• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pandangan Ulama

H. Keadilan Sahabat dalam Periwayatan Hadis

3. Pandangan Ulama

Berkenaan dengan keadilan sahabat Nabi saw. di kalangan ulama, setidaknya ada tiga pandangan, yaitu:

Pertama; Para sahabat Nabi saw. disepakati oleh ulama hadis

bersifat adil.33 Keadilan maksudnya di sini adalah dalam konteks ilmu hadis, yakni mereka terpelihara dari kesengajaan melakukan dusta ketika meriwayatkan hadis, serta terhidar dari perbuatan-perbuatan lain yang menyebabkan tidak diterimanya riwayat-riwayat mereka. Adapun dalil yang dikemukakan oleh ulama hadis dalam menetapkan keadilan sahabat adalah Alquran dan Hadis Nabi saw. Dalil Alquran, seperti Q,S, al-Baqarah /2: 143: لا ىَلَع َءاَدَهُش اوُنوُكَتِل اًطَسَو ًةَّمُأ ْمُكاَنْلَعَج َكِلَذَك َو ِساَّن ُكَيَو وُسَّرلا َنو ُل اَمَو اًديِهَش ْمُكْيَلَع َّتَي ْنَم َمَلْعَنِل لاِإ اَهْيَلَع َتْنُك يِتَّلا َةَلْبِقْلا اَنْلَعَج ُعِب َّرلا ْنَّمِم َلوُس ِهْيَبِقَع ىَلَع ُبِلَقْنَي ْتَناَك ْنِإَو ُيِل ُ َّاللَّ َناَك اَمَو ُ َّاللَّ ىَدَه َنيِذَّلا ىَلَع لاِإ ًةَريِبَكَل َعي ِض اَميِإ ْمُكَن ََّاللَّ َّنِإ ٌفوُءَرَل ِساَّنلاِب َر ٌميِح ( 143 ) Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Dan Kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh

32Mahmud at-Tahhan, Taisir Mustalah, h. 165.

33Ibn as-Salah, ‘Ulum al-Hadis (al-Madinah al-Munawarah: al-Maktabat al-‘Ilmiyah, 1972), h. 264.

(pemindahan kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya

Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.34

Q.S.Ali Imran/3: 110; ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَت ِساَّنلِل ْتَج ِرْخُأ ٍةَّمُأ َرْيَخ ْمُتْنُك َو ْنَت َن ْوَه َع ِن ِرَكْنُمْلا َلَو ِ َّللَّاِب َنوُنِمْؤُتَو َنَماَء ْو َثْكَأَو َنوُنِمْؤُمْلا ُمُهْنِم ْمُهَل اًرْيَخ َناَكَل ِباَتِكْلا ُلْهَأ ُهُر َفْلا ُم َنوُقِسا ( 110 )

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.

Q.S.al-Fath/48: 29; َم َنيِذَّلاَو ِ َّاللَّ ُلوُسَر ٌدَّمَحُم اَّفُكْلا ىَلَع ُءاَّدِشَأ ُهَع ُر ِر ُءاَمَح َت ْمُهَنْيَب َي اًدَّجُس اًعَّكُر ْمُهاَر َنوُغَتْب ِرَثَأ ْنِم ْمِهِهوُجُو يِف ْمُهاَميِس اًناَوْض ِرَو ِ َّاللَّ َنِم ًلاْضَف ُّسلا ِدوُج ُلَثَم َكِلَذ َثَمَو ِةاَر ْوَّتلا يِف ْمُه ْمُهُل َأ ٍعْرَزَك ِليِجْنِ ْلإا يِف اَف َظَلْغَتْساَف ُهَرَزآَف ُهَأْطَش َجَرْخ َوَتْس َلَع ى ْعُي ِهِقوُس ى َظيِغَيِل َعاَّرُّزلا ُب ِج ِب ُمِه ِتاَحِلاَّصلا اوُلِمَعَو اوُنَماَء َنيِذَّلا ُ َّاللَّ َدَعَو َراَّفُكْلا ْنِم َم ْمُه َأَو ًةَرِفْغ اًميِظَع اًرْج ( 29 )

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka ruku` dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mu'min). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.

