Akbar Maulana, Ihya Hazairin Noor, Agung Waskito, Ahmad Hasir, Erna Sari Noorjannah, M. Rifki Maulidi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Email korespondensi: [email protected]
ABSTRAK
Salah satu program yang bisa dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam area kerja adalah dengan melalakukan program budaya dan edukasi dengan poster terhadap pekerja housekeeping area camp sebagai upaya meningkatkan pengetahuan pekerja housekeeping. hal ini dilakukan sebagai proses penyadaran komunitas yang ada di masyarakat ataupun individu pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga merupakan sebuah program kesehatan yang telah dirancang untuk memperbaiki perubahan perilaku, baik dalam masyarakat maupun organisasi (Setyabudi & Dewi, 2017). Menurut hasil penelitian Yudha (2015) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara penyuluhan 5S dengan peningkatan pengetahuan.
Efektifitas media poster yang digunakan untuk promosi kesehatan 5S turut memberikan keefektifitasan terhadap peningkatan pengetahuan responden sebesar 33,3% (Yudha, 2015).Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan intervensi pembuatan media poster dan penyuluhan kepada pekerja terkait penerapan 5S kepada pekerja housekeeping sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan kerja pekerja housekeeping area camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terimnal (NPLCT). Harapannya dengan dilaksanakan intervensi ini aka ada peningkatan pengetahuan sehingga terjadi perubahan sikap pekerja housekeeping area camp PT.
Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terimnal (NPLCT). Untuk meningkatkan pengetahuan pekerja terkait penerapan 5s dilingkungan kerja sebagai upaya pendisplinan kerja para pekerja housekeeping camp PT. Arutmin Indonesia NPLCT (North Pulau Laut Coal Terimnal). Metode yang digunakan adalah data yang didapatkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari hasil in-depth interview bersama pihak penanggung jawab K3L, camp boss, dan asisstent camp bosss PT.
Arutmin Indonesia NPLCT.Instrumen magang yang digunakan dalam intervensi ini adalah kuesioner pre-post test dan form checklist efektifitas media. Adapun salah satu cara yang dipilih untuk mengatasi faktor penyebab masalah tersebut yaitu melakukan kegiatan penyuluhan dan pemberian poster tentang penerapan 5s untuk meningkatkan pengetahuan pekerja dan mengingatkan pekerja agar selalu menerapkan budaya 5s di perusahaan agar mewujudkan tempat kerja yang nyaman dan pekerjaan yang menyenangkan, dan berdasarkan hasil evaluasi terjadi peningkatan pengetahuan pekerja housekeeping sebelum dan sesudah intervensi yaitu sebesar 33,33%. Berdasarkan data sekunder dan hasil observasi di lapangan maka ditemukan hasil penemuan antara fakta dan target yang direncanakan serta prosedur dan instruksi kerja yang ditetapkan untuk mengatasi faktor penyebab masalah tersebut yaitu melakukan kegiatan penyuluhan dan pemberian poster tentang penerapan 5s untuk meningkatkan pengetahuan pekerja dan mengingatkan pekerja agar selalu menerapkan budaya 5s di perusahaan agar mewujudkan tempat kerja yang nyaman dan pekerjaan yang menyenangkan, dan berdasarkan hasil evaluasi terjadi peningkatan pengetahuan pekerja housekeeping sebelum dan sesudah intervensi yaitu sebesar 33,33%.
ABSTRACT
Introduction: One of the programs that can be carried out to make improvements in the work area is to carry out cultural and educational programs with posters for housekeeping area camp workers in an effort to increase the knowledge of housekeeping workers. this is done as a process of community awareness in the community or individuals providing and increasing knowledge in the health field only, but also is a health program that has been designed to improve behavior change, both in society and organizations (Setyabudi & Dewi, 2017). According to the results of Yudha's research (2015) there was a significant difference between 5S counseling and increased knowledge. The effectiveness of poster media used for 5S health promotion also gave effectiveness to the increase in respondents' knowledge by 33.3% (Yudha, 2015). Based on the description above, it is necessary to intervene making poster media and counseling to workers related to the application of 5S to housekeeping workers as an effort to increase the work knowledge of PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Terimnal Coal (NPLCT). It is hoped that by implementing this intervention there will be an increase in knowledge resulting in a change in the attitude of PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Terimnal Coal (NPLCT). Research Objective: to increase workers' knowledge related to the application of 5s in the work environment as an effort to discipline the work of PT. Arutmin Indonesia NPLCT (North Pulau Terimnal Coal Sea).
