PEMANFAATAN MEDIA SOSIAL INSTAGRAM SEBAGAI
PENDAHULUAN
Kekerasan merupakan isu utama saat ini, baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Kekerasan terhadap perempuan merupakan salah satu bentuk kekerasan yang terjadi dalam konteks hubungan interpersonal atau keluarga yang mendapat perhatian global. Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Penyebab kekerasan dalam rumah tangga diantaranya adalah kesetaraan gender belum berjalan secara optimal serta budaya patriarki dimana laki-laki dipandang lebih dominan dibanding perempuan sehingga perempuan rentan menjadi korban kekerasan. Untuk itu pemerintah mengeluarkan undang-undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (PKDRT) (1,2).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Komnas Perempuan, jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2017 di Indonesia meningkat sebesar 74% dari tahun 2016.
Jumlah kasus KTP (Kekerasan terhadap perempuan) 2017 sebesar 348.446,
P2TP2A bertujuan untuk memberikan pelayanan bagi perempuan dan anak korban kekerasan jumlah ini melonjak jauh dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 259.150. Angka KTAP (Kekerasan terhadap anak dan perempuan) yang lebih tinggi dibanding tahun lalu yaitu sebanyak 2.227 kasus (tahun 2016 KTAP sebanyak 1.799 kasus). Melihat catatan peningkatan kasus kekerasan tentu saja membuat prihatin, namun angka tersebut belum menggambarkan jumlah kasus yang sesungguhnya ada di masyarakat karena sangat banyak kekerasan yang terjadi yang tidak dilaporkan. Data yang didapatkan dari Website Simfoni PPA menyebutkan bulan September 2019 diketahui Kalimantan Selatan mendapati kasus terhadap perempuan dan anak sebanyak 84 kasus kekerasan. Kabupaten Kotabaru menduduki peringkat kedua di Kalimantan Selatan mendapati sebanyak 10 kasus kekerasan terhitung dari bulan Januari sampai dengan September 2019 (3,4,5).
Guna meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak serta untuk memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak maka Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Menteri Kesehatan, Menteri Sosial dan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, membentuk lembaga khusus untuk memberi pelayanan kepada perempuan dan anak yaitu Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A). Pembentukan serta berupaya memberikan kontribusi terhadap pemberdayaan perempuan dan anak dalam rangka terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender. Landasan hukum pembentukan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) salah satunya diantara lain adalah Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)(6).
Saat ini media sosial merupakan media komunikasi yang efektif, tranparasi dan efisien serta memiliki peran penting sebagai agen perubahan dan pembaharuan.
Penggunaan media sosial sebagai jembatan untuk membantu proses peralihan masyarakat yang tradisional ke masyarakat yang modern. Sebaliknya masyarakat dapat menyampaikan informasi langsung kepada pemerintah tentang berbagai hal terkait dengan pelayanan yang diterima. Pada era keterbukaan dewasa ini peran media sosial dibutuhkan oleh pemerintah diantaranya membantu penyelesaian pengaduan atau laporan pelayanan publik, membantu peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pelayanan publik dan mempercepat penyelesaian laporan pelayanan publik.
Media sosial mempunyai peranan strategis selain sebagai transformasi informasi, media sosial juga dapat menjadi sarana komunikasi antar sesama masyarakat maupun antara masyarakat dengan pemerintah dalam menyampaikan keluhan maupun menyampaikan berbagai aspirasi (7).
Teknologi berupa media sosial memfasilitasi pengetahuan masyarakat yang lebih baik tentang penyakit dan pencegahannya, penggunaan layanan kesehatan yang lebih baik, lebih patuh terhadap pengobatan dan partisipasi dalam keputusan kesehatan, peningkatan dukungan sosial serta berbagi dukungan kepada orang lain
sehingga masyarakat mampu secara mandiri menyebarluaskan pengalaman positif mereka tentang perubahan perilaku yang lebih sehat, perubahan tubuh, efek samping penyakit serta dampak positif dari menerapkan gaya hidup sehat. Secara keseluruhan,berdasarkan studi literatur menunjukkan media sosial berkontribusi positif terhadap pencapaian tujuan dari promosi kesehatan, sehingga para profesional bidang kesehatan diharapkan mampu berkolaborasi dan mengintegrasikan media sosial dengan strategi promosi kesehatan (8).
