• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Takhrij Hadis

B. Metode Penelusuran Hadis 1. Latar Belakang

2. Metode Takhrij Hadis

Sebagaimana tersebut di atas. Penelusuran hadis pada sumber aslinya disebut dalam bahasa Arab de-ngan takhrij al-hadis atau takhrij menurut pengertiannya yang sederhana. Takhrij dalam pengertian ini dapat dilakukan dengan berbagai metode. Pada dasarnya –menurut Ramli AbdulWahid- metode takhrij secara manual ada lima macam sebagai dijelaskan di bawah ini. Namun kami menambahkan satu lagi metode

takhrij yang dapat digunakan, yaitu dengan memamfaatkan Maktabah Syamilah.

a. Takhrij Melalui Periwayat Sahabat

Metode ini hanya dapat dilakukan apabila nama sahabat yang diriwayatkan hadis dari Nabi telah di-ketahui. Jika nama sahabat yang meriwayatkan hadis yang sedang ditelusuri belum diketahui maka metode ini tidak dapat digunakan. Metode ini dapat diterapkan pada tiga jenis kitab hadis, yaitu kitab musnad, mu’jam, dan al-athraf.

Kitab musnad ialah jenis kitab hadis yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat yang meriwayatkan-nya. Urutan nama para sahabat dalam kitab-kitab mus-nad tidak sama. Sebagian berdasarkan kelompok masa masuk Islam dan lainnya berdasarkan kabilah atau kota asal sahabat yang meriwayatkan hadis terkait. Kitab musnad cukup banyak, diperkirakan mencapai seratus kitab. Di antaranya al-Kattani menyebutkan 82 nama kitab musnad di dalam kitabnya ar-Risalah

al-Mustath-rafah.4 Kitab musnad yang paling banyak beredar adalah Musnad

al-Imam Ahmad ibn Hanbal. Di dalam kitab ini, hadis-hadis tanpa

memperhatikan kandungannya dikelompokkan berdasarkan nama sahabat yang meriwayatkannya.

Kitab mu’jam adalah satu jenis kitab hadis yang disusun berdasarkan sanad sahabat atau guru atau negeri tertentu. Pada

4 Al-Kattani, ar-Risalah Mustatrafah li Bayan Masyhur Kutub as-Sunnah

umumnya, susunan nama sahabat itu berdasarkan urutan huruf alfabet. Kitab hadis jenis ini banyak sekali dan at-Tabrani (w. 360 H) menyusun tiga buah kitab mu’jam, yaitu al-Mu’jam al-Kabir, al-Mu’jam al-Ausath, dan

al-Mu’jam as-Shaghir. Kitab pertama memuat 60.000 hadis. Kitab kedua

memuat 30.000 hadis, dan kitab ketiga memuat tidak kurang dari 1000 hadis.

Adapun kitab athraf berarti kitab hadis yang hanya menyebutkan bagian awal dari matan hadis dan melalui bagian ini hadis dapat dilacak secara lengkap. Kitab ini juga ada yang menyebutkan sanad hadis, baik secara sempurna maupun dengan menunjuk nama kitab tempat hadis itu dimuat. Pada umumnya, kitab athraf disusun berdasarkan nama sahabat menurut urutan alfabet. Namun demikian, ada juga yang disusun berdasarkan alfabet awal lafal matan hadisnya. Di an-tara kitab

athraf adalah Athraf ash-Shahihain karya ‘ala Ma’rifah al-Athraf karya Ibn

‘Asakir ad-Dimasyqi (w. 571 H), dan Tuhfah al-Asyraf bi Ma’rifah al-Athraf karya al-Mizzi (w. 742 H).

b. Takhrij Melalui Permulaan Kata Matan Hadis

Penelusuran hadis dalam metode ini dilakukan terhadap awal kata dari matan hadis. Metode ini dapat dilakukan dengan bantuan sebagian kitab athraf yang susunannya menurut urutan alfabet awal kata dari matan hadis sebagaimana tersebut di atas. Athraf jenis ini misalnya adalah kitab

Mausu’ah Athraf al-Hadits an-Nabawi asy-Syarif karya Zaglul. Kitab ini

merujuk kepada 150 kitab, termasuk kitab yang bukan sumber asli hadis, seperti al-Azkar dan Riyad ash-Shalihin karya-karya an-Nawawi, dan Silsilah

al-Ahadits ash-Shahihah karya al-Albani.

Metode ini juga dapat dilakukan dengan bantuan kitab-kitab hadis masyhur. Masyhur di sini bukan dalam pengertian terminologi hadis, yaitu hadis yang mempunyai tiga jalur sanad atau lebih. Tetapi, masyhur di sini berarti hadis yang banyak beredar dan dikenal di masyarakat Islam, baik statusnya sahih, hasan, daif maupun maudu’. Kitab-kitab hadis masyhur di-maksud di sini antara lain adalah kitab at-Tazkirah fi Ahadis al-Mustahirah karya as-Suyuti (w. 991 H) Tamyiz ath-Thayyib min al-Khabits fi ma Yadur ‘ala

Alsinah an-Nasmin al-Hadits ‘ala Alsinah an-Nas karya al-‘Ajluni (w. 1162 H).

Kitab al-Jami’ ash-Shaghir min Hadits al-Basyir an-Nazir dan al-Jami’ al-Kabir karya-karya as-Suyuthi (w. 991 H) termasuk jenis kitab ini.

Para ulama juga telah membuat kitab kunci (miftah) yang berfungsi sebagai kamus mencari hadis bagi kitab-kitab hadis tertentu, seperti kitab

Miftah ash-Sha-hihain karya Muhammad asy-Syarif bin Mushthafa

at-Tauqadi (w. 1312 H). Kitab ini berfungsi sebagai kamus mencari hadis-hadis kitab Shahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Kusus untuk memper-mudah penelusur-an hadis-hadis Musnad al-Imam Ahmad ibn Hanbal, Sidqi Muhammad Jamil al-‘Attar membuat Faharis Musnad al-Imam Ahmad dalam bentu athraf yang disusun menurut urutan alfabet awal matan.

c. Takhrij Malalui Tema Pokok

Mentode ini membutuhkan pengetahuan ten-tang kajian Islam secara umum, dan kajian fikih secara khusus sehingga penelitian dapat mendeteksi pokok bahasan yang terkait dengan hadis yang sedang ditelu-surinya. Metode ini dapat dilakukan melalui kitab Mif-tah Kunuz as-Sunnah karya A.J. Wensinck. Kitab ini merujuk 14 kitab hadis, yaitu al-Kutub

as-Sittah. Muwaththa’ Malik, Musnad Ahmad, Musnad Abi Dawud at-Tayalisi. Sunan ad-Darimi, Musnad ibn ‘Al, Sirah ibn Hisyam, Ma-ghazi al-Waqidi, dan Thabaqat ibn Sa’d.

d. Takhrij Melalui Keadaan Hadis

Metode ini dapat dilakukan setelah mengetahui keadaan hadis, sanad atau matannya. Misalnya sanad hadis yang diteliti sudah diketahui daif atau mursal. Hadis ini dapat diperiksa dalam kitab-kitab yang meng-himpun hadis daif, seperti Silsilah al-Ahadits adh-Dha-’ifah wa al-Maudud

as-Sijistani. Demikian juga halnya de-ngan hadis maudhu’ dicari dalam kitab Maudhu‘at karya Ibn Jauzi dan mujaddid Abad ini, Nashiruddin

al-Albani.

e. Takhrij Melalui Kata dari Matan

Penelusuran hadis dalam metode ini dilakukan melalui satu kata yang menjadi bagian dari teks atau matan hadis. Kata ini hendaknya dipilih dari kata-kata yang jarang digunakan. Semakin jarang penggunaannya semakin cepat penemuan hadis yang dicari. Sebab, se-makin sedikit penggunaannya semakin kecil variabel kalimat yang akan dipilih.

Metode ini dapat digunakan dengan bantuan kitab Mu’jam

al-Mafahrats li Alfazh al-Hadits an-Nabawi karya A.J. Wensinck dkk. Buku ini

sangat bermanfaat dijadikan pedoman mencari hadis. Mengingat penting-nya buku ini, cara penggunaanpenting-nya perlu dibahas secara tersendiri.

f. Takhrij Melalui Maktabah Syamilah

Penelusuran dengan memanfaatkan Program Maktabah Syamilah dapat dilakukan dengan penelusuran melelalui kata, kitab, dan juga

kalimat atau penggalan kalimat. Misalnya menelusuri al-Islām antasyhada, maka kalimat ini cukup diketik di dalam kolom pencarian yang telah tersedia. Dalam penelusuran ini ditemukan sepuluh mukharrij yang meriwayatkannya. Di antaranya adalah Muslim dengan empat jalur sanad (I/28), Abū Dāwūd (XĪI/426), an-Nasā`ī (XV/281), at-Tirmīzī (X/27), Ibn Mājah (I/66), Ahmad (I/186), Ibn Hibbān (I/168), Ibn Khuzaimah (IX/148), al-Baihāqī (Ī/200), masing-masing dengan satu jalur sanad.