Materials and Methods: The method used is the data obtained are primary and secondary data. Primary data obtained from the results of in-depth interviews with the person in charge of K3L, camp boss, and assistant camp bosss PT. Arutmin Indonesia NPLCT. The internship instruments used in this intervention were a pre-post test questionnaire and a media effectiveness checklist form. Research Results: One of the methods chosen to overcome the causes of the problem is conducting counseling activities and giving posters about the application of 5s to improve workers' knowledge and remind workers to always apply the culture of 5s in the company to create a comfortable workplace and pleasant work. and based on the evaluation results there was an increase in knowledge of housekeeping workers before and after the intervention that is equal to 33.33%.Conclusion: Based on secondary data and field observations, findings were found between planned facts and targets as well as procedures and work instructions established to overcome the factors causing the problem, namely conducting counseling activities and giving posters about the application of 5s to improve worker knowledge and alert workers in order to always apply the 5s culture in the company in order to create a comfortable workplace and pleasant work, and based on the evaluation results there was an increase in knowledge of housekeeping workers before and after the intervention that is equal to 33.33%.
Keywords: counseling, poster, housekeeping :
PENDAHULUAN
Housekeeping atau ketatarumah tanggaan merupakan upaya perusahaan dalam menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman dan nyaman, meliputi penyimpanan peralatan kerja, pembuangan sampah industri, dan ruangan kerja yang kering dan bersih.
Housekeeping dianggap sebagai pencegahan sekaligus upaya pengendalian. Prinsip umum housekeeping bukan sekedar kebersihan tempat kerja melainkan juga mengupayakan penempatan peralatan yang tepat, sesuai dan benar, mengutamakan proses kerja berlangsung aman dan agar kegiatan dapat berlangsung optimal, efisien dan efektif serta pencegahan kecelakaan kerja (Suma’mur, 2009).
Housekeeping yang tidak terlaksana dengan baik oleh perusahaan akan dapat menyebabkan berbagai dampak seperti, tersandung objek, terbentur objek, tertimpa objek yang jatuh, terpeleset pada lantai yang berminyak, basah atau kotor, tertusuk bagian objek yang menyolok, teriris atau luka di tangan dan tubuh akibat bagian tajam benda seperti paku, kawat atau logam, dan bahaya lainnya. Housekeeping kerja memegang peranan penting dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Tempat yang kotor, licin, berserakan dan tidak teratur merupakan salah satu sumber bahaya, baik sebagai timbulnya penyakit, bahaya kecelakaan, maupun bahaya kebakaran. Menurut Ramli (2013) bahwa kecelakaan terjadi dalam proses interaksi atau kontak antara manusia dengan alat, material dan lingkungan kerja yang tidak aman. Penelitian yang dilakukan oleh Wibisono (2013) menunjukkan bahwa sebagian responden mengalami kecelakaan kerja sebesar 51,8% dengan jenis kecelakaan kerja yang terjadi yaitu terpeleset dan tersandung sebanyak 37,5% dan terjatuh sebanyak 33,95%. Berdasarkan sifat luka, responden mengalami luka sayat sebanyak 58,95% dan terkilir sebanyak 55,4%, sedangkan berdasarkan letak luka, responden mengalami kecelakaan kerja pada bagian kaki sebanyak 51,8%, tangan sebanyak 50% dan lengan sebanyak 50%. Hal ini menunjukkan bahwa kecelakaan kerja era kaitannya dengan housekeeping yang kurang baik atau keadaan lingkungan yang tidak aman dan berisiko menyebabkan kecelakaan kerja (Masrokhatin, 2019).
Adapun juga salah satu contoh perusahaan yang dikategorikan memiliki housekeeping yang buruk yaitu PT.XYZ adalah perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa untuk perusahaan galangan kapal internasional yang menyediakan segala kebutuhan perusahaan galangan kapal tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh kasus kecelakaan kerja terjadi pada tahun 2017 sebanyak 6 kasus kecelakaan diantaranya 4 kecelakaan kerja ringan dan 2 kecelakaan kerja berat. Dari hasil penelitian perusahaan tersebut disimpulkan bahwa dalam hasil evaluasi sebelum adanya penerapan metode 5S adalah sebesar 33% yang dinilai masih sangat rendah dengan kategori buruk (Yusdinata dkk, 2019).