METODE
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan, penelitian berlangsung selama 1 bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat umum Kabupaten Kotabaru.Data diperoleh dari data perimer yaitu wawancara dengan kepala bidang pemberdayaan perempuan dan Kepala Seksi Perlindungan perempuan dan anak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Kotabaru, dan data sekunder yang didapatkan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kabupaten Kotabaru yaitu data kinerja program.
Penyajian data pada penelitian ini adalah berupa tabel. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah media sosial instagram. Dan media yang digunakan untuk promosi serta pelaporan penanganan kasus kekerasan pada perempuan dan anak adalah media sosial instagram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil diskusi yang telah dilakukan dengan kepala bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak serta dosen pembimbing fakultas, intervensi yang dilakukan berupa pembuatan media sosial instagram. Tujuannya sendiri adalah untuk menyebarluaskan informasi terkait penanganan kasus kekerasaran pada perempuan dan anak, serta dengan adanya media sosial instagram tersebut memudahkan masyarakat untuk sesegera mungkin melaporkan jika menemui kasus khususnya di daerah-daerah kecamatan yang akses menuju kabupaten cukup jauh.
Sasarannya adalah masyarakat. Diharapkan nantinya setelah mengetahui informasi tersebut dapat mempengaruhi pola pikir masyarakat untuk tidak takut jika mengalami atau menemui kasus kekerasan dan segera mungkin melaporkannya, sehingga kasus dapat segera tertangani khususnya di daerah Kabupaten Kotabaru. Upaya pencegahan terhadap kekerasan perempuan dan anak dalam rumah tangga dilakukan Lembaga sosial/keagamaan/adat yaitu dengan cara sosialisasi dan Pendampingan terhadap korban kekerasan dan pelatihan keterampilan bagi perempuan (9).
Setelah dilakukan dan berjalannya intervensi maka dapat diketahui keberhasilan intervensi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah dibuat di tabel POA. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan 2 tahap yaitu jangka pendek (selama magang) dan jangka panjang (yang nantinya menjadi keberlanjutan setelah magang yang didapat oleh pihak bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak).
Setelah dilakukan dan berjalannya intervensi maka dapat diketahui keberhasilan intervensi berdasarkan indikator keberhasilan yang telah dibuat di tabel POA. Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan 2 tahap yaitu jangka pendek (selama magang) dan jangka panjang (yang nantinya menjadi keberlanjutan setelah magang yang didapat oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas P3AP2KB Kabupaten Kotabaru). Dalam monitoring dan evaluasi yang dapat dilakukan maka hasil intervensi hanya dilihat dari jangka pendeknya. Berikut hasil dari implementasi intervensi pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Hasil Implementasi intervensi Magang
No Kegiatan Indikator keberhasilan Hasil
1 Melakukan koordinasi dengan Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak
Adanya admin yang aktif dalam mengelola media sosial
Terealisasi
2 Pembuatan media sosial Adanya followers atau Terealisasi
(Instagram) pengikut media sosial
Instagram minimal 50 followers dalam seminggu &
Jumlah postingan minimal 1 kali dalam seminggu
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa implementasi intervensi telah mencapai keberhasilan/ terealisasi sesuai dengan indikator keberhasilan jangka pendek yang telah dibuat di tabel POA. Pemilihan admin yang mampu mengelola media sosial telah terlaksana yaitu dari staff bidang Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang mampu mengelola serta aktif di media sosial dan hal ini dipantau oleh kepala bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak agar media sosial terus aktif dalam mempromosikan kekerasan pada perempuan dan anak. Media sosial Instagram telah dibuat dan telah mendapatkan 50 followers lebih serta adanya postingan kegiatan dalam satu minggu 1 postingan dalam postingan ada interaksi antara admin media sosial dengan masyarakat yang menggunakan media sosial.
