PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA BAGI
Barabai untuk merencanakan tindak lanjut dari Program intervensi yang sudah dibuat dilaksanakan dan dilanjutan oleh pihak puskesmas dan siswa SMA 3 Barabai.
PENDAHULUAN
Penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (NAPZA) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Laporan dari World Drug Reporttahun 2010 menyatakan bahwa pada saat ini terdapat sekitar 208 juta orang atau sekitar 5% dari pada penduduk dunia yang menggunakan narkotika dan zat adiktif lain. Penguna narkoba berusia 15 hingga 64 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 meningkat menjadi 15% dari penduduk dunia (Samosir, 2012).
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia adalah realitas yang ditemui di dalam masyarakat. Secara nasional, merebaknya penyalahgunaan NAPZA (yang dalam hal ini sebagai pengguna) tidak saja dilakukan oleh orang dewasa, tetapi anak-anak yang masih menjalani pendidikan baik pendidikan tinggi,menengah bahkan pendidikan dasar pun tidak luput untuk melakukan penyalahgunaan. Berdasarkan data hasil penangkapan Badan Narkotika Nasional (BNN) terkait kasus penggunaan narkoba sepanjang tahun 2017-2018 tertangkap sebanyak 46.537 kasus narkoba di seluruh wilayah Indonesia dan 465 kasusnya adalah pelajar SLTA diseluruh Indonesia (BNN, 2018).
Berdasarkan data BNN diperkirakan tahun 2014 jumlah penyalahguna narkotika dan zat adiktif sebanyak 3,1 juta sampai 4 juta orang atau sekitar 2% dari total seluruh penduduk Indonesia. Dari sejumlah penyalahguna tersebut, terdistribusi 26% coba pakai, 27%
teratur pakai, 40% pecandu bukan suntik, dan 7% pecandu suntik. Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif pada kelompok pelajar (60%) lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok mahasiswa (40%).(BNN,2015)
BNN juga menyebutkan bahwa jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia mencapai 4,1 juta jiwa atau sama dengan 2,1% dari total warga negara Indonesia (BNN, 2016)., Provinsi Kalimantan Selatan menempati peringkat ke 5 di Indonesia pada tahun 2017 dengan jumlah kasus 3.061 yang berhasil ditangkap 17 tersangka diantaranya adalah remaja berada pada jenjang pendidikan SMA menjadi tersangka oleh BNN (BNN, 2018).
Beberapa faktor yang melatarbelakangi remaja melakukan penyalahgunaan NAPZA antara lain kurangnya pengetahuan terhadap NAPZA sehingga mengakibatkan sikap atau perilaku penggunaan zat terlarang tersebut. Dampak dari penyalahgunaan NAPZA diantaranya adalah kerusakan fisik, mental, emosional dan juga spiritual. Selain itu, NAPZA juga mempunyai dampak negatif yang sangat luas baik secara fisik, psikis, ekonomi, sosial budaya, bahkan serta berbagai unsur kehidupan lainnya. Banyaknya dampak yang dialami oleh penyalahguna NAPZA sehingga diperlukanya program pengobatan bagi yang sudah mengalami penyalahgunan NAPZA serta antisipasi bagi yang belum terjerat menggunakan NAPZA, terutama dari usia remaja/pelajar (Firdaus &
Eni, 2018).
Menurut hasil penelitian Firdaus dan Eni (2018)
menunjukkan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara pengetahuan dan sikap terhadap penggunaan NAPZA remaja di sekolah menengah atas di kota Semarang.
Pengetahuan merupakan faktor pendukung penggunaan NAPZA.Terdapat korelasi antara sikap dengan penggunan NAPZA, dan dari pengetahuan yang baik tentang hal-hal yang positif menimbulkan perilaku yang baik pula. (Firdaus & Eni, 2018).
Tujuan penelitian ini Meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja akan bahaya NAPZA bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitar.
METODE
Lokasi dan waktu peneilitian ini yaitu di SMAN 3 Barabai pada hari selasa tanggal 16 Juli 2019, sampel dari penelitian ini yaitu sebanyak 30 responden, teknik pengumpulan data yaitu dengan data primer dan juga menggunakan data sekunder. Alat dan bahan yang digunakan yaitu kuesioner sikap pre test dan post test.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah masyarakat umum, yaitu:
1. Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%
2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang nilainya ≤ 50%
Distribusi frekuensi pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Sebelum dan Sesudah
Pre-test Post-test
Pengetahuan N % N %
Baik 23 76,6 30 100
Kurang 7 23,4 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 1.1 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang napza sampel dikategorikan memiliki pengetahuan baik yaitu 76,6%
dan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 23,4%. Setelah dilakukan penyuluhan tentang penyalahgunaan napza dengan menggunakan terjadi peningkatan pengetahuan, semua sampel memiliki pengetahuan yang baik dan tidak ada sampel yang mempunyai pengetahuan kurang.
Perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tercantum pada Tabel 3.4.