Perusahaan seringkali memandang sebelah mata terhadap tempat kerja sebagai sarana untuk menciptakan penghasilan. Mereka lebih menekankan dan menghargai sektor lain seperti manajemen keuangan, pemasaran, dan penjualan, serta pengembangan produk. Terkadang perusahaan yang sedang berkembang seringkali kurang memperhatikan hal-hal yang paling mendasar yaitu area kerja, dimana hal-hal yang mendasar ini juga dapat mempengaruhi terhadap kualitas dan produktifitas pada perusahaan (Pangestu & Agus, 2019).
PT. Arutmin Indonesia merupakan perusahaan tambang batubara internasional yang mempunyai areal operasi dibagian tenggara Pulau Kalimantan (Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, dan Kabupaten Kotabaru) Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas 70.153 hektar. Areal operasi terdiri atas areal Senakin, Satui, Batu Mulia, Batulicin, dan Asam-asam. Untuk memudahkan pengiriman batubara, PT Arutmin Indonesia mengoperasikan fasilitas pelabuhan bongkar muat batubara North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) yang terletak di Tanjung Pemancingan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan.
Pada tanggal 11 juli 2019 dilakukan inspeksi camp yang merupakan bagian program kerja departemen SHE PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terimnal (NPLCT) dan dari hasil inspeksi didapatkan 13 hasil temuan pada tempat kerja camp
yang berhubungan dengan housekeeping berupa kebersihan dan penempatan barang, berdasarkan data berupa gambar yaitu pada blok A teras masih kotor dan berdebu, perlengkpan kamar tidak pada tempatnya, sampah tidak dibuang, pada blok E sandal dan sepatu tidak tersusun rapi, lantai kotor, pada blok C peralatan kebersihan tidak pada tempatnya, pada blok D peralatan kebersihan tidak pada tempatnya, tangga tidak pada tempatnya, pos jaga manajer house kotor dan bangku rusak, selang air halaman manajer house tidak rapi, serta peralatan dan APD gardenir tidak rapi.
Dampak yang terjadi berdasarkan hal tersebut terdapat 2 temuan yang dapat membahayakan keselamatan, yaitu bangku rusak yang belum diganti dan tangga yang berada di sembarangan tempat sehingga dapat membuat seseorang mengalami kecelakaan, adapun 11 temuan lainnya berdampak pada estetika dan kenyamanan di camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT), jika hal ini terus dibiarkan tentunya dapat membuat para tamu complain dengan kebersihan area camp yang kebersihannya kurang maksimal dan kotor dimata para tamu ataupun pengunjung sehingga membuat para tamu menjadi tidak nyaman dengan kondisi dan situasi di camp saat akan menginap. hal ini juga akan berdampak pada citra perusahaan. Jika tempat kerja tidak berfokus pada penataan kerja yang baik, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki tingkat keselamatan kerja yang rendah dan bahkan dapat mengalami kecelakaan kerja (Restuputri & Dika, 2019).
Salah satu program yang bisa dilakukan untuk melakukan perbaikan dalam area kerja adalah dengan melalakukan program budaya dan edukasi dengan poster terhadap pekerja housekeeping area camp sebagai upaya meningkatkan pengetahuan pekerja housekeeping. hal ini dilakukan sebagai proses penyadaran komunitas yang ada di masyarakat ataupun individu pemberian dan peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga merupakan sebuah program kesehatan yang telah dirancang untuk memperbaiki perubahan perilaku, baik dalam masyarakat maupun organisasi (Setyabudi & Dewi, 2017).
Menurut hasil penelitian Yudha (2015) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara penyuluhan 5S dengan peningkatan pengetahuan. Efektifitas media poster yang digunakan untuk promosi kesehatan 5S turut memberikan keefektifitasan terhadap peningkatan pengetahuan responden sebesar 33,3% (Yudha, 2015).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan intervensi pembuatan media poster dan penyuluhan kepada pekerja terkait penerapan 5S kepada pekerja housekeeping sebagai upaya dalam meningkatkan pengetahuan kerja pekerja housekeeping area camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terimnal (NPLCT). Harapannya dengan dilaksanakan intervensi ini aka ada peningkatan pengetahuan sehingga terjadi perubahan sikap pekerja housekeeping area camp PT.
Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terimnal (NPLCT).
METODE
Persiapan pengumpulan data dilakukan dengan menyusun pertanyaan yang akan ditanyakan kepada subjek yang akan diwawancarai yaitu penanggung jawab K3L, camp boss, dan asisstent camp bosss. Setelah pertanyaan telah disusun penulis membuat janji kepada perwakilan yang terkait mengenai waktu dan tempat pelaksanaan wawancara mendalam.
In-depth interview atau wawancara dilaksanakan di saat waktu yang luang dengan estimasi waktu sekitar 15-20 menit. Penulis menanyakan hal yang berkaitan mengenai housekeeping di area camp yang dirasakan oleh pekerja di PT. Arutmin Indonesia NPLCT. Setelah wawancara dilakukan, penulis meminta izin kepada pihak penanggung jawab k3L yang terkait untuk melihat data yang berkaitan dengan masalah-masalah tersebut. Ketika pihak fungsi mengizinkan maka mereka akan membuat print out data terkait ke email penulis.
Data yang didapatkan adalah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan dari hasil in-depth interview bersama pihak penanggung jawab K3L, camp boss, dan
Instrumen magang yang digunakan dalam intervensi ini adalah kuesioner pre-post test dan form checklist efektifitas media.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil identifikasi data-data di PT. Arutmin Indoneisa North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) ditemukan satu masalah dari program audit dan inspeksi K3 perusahaan dimana capaian program tidak sesuai dengan target yang diinginkan, yaitu terkait dengan housekeeping tempat kerja, dari hasil inspeksi didapatkan 13 hasil temuan pada tempat kerja camp yang berhubungan dengan housekeeping berupa kebersihan dan penempatan barang, berdasarkan data berupa gambar (Halaman 71 terlampir) yaitu pada blok A teras masih kotor dan berdebu, perlengkpan kamar tidak pada tempatnya, sampah tidak dibuang, pada blok E sandal dan sepatu tidak tersusun rapi, lantai kotor, pada blok C peralatan kebersihan tidak pada tempatnya, pada blok D peralatan kebersihan tidak pada tempatnya, tangga tidak pada tempatnya, pos jaga man ajer house kotor dan bangku rusak, selang air halaman manajer house tidak rapi, serta peralatan dan APD gardenir tidak rapi.
Dampak yang terjadi berdasarkan hal tersebut terdapat 2 temuan yang dapat membahayakan keselamatan, yaitu bangku rusak yang belum diganti dan tangga yang berada di sembarangan tempat sehingga dapat membuat seseorang mengalami kecelakaan, adapun 11 temuan lainnya berdampak pada estetika dan kenyamanan di camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT), jika hal ini terus dibiarkan tentunya dapat membuat para tamu complain dengan kebersihan area camp yang kebersihannya kurang maksimal dan kotor dimata para tamu ataupun pengunjung sehingga membuat para tamu menjadi tidak nyaman dengan kondisi dan situasi di camp saat akan menginap. hal ini juga akan berdampak pada citra perusahaan. Jika tempat kerja tidak berfokus pada penataan kerja yang baik, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki tingkat keselamatan kerja yang rendah dan bahkan dapat mengalami kecelakaan kerja (Restuputri & Dika, 2019). Adapun hasil wawancara dengan pembimbing adalah sebagai berikut:
“housekeeping ini masalah yang harus segera diatasi, jangan sampai nanti ada tamu kita yang complain, karena tugas kita disini harus bisa membuat para tamu nyaman dan aman ”
Sesuai dengan penuturan penanggung jawab K3L bahwa pekerja disini masih belum mengerti penerapan housekepeeng yang baik seperti apa dalam melakukan pekerjaan, karena setiap inspeksi selalu kami dapati temuan temuan yang membuat tidak nyaman para tamu. Sehingga mahasiswa memfokuskan kepada pengimplementasian pemberian poster serta penyuluhan tentang penerapan 5S housekepeeng.
a. Evaluasi Form Checklist Media Promosi Poster penerapan budaya 5s Tabel 3.1. Distribusi dan Frekuensi Penilaian Media Promosi Poster di PT. Arutmin
Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal NPLCT.