Dan dalil hadis, seperti:

نلا َلاَقَ َََلاَق ُهْنَع ُالله َي ِضَر ِِّي ِردُخلا ٍدْيِعَس ْيِبَأ ْنَع يِب ى لَص ْيَلَع ُالله َأاو بُسَت َلا َم لَسَو ِه ىِباَحْص ْمُكَدَحَأ نَأ ْوَلَف َأ دُم َغَلَباَم اًبَهَذ ٍدُحُأ َلْثِم َقَفْنَأ ِهِدَح َلا َو ْم ُهَفْي ِصَن اخلا هاور. ىر

Dari Abi Sa’id al-Khudri r.a. berkata dia, bersabda Rasulullah saw: “Janganlah kalian mencaci-maki sahabat-sahabatku. Karena seandainya salah seorang di antara kalian, menginfakkan/bersedekah emas sebesar bukit Uhud, maka niscaya (sedekahmu itu) tidak akan sampai menyamai secupak (satu mud) (yang

dinafkahkan) oleh salah seorang dari para sahabatku itu dan tidak pula

separuhnya.35

Kedua, Kelompok Muktazilah berpandangan bahwa semua

sahabat yang turut serta dalam pembunuhan atas diri Ali dalam keadaan sadar termasuk fasiq dan tertolak periwayatan dan kesaksiannya, dengan alasan telah keluar dari Imam yang benar.36

Ketiga, kelompok modernis, seperti Muhammad Abduh,

Muhammad Rasid Rida, Seikh Salih al-Mukbili dan Muhammad Abu Rayyah, mereka menilai bahwa semua sahabat sebagaimana semua perawi yang lain harus diteliti dan diuji keadilannya; karena para sahabat merupakan manusia biasa yang tidak luput dari kekhilapan.37

M. Syuhudi Ismail mengemukakan bahwa berbagai argumen yang digunakan ulama untuk menetapkan keadilan semua sahabat Nabi tidak cukup kuat.38 Walaupun demikian harus segera dinyatakan bahwa berdasarkan argumen-argumen Alquran, Hadis Nabi, dan sejarah Islam, para sahabat Nabi pada umumnya bersifat adil. Ini berarti, sahabat Nabi yang diduga tidak bersifat adil, jumlahnya tidak banyak. Jadi, sahabat Nabi pada dasarnya bersifat adil, terkecuali bila terbukti telah berperilaku yang menyalahi sifat adil.

Abu Rayyah berpendapat bahwa di kalangan sahabat Rasul saw. terdapat orang-orang yang berdusta, munafik, pelaku dosa besar dan lain-lain. Bahkan Alquran mengecam dengan menurunkan Surah al-Munafiqun (orang-orang munafik). Karenanya, penilaian bahwa seluruh sahabat memiliki kredibilitas sebagai transmitter Hadis adalah tidak benar sebab berlawanan dengan kenyataan di atas.39 Hanya saja, Abu Rayyah tidak menjelaskan siapa sahabat Nabi saw yang pendusta, munafik atau pelaku maksiat itu.

35Imam al-Bukhari, Sahih al-Bukhariy, tahqiq Muhammad Fu’ad Abd. al-Baqi (Beirut: Dar al-Ma’rifah, 1379 H), Kitab al-Manaqib, No. Hadis 3397.

36‘Ajjaj al-Khatib, Usul al-Hadis, h. 392-393.

37Agus Effendi, Sahabat, Mitos dan Realitas, dalam; Kontroversi Pemikiran Islam di Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), h. 52-53

38Untuk mengetahui argumentasinya Lihat; M. Syuhudi Ismail, Kaedah Kesahihan, h. 143-148.

39Abu Rayyah, Adwa’ ‘ala as-Sunnah al-Muhammadiyah (Mesir: Dar al-Ma’arif, t.t.), h. 352-354.

Bila Surah al-Munafiqun dijadikan sebagai argumen bahwa di antara sahabat ada orang-orang munafik, maka dalam Alquran juga ada Surah al-Mukminun. Bahkan banyak ayat-ayat Alquran yang merekomendasikan kredibilitas sahabat. Surat al-Munafiqun memang mengecam orang-orang yang munafik, tetapi tidak mengecam para sahabat. Para pengarang kitab-kitab biografi sahabat, seperti al-Bukhari, Ibn ‘Abd. al-Barr, Ibn al-Asir, Ibn Hajar juga tidak pernah menyebutkan adanya sahabat Rasul saw. yang munafik.

Kemudian Abu Rayyah mengemukakan, “Untuk mengetahui kemunafikan para sahabat, anda cukup melihatnya hanya dalam peristiwa perang tabuk saja, di mana sebagian dari mereka minta izin dari Rasul saw. untuk tidak ikut perang. Perilaku seperti ini tentu tidak pantas bagi seorang mukmin. Bahkan ada yang tidak mau ikut perang karena khawatir tergoda kecantikan wanita-wanita Romawi”.40 Sekali lagi Abu Rayyah tidak menegaskan siapa sahabat yang munafik itu. Hanya saja tampaknya yang dimaksud Abu Rayyah adalah tiga orang yang tidak ikut perang Tabuk, yaitu Ka’ab ibn Malik, Hilal ibn Umayyah, dan Murarah ibn ar-Rabi’. Apabila orang-orang ini yang dimaksud, maka Surah at-Taubah ayat 117 menegaskan bahwa Allah swt telah menerima taubat mereka. Bahkan bukan hanya itu, Allah swt telah menerima taubat para sahabat secara keseluruhan, baik dari kelompok Ansar maupun Muhajirin41 Karenanya, orang yang sudah diterima taubatnya tidak memiliki dosa lagi.

Sahabat yang paling banyak dibicarakan dan dikritik oleh para orientalis maupun pakar Islam, adalah Abu Hurairah (19 SH-59 H)42,

40Ibid., h. 356-357

41As-Syaukani, Fath al-Qadir, Juz II (Beirut: Dar al-Fikr, 1973), h. 412-414.

42Nama lengkap Abu Hurairah adalah Abdurrahman bin Shakhr ad-Dausi al-Yamani. Namanya pada masa jahiliyah adalah Abdu Syams, kemudian Rasulullah saw memberi nama Abdurrahman kepadanya, kendatipun ia lebih dikenal dengan julukan Abu Hurairah. Doa Abu Hurairah diaminkan oleh Rasul saw ketika ia berdoa;

ُلَأْسَأَو ياَب ِحاَص ىِنْلَأَس اَم َكُلَأْسَأ يِِّنِإ َّمُهِّللَا

َك

ِع

اًمْل

ىَسْنَي َلا

“Ya Allah, saya mohonkan kepada-Mu sesuatu yang dimohonkan oleh kedua temanku, dan saya mohon kepada-Mu ilmu yang tidak terlupakan”. Kendatipun Abu Hurairah hidup berdampingan

dengan Rasul saw hanya selama tiga tahun, masa yang singkat tersebut ternyata telah dapat dipergunakannya untuk menyerap dan menimba berbagai ilmu pengetahuan dari Rasul saw, sehingga dia dapat meriwayatkan hadis lebih banyak dari sahabat-sahabat yang yang lain. Hadis yang diriwayatkannya sebanyak 5374. lihat as-Suyuti, Tadrib ar-Rawi, Juz 2, h. 216-217. Di antara tuduhan terhadap Abu Hurairah adalah bahwa ia berpihak kepada para penguasa

karena ia salah seorang yang paling banyak meriwayatkan hadis. Penulis ingin mengemukakan mengapa Abu Hurairah tergolong orang yang paling banyak meriwayatkan hadis, setidaknya ada lima faktor yaitu;

(1) ia terus membuntuti Rasul saw.

(2) ia hidup pada usia dibutuhkannya periwayatan hadis. (3) ia memiliki sifat banyak bercerita

(4) kerjaannya hanya terfokus pada periwayatan hadis, yakni tidak ada urusannya yang lain; dan

(5) ia membaur dengan masyarakat, sementara ahl al-bait elite tidak mudah diterima masyarakat.

(6) Setelah Rasul wafat, ia masih hidup sehingga memiliki banyak kesempatan untuk meriwayatkan hadis.

Kendatipun demikian, Abu Hurairah tidaklah menerima keseluruhan hadis dari Rasul saw. Selanjutnya, para pakar Islam yang memberi komentar bekenaan dengan keadilan sahabat, antara lain, Taha Husein, sebagaimana dikutip oleh Abu Rayyah mengemukakan;

“Kita tidak dapat memberikan penilaian apa-apa terhadap para sahabat sekiranya mereka sendiri tidak pernah memberikan penilaian terhadap diri mereka. Ternyata mereka menilai bahwa diri mereka adalah manusia-manusia biasa seperti halnya orang lain yang tidak terbebas dari kesalahan dan dosa. Mereka saling melontarkan tuduhan keji, saling mengafirkan, dan menuduh yang lain suka berbuat maksiat. ‘Ammar bin Yasir misalnya, ia mengafirkan ‘Usman, bahkan menganggapnya sebagai orang yang sudah halal darahnya (boleh dibunuh). Ibn Mas’ud ketika berada

