDU