• Tidak ada hasil yang ditemukan

Beberapa Masalah dari Ajaran Keadilan Tuhan

Dalam dokumen Khazanah Ilmu Ushuluddin : Seri 2 Buku Daras (Halaman 153-158)

Ajaran Iktizal Ushul al-Khamsah dan Ajaran Lainnya

C. Beberapa Masalah sebagai Kelanjutan Ajaran-Ajaran Pokok Aliran Mu’tazilah

II. Beberapa Masalah dari Ajaran Keadilan Tuhan

Sebagaimana pada ajaran keesaan Tuhan yang telah menimbulkan beberapa masalah, maka pada ajaran keadilan Tuhan pun demikian juga. Masalah-masalah yang timbul dari ajaran keadilan Tuhan ini antara lain ialah bahwa perbuatan Tuhan mempunyai tujuan; Tuhan tidak menghendaki keburukan dan tidak memerintahkannya dan bahwa kehendak manusia itu bebas serta perbuatan-perbuatannnya diciptakan manusia itu sendiri.

1. Perbuatan Tuhan

Mereka mengatakan bahwa orang yang bijaksana, perbuatan-per-buatannya tentu mempunyai tujuan. Dan Tuhan yang Maha Bijaksana, pasti perbuatan-perbuatan-Nya mempunyai tujuan. Tetapi tujuan buatan Tuhan suci dari kepentingan untuk diri-Nya sendiri. Tujuan per-buatan Tuhan untuk wujud yang lain, yaitu manusia sebagai makluk yang tertinggi. Dan karena Tuhan adil, maka tujuan perbuatan-Nya hanya untuk memberi kemaslahatan bahkan yang termaslahat (ash-shalah wal-ashlah) kepada para makhluk-Nya.32 Tuhan sebagai zat yang adil, yang karenanya perbuatan-perbuatan-Nya mengandung maslahat, maka sudah pasti Tuhan mememnuhi janji dan anaman_Nya, Tuhan pun tidak akan membebankan kewajiban diluar kemampuan manusia. Serta demi kemaslahatan manusia juga, Tuhan memberi rizki, mengutus rasul-rasul dan sebagainya.

Masalah keadilan Tuhan menurut aliran Mu’tazilah menggam-barkan adanya kewajiban-kewajiban yang harus diperbuat oleh Tuhan. Mereka mengatakan bahwa Tuhan mewajibkan terhadap diri-Nya sendiri untuk berbuat adil. Oleh karena itu, perbuatan Tuhan itu wajib mengandung hikmah dan mempunyai tujuan. Tuhan wajib adil terhadap orang mu’min dan taat serta kepada orang kafir serta maksiat. Yaitu Tuhan memberi pahala kepada yang taat dan menghukum kepada yang maksiat. Dan demi keadilan-Nya juga Tuhan harus membebaskan kehendak dan perbuatan manusia. Berbeda dengan aliran Asy’ariyah yang berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan Tuhan itu tidak dimintai pertanggungjawaban. Dan perbuatan Tuhan itu tidak diharuskan mempunyai tujuan.33 Bahkan lebih jauh lagi orang-orang Mu’tazilah berpendapat bahwa karena keadilan-Nya, maka kehendak, kekuasan dan perbuatan Tuhan itu terbatasi oleh kebebasan yang telah diberikan ke[ada manusia, oleh sifat keadilan Tuhan sendiri dan dibatasi pula oleh kewajiban-kewajiban Tuhan terhadap manusia serta oleh hukum alam (Sunnatullah) yang diciptakan Tuhan sendiri.34

2. Kehendak Tuhan

Sebagai kelanjutan ajaran keadilan-Nya pula, mereka mengemukakan disekitar masalah kehendak Tuhan; yakni hubungan

32 Ahmad Amin, Zhuhrul Islam, h. 45.

33 Ibid, h. 80.

kehendak Tuhan dengan segala maujudat. Mereka mengatakan, kita tahu bahwa kehendak yang baik, menimbulkan kebaikan, kehendak yang buruk mendatangkan keburukan dan kehendak yang adil terwujud dalam perbuatan adil. Kalau kehendak Tuhan berhungan dengan setiap yang berwujud baik maupun buruk, maka berarti baik dan buruk itu dikehendaki Tuhan. Dan kalau demikian berarti kehendak Tuhan itu bersifat baik dan buruk. Padahal demikian itu mustahil bagi Tuhan. Oleh karena itu, mereka bependapat bahwa Tuhan hanya menghendaki kebaikan dan tidak menghendaki keburukan. Tuhan hanya menghendaki keimanan dan ketaatan manusia, sebaliknya tidak menghendaki kekafiran dan kemaksiatan manusia itu.

Bagi aliran Asy’ariyah, Tuhan menghendaki terhadapa kebaikan dan keburukan, keimanan dan kekafiran. Memang aliran Asy’ariyah membedakan antara perintah dan kehendak Tuhan dan keridhaan-Nya.35 Berbeda dengan Mu’tazilah yang tidak membedakan antara keduanya, sehingga kehendak Tuhan hanya kebaikan-kebaikan saja.