dan jelas terbaca
untuk mengikuti pesan tema dan judul
No. Pernyataan Pilihan Jawaban Terbanyak
Jumlah (orang)
Persentase (%) Isi/Teks
1. Isi teks singkat padat
Baik 2. Kata-kata mudah diingat
dan membuat tertarik
Baik
3
2
100%
66,7%
yang ada diposter 3. Isi teks sesuai dengan
Baik 3 100%
dengan jarak 2 m dengan gambar
perhatian
gambar pornografi dan sedikit tulisan tema dan judul
Sumber: Hasil Survei Mahasiswa Magang tahun 2019
Berdasarkan tabel di atas pada kriteria isi/teks poster seluruh responden (100%) menilai baik untuk penilaian terhadap informasi yang dijelaskan singkat padat dan jelas terbaca pada poster, kemudian sebanyak 2 responden (66,7%) menilai baik pada kata- kata mudah diingat dan membuat tertarik untuk mengikuti pesan yang ada di poster, sebanyak 3 responden (100%) menilai baik untuk isi teks sesua dengan tema dan judul, lalu 3 responden (100%) menilai baik untuk tulisan dapat dibaca dengan jarak 2 meter, dan sebanyak 2 responden (66,7%) menilai baik untuk tulisan yang seimbang dengan gambar.
Pada kriteria desain sebanyak 3 responden (100%) menilai baik pada warna menarik, kemudian sebanyak 2 responden (66,7%) menilai baik untuk pesan yang disampaikan jadi pusat perhatian, sebanyak 2 responden (66,7%) menilai baik untuk menggunakan warna huruf yang kontras dengan latar belakang, dan sebanyak 2 responden (66,7%) menilai baik untuk tulisan huruf sesuai dengan ukuran yang ditentukan. Pada kriteria gambar sebanyak 2 responden (66,7%) menilai sangat baik untuk gambar menarik, kemudian sebanyak 3 responden (100%) untuk gambar bermakna sebagai penyampaian pesan, sebanyak 3 responden (100%) menilai sangat baik untuk tidak menggunakan gambar pornografi, kemudian sebanyak 3 orang (100%) menilai baik untuk terlalu sedikit gambar dan sedikit tulisan, dan sebanyak 3 orang (100%) menilai baik untuk gambar sesuai dengan tema dan judul.
Poster adalah media visual yang memberikan informasi tentang ide atau gagasan yang mengajak seseorang baik secara individu maupun kelompok untuk mengikuti atau melaksanakan gagasan tersebut. Poster merupakan gabungan dari gambar dan tulisan ringkas dalam suatu bidang gambar yang memiliki nilai-nilai estetis agar dapat menarik perhatian orang yang melihat (Hildayanti dkk, 2018).
No. Pernyataan Pilihan Jawaban Terbanyak
Jumlah (orang)
Persentase (%) 4. Tulisan dapat dibaca
Baik 3 100%
5. Seimbang tulisan
Baik 2 66,7%
Desain
1. Warna Menarik Baik
2. Pesan yang
3 100%
disampaikan jadi pusat
Baik 2 66,7%
3. Menggunakan warna
huruf yang kontras Baik 2 66,7%
dengan latar belakang 4. Tulisan huruf sesuai
dengan ukuran yang Baik
ditentukan
2 66,7%
Gambar
1. Gambar menarik Sangat Baik 2. Gambar bermakna
sebagai penyampaian Baik
2 3
66,7%
100%
pesan
3. Tidak menggunakan
Sangat Baik 3 100%
4. Terlalu sedikit gambar
Baik 3 100%
5. Gambar sesuai dengan
Baik 3 100%
Poster yang baik adalah poster yang segera dapat menangkap pandangan orang dan menanamkan kepadanya pesan yang terkandung dalam poster itu. Pesan yang disampaikan harus jenis sepintas lalu, atau dapat menarik perhatian orang lewat untuk berhenti sebentar mengamatinya. Kalau tidak demikian poster itu tidak ada faedahnya.
Poster tidak boleh ramai oleh detail, sehingga pesan yang akan disampaikan akan tenggelam dalam detail yang banyak itu. Gambar tidak saja harus besar, jelas dan menarik, akan tetapi harus sesuai dengan subjek yang divisualisasikan (Hildayanti, 2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa poster yang dinilai oleh para responden baik dan sesuai dengan kriteria yang tertera.