Berdasarkan monitoring jangka panjang yang dilakukan selama kurang lebih 2 bulan terhitung sejak bulan agustus sampai dengan oktober 2019, media sosial instagram memiliki jumlah followers sebanyak 89 pengikut serta jumlah postingan sebanyak 26 postingan. Postingan yang di upload masih di dominasi dokumentasi kegiatan yang dilakukan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak Dinas P3AP2KB Kabupaten Kotabaru.
PENUTUP
Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Dinas P3AP2KB Kabupaten Kotabaru merupakan bidang yang ditunjuk untuk menangani kasus perlindungan perempuan dan anak. Salah satu kegiatan yang di programkan oleh Bidang Pemberdayaan Perempuan dan perlindungan anak ialah Kurangnya sosialisasi Sistem pencatatan dan pelaporan Kekerasan pada perempuan dan anak. Permasalahan tersebut disebabkan beberapa faktor diantaranya Hal tersebut dikarenakan sulitnya mendatangi korban kekerasan ketikan lokasi lokasi korban berada di daerah terpencil, apalagi jika harus melewati daerah kepulauan. Seperti yang diketahui bahwa Kotabaru merupakan salah satu Kabupaten yang jarak antar kecamatan satu dengan Kecamatan lainnya cukup berjauhan bahkan terpisah diantara pulau-pulau kecil diujung Kalimantan, sehingga akses menuju lokasi yang sulit juga biaya transportasi yang digunakan tidak sedikit. Selain itu banyak korban kekerasan yang enggan atau malu untuk melaporkan kasus kekerasan tersebut. Contohnya seperti kasus pemerkosaan, korban maupun keluarga itu hanya akan menimbulkan aib keluarga saja. Kemudian banyak juga korban yang baru melaporkan kasus setelah 5 tahun atau lebih, akan tetapi bukti sudah hilang sehingga menyulitkan untuk proses penyelidikan lanjutan, tidak adanya penggunaan media promosi, tidak adanya penggunaan media sosial untuk promosi, dan metode pendekatan keluarga yang kurang maksimal. Adapun salah satu cara yang dipilih untuk mengatasi faktor penyebab masalah tersebut yaitu “pembuatan media sosial instagram”.
Maka dari itu perlu dibuatnya Plan of ActionI (POA) untuk mempermudah menjalankan intervensi serta mengetahui keberhasilan intervensi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, kepada pihak Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Kotabaru yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk melakukan penelitian di Kabupaten Kotabaru. Serta teman-teman seperjuangan PSKM angkatan 2016 yang telah memberikan motivasi serta dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Rusyidi B, dkk. Sikap Mahasiswa Program Studi Kesejahteraan Sosial terhadap Strategi Koping Perempuan Korban Kekerasan Fisik oleh Suami. Jurnal Sosio Konsepsia . 2017. 8(2): 45-60.
2. Rosnawati E. Peran Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) dalam mengatasi kekerasan dalam rumah tangga. Jurnal Kosmik Hukum.
2018. 18(1): 82-94.
3. Perempuan K. Tergerusnya ruang aman perempuan dalam pusaran politik populisme.
2018. Catatan kekerasan terhadap perempuan tahun 2017, Jakarta.
4. Shartika NP, Husna Y, Ikhsan YPP. Analisis Penyelenggaraan Puskesmas Tatalaksana Kekerasan terhadap Anak (KTA) dalam Penanganan Kekerasan Anak di Kota Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2019.8(2): 245-253.
5. Simfoni PPA (Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak). 2019.
Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia tahun 2019.
6. Galistya TM. Kekerasan terhadap perempuan dan perceraian dalam prespektif pemberdayaan perempuan. Dinamika sosial budaya. 2019. 21(1): 19-27.
7. Rahadi DR. Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media Sosial. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. 2017. 5(1): 58-70.
8. Leonita E, Nizwardi J. Peran media sosial dalam upaya promosi kesehatan: Tinjauan Literatur. Jurnal Inovasi Vokasional dan Teknologi. 2018. 16(2): 25-34.
9. Susanty DI, Nur J. Kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga di Flores Timur. Jurnal Sosio konsepsia. 2019. 8(2): 27-44.