PEMBERIAN KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI
change in attitude from a negative attitude as much as 6.67%, increasing so that no one else had a negative attitude. Conclusion:Respondents have understood what was conveyed by the promoter, as well as the occurrence of feedback by participants for the progress of the implementation of the non-communicable disease programs at the Guntung Manggis Health Center in Banjarbaru City.
Keywords: Hypertension, knowledge, attitude, leafl
PENDAHULUAN
World Health Organization (WHO) pada tahun 2015 menyebutkan bahwa penderita hipertensi di dunia mencapai 1,13 Miliar orang dan hanya 36,8% yang minum obat hipertensi. Sedangkan di Indonesia, prevalensi ini terus meningkat. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) peningakatan jumlah prevalensi penderita hipertensi di Indonesia dari tahun 2013 ke 2016 mencapai 32,4% (1). Menurut data RISKESDAS tahun 2018, prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk umur ≥ 18 tahun di Provinsi Kalimantan Selatan menempati urutan pertama dengan persentase 44,1% (2).
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan hipertensi adalah dengan melakukan penyuluhan sebagai bagian dari promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat selain upaya preventif, rehabilitatif dan kuratif (3). Menurut azwar (1983) yang dikutip Nia (2018), penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebabkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga keluarga tidak hanya sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan sesuai ajaran yang ada hubungannya dengan kesehatan (4).
Selain dengan melakukan penyuluhan, juga dapat dilakukan dengan pemberian leaflet. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentang suatu masalah.
Media leaflet mempunyai banyak keuntungan diantarnya menghindari salah pengertian, lebih mudah menangkat materi, lebih lama diingat, menarik atau memusatkan perhatian dan dapat memberikan dorongan yang kuat untuk melakukan apa yang dianjurkan (5).
Penggunaan leaflet dapat dibaca pasien dimanapun dan kapanpun. Informasi dalam leaflet diharapkan dapat membantu pasien hipertensi agar patuh terhadap pengobatan yang diberikan dalam mengontrol tekanan darahnya (6).
Menurut pendapat Notoadmojo bahwa sekitar 75% sampai 78% dari pengetahuan disampaikan melalui indera mata sedangkan leaflet edukasi hipertensi merupakan metode pendidikan kesehatan yang menggunakaan indera mata. Dari membaca leaflet edukasi hipertensi pasien akan mendapatkan pengetahuan yang akan merubah perilaku pasien menjadi lebih positif dan memperbaiki perilaku pasien dalam menjalani terapi hipertensi (7).
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Dewanti, dkk pada tahun 2015 yang dilakukan di dua Puskesmas di Kota Depok menyebutkan bahwa pemberian leaflet kepada pasien dapat meningkatkan efikasi diri dan kepatuhan pasien minum obat serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara bermakna. Konseling dan leaflet sama efektifnya terhadap peningkatan efikasi diri dan kepatuhan minum obat, serta penurunan tekanan darah pasien hipertensi yang berobat ke Puskesmas (6).
Puskesmas Guntung Manggis merupakan salah satu puskesmas di Kota Banjarbaru. Pada program Penyakit Tidak Menular (PTM) yang ada di Puskesmas Guntung Manggis, hipertensi selalu menjadi permasalahan. Berdasarkan data
Rekapitulasi 20 Besar Kunjungan Pasien di Puskesmas Guntung Manggis pada tahun 2018, hipertensi merupakan penyakit tidak menular nomer 1 yang diderita oleh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis dengan jumlah penderita sebanyak 731 orang. Sedangkan pada tahun 2019 sejak bulan Januari hingga Juni didapatkan penderita hipertensi meningkat menjadi 833 orang. Selain itu, penyebaran media cetak mengenai penyakit hipertensi juga belum tersedia. Oleh karena itu, dilakukan penyuluhan kesehatan dengan pemberian komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) menggunakan media leaflet dengan tujuan dapat meningkatan pengetahuan dan sikap serta memberikan informasi lebih untuk masyarakat, serta dapat menurunkan angka penderta penyakit hipertensi dan komplikasi akibat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis.
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi deskriptif.
Penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Guntung Manggis pada tanggal 30-31 Juli 2019 dan 6-7 Agustus 2019. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas Guntung Manggis pada tanggal 30-31 Juli 2019 dengan jumlah sampel sebanyak 30 orang menggunakan teknik purposive sampling.
Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu indepth interview kepada pemegang program Penyakit Tidak Menular. Indepth interview dilakukan karena lebih mudah untuk mendapatkan informasi dengan waktu yang berbeda-beda serta dapat dilakukan kapan saja. Adapun instrumen yang digunakan yaitu media leaflet dan kuesioner. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuisioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap pasien yang ada. Adapun data sekunder yang digunakan yaitu Profil Puskesmas Guntung Manggis, Rekapitulasi 20 Besar Kunjungan Pasien Puskesmas, Data Laporan Pencatatan Dan Pelaporan Kesehatan Lanjut Usia.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden
Karakteristik usia dewasa berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir dan lama menderita hipertensi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1. Karakteristik Responden
Variabel Kategori Jumlah Presentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 40%
Perempuan 18 60%
Usia <30 Tahun 2 6,67%
30-50 Tahun 9 30%
> 50 Tahun 19 63,33%
Pekerjaan Pelajar/Mahasiswa 2 6,67%
Ibu Rumah
16 53,33%
Tangga
Karywan Swasta 5 16,67%
PNS 2 6,67%
Pensiunan 5 16,67%
Pendidikan Terakhir Tamat SD/sederajat Tamat
SMP/sederajat Tamat
SMA/sederajat
Perguruan Tinggi 5 16,67%
2 6,67%
9 30%
14 46,67%
Lama
Menderita < 1 Tahun 10 33,33%
Hipertensi
> 1 Tahun 20 66,67%
Sumber: Data primer, 2019
Berdasarkan tabel 1. diketahui bahwa responden yang banyak menderita hipertensi adalah perempuan (60%) dengan usia penderita yang terbanyak yaitu diatas 50 tahun (63,33%). Hipertensi banyak dialami oleh perempuan dibandingkan laki-laki.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Haryani (2016) yang menyebutkan bahwa dari 122 orang yang menderita hipertensi diketahui 75,4% diantaranya berjenis kelamin perempuan (8). Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluh tahun dan enam puluhan.Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi (4).Sebagian besar pekerjaan responden yaitu ibu rumah tangga (53,3%), hal ini dikarenakan banyaknya responden yang mengalami penyakit hipertensi yaitu dari perempuan. Diketahui juga bahwa reponden memiliki tingkat pendidikan tamat SMA/sederajat (46,7%) dan lulusan perguruan tinggi (16,7%) berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Sebagian besar reponden sudah menderita penyakit hipertensi lebih dari 1 tahun (66,7%), hal ini dapat dipengaruhi dari banyaknya responden yang memiliki usia lanjut.
2. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Responden
Adapun tingkat pengetahuan dan sikap responden sebelum dan sesudah diberikan KIE dengan media leaflet dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2. Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Responden
Variabel Kategori Jumlah Presentase
Pengetahuan sebelum diberikan KIE dan
Baik 19 63,34%
media leaflet
Cukup 10 3,33%
Kurang 1 33,33%
Pengetahuan sesudah
diberikan Baik 29 96,67%
KIE dan media leaflet
Cukup 1 3,33%
Kurang 0 0
Sikap 28 93,33%
sebelum
diberikan Positif
KIE dan media leaflet
Negatif 2 6,67 %
Sikap 30 100%
sebelum
diberikan Positif
KIE dan media leaflet
Negatif 0 0%
Sumber: Data primer, 2019
Berdasarkan tabel 2. di atas, dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan pemberian KIE dengan media leaflet meningkat. Adapun, tingkat pengetahuan sesudah dilakukan penyuluhan meningkat, yaitu dari pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 3,33% setelah dilaksanakan intervensi pengetahuan responden meningkat sehingga tidak ada lagi yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Hal ini dapat dipengaruhi dari tingkat pendidikan responden yang tinggi dengan rata-rata tamat SMA/sederajat. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi pula kemampuan seseorang dalam menjaga gaya hidup. Hal tersebut karena semakin tinggi pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki daripada pasien dengan tingkat pendidikan yang rendah (9). Media leaflet dapat membantu pasien dalam meningkatkan efikasi diri dan self management. Leaflet secara signifikan meningkatkan pengetahuan pasien. Peningkatan pengetahuan pasien dapat meningkatkan kesadaran pasien tentang penyakit dan risiko komplikasi, sehingga pasien menjadi patuh dan mengontrol tekanan darah pasien (6).
Berdasarkan tabel 2. di atas jugadapat diketahui bahwa sikap sebelum dan sesudah dilakukan pemberian KIE dan leaflet memiliki perubahan. Adapun, sikap responden sesudah dilakukan penyuluhan meningkat, yaitu dari sikap negatif sebanyak 6,67% setelah dilaksanakan intervensi sikap responden berubah sehingga tidak ada lagi yang memiliki sikap negatif dan 100% responden memiliki sikap yang positif terhadap masalah penyakit hipertensi. Menurut penelitian dari Susanto (2015) terjadi peningkatan yang signifikan (p<0,05) pada aspek domain kognitif, Afektif dan Psikomotorik.
Peningkatan ini disebabkan karena pengetahuan yang didapat dari pemberian leaflet edukasi hipertensi dan terapinya oleh farmasis berupa pengetahuan tentang hipertensi dan terapinya dapat merubah sikap pasien menjadi positif. Jadi pada akhirnya pasien akan mengambil suatu tindakan untuk mengubah perilakunya menjadi lebih baik dalam menjalani terapi hipertensi (7)
PENUTUP
Berdasarkan data primer dan data sekunder serta hasil wawancara bersama pemegang program PTM diketahui bahwa penderita penyakit hipertensi terus meningkat di wilayah kerja Puskesmas Guntung Manggis. Berdasarkan permasalahan tersebut dibuat rencana intervensi yaitu pemberian KIE dengan media leaflet kepada pasien yang berobat di Puskesmas Guntung Manggis. Rencana kegiatan (plan of action) yang dilakukan dimulai dari tahap persiapan dengan melakukan diskusi bersama pemegang program PTM dan tenaga kesehatan lainnya mengenai metode dan media apa yang digunakan dalam pelaksanaan intervensi tersebut. Selanjutnya dilaksanakan kegiatan intervensi serta monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil evaluasi yang diukur menggunakan kuesioner, maka dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan dari pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 3,33% setelah dilaksanakan intervensi pengetahuan responden meningkat sehingga tidak ada lagi yang memiliki pengetahuan dengan kategori kurang. Selain itu juga terjadi perubahan sikap dari sikap negatif sebanyak 6,67% setelah dilaksanakan intervensi sikap responden berubah sehingga tidak ada lagi yang memiliki sikap negatif dan 100% responden memiliki sikap yang positif. Berdasarkan hasil tersebut berarti responden sudah memahami isi pesan yang telah disampaikan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Puskesmas Guntung Manggis, Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, serta pihak-pihak