Kemudian setelah dilakukan uji coba media, pada tanggal 25 juli 2019 penulis melakukan penyuluhan terkait penerapan budaya 5s kepada para pekerja housekeeping area camp PT. Arutmin Indonesia NPLCT yang berjumlah 12 orang, jumlah tersebut merupakan jumlah pekerja yang ada di area camp tersbut.
b. Gambaran Karaketeristik Responden
Berikut adalah karakteristik pekerja PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) yang menjadi responden penyuluhan:
Tabel 3.2 Karakteristik Pekerja Peserta Intervensi di PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT)
No. Responden Bidang/Fungsi
1. AM Admin
2. DN Ast. Admin
3. HE Room maid
4. SA Room maid/Laundry
5. SU Room maid
6. NR Room maid
7. HA Room maid
8. SD Gardenir
9. NA Gardenir
10. DE Gardenir
11. IH Driver
12. AR Cook
Sumber: Hasil Survei Mahasiswa Magang tahun 2019
Berdasarkan uraian pada tabel di atas terdapat 12 orang responden yang menjadi peserta penyuluahan. dua orang admin (16,7%), lima orang dari room maid (41,7%), tiga orang dari gardenir(11,8%), dua orang dari bidang/fungsi Recieving Storage
& Distribution (25%), satu orang driver (8,3%), satu orang dari cook (8,3%).
c. Hasil Evaluasi pengetahuan
Tabel 3.3 Hasil Pretest dan Postest Pengetahuan Penyuluhan Penerapan 5S di Camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal NPLCT Tahun 2019
No Pertanyaan Pretest Postest Keterangan Benar Salah Benar Salah
1 Pengetahuan tentang 41,7% 58,3% 100% 0% Peningkatan 58,3%
resik
2 Pengetahuan tentang 58,3% 41,7% 100% 0% Peningkatan 41,7%
ringkas
3 Pengetahuan tentang 66,7% 33,3% 100% 0% Peningkatan 33,3%
rapi
4 Pengetahuan tentang 91,6% 8,4% 100% 0% Peningkatan 8,4%
No Pertanyaan Pretest Postest Keterangan Benar Salah Benar Salah
rawat
5 Pengetahuan tentang 75% 25% 100% 0% Peningkatan 25%
rajin
Sumber: Hasil Evaluasi Magang Mahasiswa PSKM FK UNLAM Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 3.3 diketahui bahwa seluruh pertanyaan pada pretest terjadi peningkatan pengetahuan pada saat pertanyaan posttest, untuk peningkatan tertinggi terdapat pada pertanyaan nomor 1 yaitu sebesar 58,3%.
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan yang dimaksud adalah panca indera manusia yaitu pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga, yaitu proses melihat dan mendengar. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi (Achmadi, 2014).
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Evaluasi Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Dilakukan Penyuluhan Kepada Pekerja di Camp PT. Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT) Tahun 2019
No. Kategori Pengetahuan Persentase Sebelum (%)
Persentase Sesudah (%)
1. Kurang 2(17%) 0
2. Cukup 4(33%) 0
3. Baik 6 (50%) 12(100%)
Jumlah 100% 100%
Sumber: Hasil Evaluasi Magang Mahasiswa PSKM FK UNLAM Tahun 2019
Menurut Arikunto (2013) hasil ukur pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu: Baik (76%-100%), Cukup (56%-75%), dan Kurang (<=55%). Berdasarkan tabel 3.21. Berdasarkan tabel 3.4 dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan peserta sebelum dilakukan penyuluhan adalah pengetahuan baik sebanyak 6 orang (50%), dan dengan pengetahuan cukup sebanyak 4 orang (33%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (17%). Namun, setelah diberikan penyuluhan, pengetahuan semua peserta meningkat menjadi baik sebanyak 12 orang (100%).
Menurut WHO (2002) pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Pengetahuan tentang suatu objek dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Dapat disimpulkan dari teori tersebut bahwa pengetahuan penderita hipertensi dapat menjadi guru yang baik bagi dirinya, dengan pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi kepatuhan penderita hipertensi tersebut dalam menjalani pengobatan. Penderita yang mempunyai pengetahuan tinggi cenderung lebih patuh berobat daripada penderita yang berpengetahuan rendah (Notoatmodjo,2010).
Tabel 3.5. Distribusi dan Frekuensi Peningkatan Skor Pengetahuan Responden di PT.
Arutmin Indonesia North Pulau Laut Coal Terminal (NPLCT)
No. Responden Skor Kuesioner Presentase
Pre Post (%)
1. AM 60 100 40%
2. DN 60 100 40%
3. HE 80 100 20%
4. SA 80 100 20%