Tabel 1.2 Hasil Paired Sampel Test Kuesioner Pengetahuan Variabel
Pengetahuan Mean P α keputusan
Pre-test 62,3
Post-test 96,7 0,000 0,5 H0 Ditolak
Sumber: Data Primer 2019
Uji-t berpasangan (paired t-test) adalah salah satu metode pengujian hipotesis dimana data yang digunakan tidak bebas / berpasangan (Montolalo,2018).Uji t yang digunakan dalam pengujian hipotesisini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan yang signifikan dari dua buah variabel yang dikomparasikan. Salah satu bentuk uji t adalah paired sample t-test yaitu pre-test (test sebelum melakukan perlakuan/
pengetahuan awal) dan post-test (test setelah sample diberi perlakuan/media visual).
Data hasil pre-test dan post-test yang telah melalui uji asumsi kemudian akan dianalisis secara Paired sample T Test menggunakan aplikasi SPSS (Notoadmodjo, 2005).
Daritabel 1.2 menunjukkan uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples Test. untuk pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang penyalahgunaan napza. Hasil uji menunjukkan nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan. Penyuluhan merupakan salah satu upaya untuk memberikan informasi, semakin banyak informasi yang didapat maka akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Sukanto,2002).
Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Sikap Sebelum dan Sesudah Penyuluhan
Sebelum Penyuluhan Sesudah Penyuluhan
Sikap N % N %
Positif 24 80 30 100
Negatif 6 20 0 0
Jumlah 30 100 30 100
Sumber: Data Primer 2019
Berdasarkan Tabel 1.3 Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sebelum dilakukan penyuluhan tentang napza sampel memiliki sikap Positif yaitu 80% dan yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu 20%. Setelah dilakukan penyuluhan tentang penyalahgunaan napza dengan menggunakan power point terjadi peningkatan sikap, semua sampel memiliki sikap yang postifi dan tidak ada sampel yang mempunyai sikap negatif.
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu(Pakasi, 2016).
Tabel 1.4 Hasil Paired Sampel Test Kuesioner Sikap Variabel
Sikap Mean P α Keputusan
Pre-test 15,57
Post-test 19,30 0,000 0,5 H0 Ditolak
Sumber: Data Primer 2019
Daritabel 1.4 menunjukkan uji statistik dengan menggunakan uji Paired Samples Test. untuk pengetahuan sebelum dan sesudah diberi penyuluhan tentang penyalahgunaan napza. Hasil uji menunjukkan nilai p < 0,05 artinya ada perbedaan sikap sebelum dan sesudah diberi penyuluhan
Berdasarkan hasilmonitoring dan evaluasi jangka pendek dari intervensi tersebut, mahasiswa magang juga melakukan koordinasi dengan Program Promosi kesehatan dan pihak sekolah SMA 3 Barabai untuk merencanakan tindak lanjut dari Program intervensi yang sudah dibuat dilaksanakan dan dilanjutan oleh pihak puskesmas dan siswa SMA 3 Barabai.
PENUTUP Kesimpulan
1. Permasalahan yang ditemukan adalah penyalahgunaan napza di kalangan remaja.
2. Pemecahan masalah yang dilakukan berupa intervensi “GETIR”.
3. Perencanaan intervensi “GETIR” dilakukan bersama Puskesmas Rawat Inap Birayang dengan media PoA.
4. Implementasi yang dilakukan di SMAN 3 barabai bersama petugas promosi kesehatan Puskesmas Rawat Inap Birayang.
5. Evaluasi dilakukan berdasarkan hasil pre dan post test, yaitu terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap saat sebelum serta sesudah diberikan intervensi.
Saran
Berdasarkankesimpulantersebut, berikutadalah saran yang dapatdiberikan:
1. Diharapkan kepadaPuskesmas Rawat Inap Birayang dan SMAN 3 Barabai diharapkan dapatmenjadipengawasdanpenanggungjawabpada intervensi kegiatan penyuluhan penyalahgunaan napza, sertadapatmelakukan monitoring secaraberkalaterhadap intervensi tersebut agar kegiatan intervensi ini dapat berjalan dengan lancar sampai pada tahap evaluasi.
2. Diharapkanmahasiswadapat menjadikan pengalaman ilmu yang telah didapat untuk diaplikasikan di dalam atau luar kampus maupun pengalaman untuk bekerja nantinya.
3. Di harapkan kepada PSKM FK ULM lebih menjalin kerjasama dengan instansi pemerintah agar dapat lebih mudah mahasiswa mendapat gambaran didaerah tersebut dan menjalin kerjasama untuk kemudahan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Narkotika Nasional. 2015. Press Release Akhir Tahun 2015. Jakarta: BNN.
1. Badan Narkotika Nasional. 2018.Program Pencegahan, Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Diakses melalui:
https://bnn.go.id.
2. Firdaus A M Y, Eni H. Pengetahuan Dan Sikap Remaja Terhadap Penggunaan NapzaDi Sekolah Menengah Atas Di Kota Semarang. Jurnal Keperawatan Jiwa. 6(1): 1- 7.
3. Notoadmodjo S. 2005. Promosi kesehatan dan aplikasi. Jakarta; Rineka Cipta.
4. Samosir. 2012. Buku Pedoman Praktis Bagi Petugas Kesehatan (PUSKESMAS) Mengenai Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA).
Jakarta:Direktorat Jendral Kesehatan Masyarakat.
5. Sukanto, 2000. Organisasi Perusahaan, Teori Struktur dan Perilaku. Badan Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.