3. Perbuatan Manusia

Sesuai dengan ajaran keadilannya pula, aliran Mu’tazilah bependapat bahwa perbuatan-perbuatn yang terjadi pada manusia, diadakan dan diciptakan oleh manusia itu sendiri. Manusialah yang berbuat baik dan buruk, taat atau maksiat kepada Tuhan, sesuai dengan kehendak dan kemauannya sendiri. Bagi mereka, manusia mempunyai daya ikhtiyar dan kebebasan berkendak, disamping daya kemampuan. Sebab kalau manusia tidak mampu dan bebas untuk berbuat, maka beban syara’ tidak ada artinya lagi; pemberian pahala dan ancaman siksa akan sia-sia bahkan tak ada gunanya pengutusan para Nabi.36 Sedangkan bagi Asy’ariyah, manusia itu daya mempunyai usaha yang mereka namakan”kasb”. Yakni dengan daya kasb dan kemampuan yang diberikan Tuhan, manusia mengadakan perbuatan yang pada saat itu pula Tuhan memberikan kemapuan utnuk menghasilkan perbuatannya.37

Demikianlah disekitar maslah-masalah yang timbul dari ajaran keadilan Tuhan. Dengan keadilan Tuha mereka berpendapat bahwa perbuatan Tuhan pasti mengandung maslahat. Dari maslahat tersebut

35 Ahmad Amin, Zhuhrul Islam, h. 79.

36 Ahmad Amin, Dhuhal Islam, h. 53.

mereka menetapkan bahwa Tuhan tidak memberi beban yang tak terpikulkan; dan manusia itu sendiri bebas dan mempunyai ikhtiyar. Demikian juga maslah kehendak Tuhan dan perbuatan manusia, kesemuanyabertitik sentral kepada keadilan Tuhan.

D. Penutup

Lima ajaran pokok aliran Mu’tazilah telah dijelaskan; demikian juga masalah-masalah yang ditimbulkannya. Sebelum tulisan ini diakhiri, perlu diuraikan sebab-sebab yang melatarbelakangi aliran Mu’tazilah menetap-kan ajaran-ajarannya.

Dapat dijelaskan bahwa ajaran ‘keesaan Tuhan’ yang telah mereka tetapkan dan memberi arti dan isi serta memperluas permasalahannya adalah menolak dan memberantas faham ‘at-tasybih’ dan ‘at-tajsim’ serta faham-faham yang berdekatan dengannya, seperti ‘hulul’ ‘at-tanaasukh’.

Faham-faham tersebut, baik yang dihembuskan dari luar maupun dari kalangan orang-orang Islam sendiri. Sedangkan ajaran ‘keadilan Tuhan’ mereka rumuskan untuk membendung faham Jahamiyah. Yaitu faham keterpaksaan manusia yang bermula dari Jaham bin Shafwan dan kemudian menjadi faham Jabariyah. Karena itulah pada ajaran keadilan Tuhan itu mereka menetapkan bahwa manusia itu bebas dan mempunyai ikhtiyar serta manusia itu sendiri menciptakan perbuatan-perbuatannya. Adapun ajaran ‘janji dan ancaman Tuhan’, mereka tetapkan karena untuk menolak faham orang-orang Murjiah yang mengatakan bahwa orang yang berbuat dosa besar itu tetap mu’min; perbuatan dosa besar tidak mempengaruhi keimanan. Dan dengan ajran ‘al-manzilah bainal manzilatain’ mereka tujukan kepada kepada sikap ekstrim orang-orang Murjiah dan Khawarij. Yaitu ekstrim bahwa dosa besar tidak mempengaruhi iman dan tetap mu’min di satu pihak dan ekstrim mengkafirkan orang yang berdosa besar itu di pihak yang lain.

Setelah disampaikannya beberapa sebab yang melatarbelakangi timbulnya ajaran-ajaran aliran Mu’tazilah tersebut, maka dapat dimengerti mengapa aliran Mu’tazilah itu menetapkan ajaran-ajarannya. Bahkan melampaui dari wujud dhahir ajarannya itu sendiri. Dan untuk menetapkan, menegakkan dan melancarkan ajaran-ajarannya itu, mereka menetapkan pula ajaran ‘amar ma’ruf nahi munkar’ sebagai ajaran yang kelima. Demikianlah faktor-faktor yang melahirkan aliran Mu’tazilah dan ajaran-ajarannya. [ ]

BIBLIOGRAFI

Abdul Jabbar, Syarh al-Ushul al-Khamsah, Maktabah al-Iqtishad al-Kubra, Caero, 1965.

Abdurrahman al-Jaziri, Taudhidul Aqaid, Dewan Mahasiswa, IAIN Yogyakarta, (t. thn).

Ahmad Amin, Dhuhal Islam, III, Cet VII, Maktabah an-Nahdhah al-Misriyah, Caero, 1964.

Ahmad Amin, Fajr Islam, III, Cet III, Maktabah an-Nahdhah al-Misriyah, Caero, 1965.

Ahmad Amin, Zhuhrul Islam, IV, Maktabah an-Nahdhah al-Misriyah, Caero, 1964.

Alimam Abu Zahrah, Tarikh Mazahibul Islamy, Juz Pertama, Darl Fikri Al-Araby

Asy-Syahrastani, Al-Milal wan-ihal, I, Cet. III, Darul Ma’rifah, Bairut, 1975. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Yamunu, Jakarta, 1965. H.M. Yoesoef Syuib, Aliran Iktizal Dalam Perkembangan Alam Pikiran Islam,

Pustaka Al-Husna, Jakarta Pusat, Cet.Pertama 1982

Harun Nasution, Teologi Islam, Yayasan Penerbitan Universitas Indonesia, Jakarta, 1972.

Muhammad Abu Zahrah, Tarikh Madzahib Islamiyah, I, Darul Fikr al-Arabi, Caero, (t. thn).

Teologi Pembebasan atau Teologi Transpormatif

Drs. PARLUHUTAN SIREGAR, M.Ag

Dalam dokumen Khazanah Ilmu Ushuluddin : Seri 2 Buku Daras (Halaman 153-158)