di Kufah juga menganggap ‘Usman sudah halal darahnya.”43

dinasti Bani Umayyah dan patron mereka, bahwa ia memalsukan hadis atas nama Rasulullah saw untuk menghadapi lawan-lawan mereka dan mempertahankan politik mereka. Tuduhan ini tidak berdasar, bahkan ia menentang mereka dalam banyak hal. Hubungan dengan Muawiyah tidak selamanya baik. Muawiyah pernah mengangkatnya sebagai Gubernur Madi-nah, tetapi tidak lama kemudian ia memberhentikannya dan mengangkat Marwan bin al-Hakam sebagai penggantinya. Tentang perbedaan pendapat dengan Marwan bin al-al-Hakam adalah berkenaan dengan penguburan al-Hasan bersama Nabi saw. Di antara yang dikatakan oleh Abu Hurairah kepada Marwan adalah, “Demi Allah, engkau bukanlah orang yang ber-wenang (dalam persoalan ini). Sesungguhnya orang yang berber-wenang adalah selain engkau. Maka tinggalkanlah. Engkau berintervensi ke dalampersoalan yang tidak menjadi urusanmu dan dengan ini engkau hendak mengambil hati Muawiyah. Demikianlah, Abu Hurairah menyatakan tidak sependapat dengan Marwan dalam banyak persoalan. Abu Hurairah wafat tahun 59 H. Lihat Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, As-Sunnah qabl at-Tadwin (Beirut: Dar al-Fikr, 1414 H/1993 M), h. 471-473.

Selanjutnya Ahmad Amin mengatakan;

“Tampaknya para sahabat sendiri ketika mereka masih hidup sudah saling kritik-mengritik. Namun demikian, mayoritas ulama Hadis, khususnya yang hidup pada masa belakangan, telah menggeneralisir bahwa para sahabat itu seluruhnya memiliki sifat-sifat al-‘adalah (sifat adil) di mana tidak ada seorang pun di antara para sahabat yang dituduh sebagai pendusta atau pemalsu Hadis. Para ulama Hadis hanya mengritik rawi-rawi yang berasal dari generasi sesudah sahabat saja.”44

Selain adanya rekomendasi dari Allah swt. dan Rasul saw., keadilan sahabat sebagai periwayat Hadis juga telah disepakati oleh para ulama. Imam Ibn ‘Abd al-Barr (w. 463 H) mengemukakan, “Kita tidak perlu meneliti identitas sahabat, karena umat Islam ahl as-Sunnah wa

al-Jama’ah telah bersepakat bahwa seluruh sahabat memiliki sifat-sifat

‘adalah”.45 Al-Khatib al-Bagdadi (w. 463 H) mengatakan bahwa pendapat

yang mengemukakan bahwa seluruh sahabat memiliki sifat adil sebagai periwayat Hadis adalah mazhab semua ulama, baik ulama hadis maupun ulama fikih.46 Demikian pula, Ibn as-Salah (w. 643 H) menyatakan hal serupa, meskipun para asahabat itu ada yang terlibat perang saudara.47

Bahwa para sahabat secara keseluruhan memiliki sifat ‘adil sebagai penyampai ajaran Rasul saw. juga dapat diterima secara rasional, sebab pengorbanan mereka, baik jiwa maupun harta, loyalitas mereka kepada Rasul saw. ditambah keimanan dan pendirian mereka yang kuat dalam membela Islam, semua itu membuktikan bahwa mereka memiliki sifat-sifat ‘adalah, dan mereka lebih utama dari generasi-generasi yang datang sesudahnya.

Sikap kritis yang ditunjukkan oleh sebagian ulama terhadap keberadaan sahabat dalam periwayatan hadis dapat dipandang sebagai suatu kewajaran. Karena sebagaimana dipahami bahwa Hadis merupakan sumber kedua dari ajaran Islam setelah Alquran sehingga kesahihannya mutlak harus diperhatikan.

44Ahmad Amin, Fajr al-Islam (Kairo: Maktabah an-Nahdah al-Misriyyah, 1975), h.216-217.

45Ibn ‘Abd al-Barr, al-Isti’ab fi Asma’ al-Ashab, Jilid 1 (Mesir: Matba’ah as-Sa’adah, 1328 H), h. 9.

46Al-Khatib al-Bagdadi, al-Kifayah fi ‘Ilm ar-Riwayah (t.tp: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, t.t.), h. 49.

47Nur ad-Din ‘Itr, Manhaj an-Naql fi ‘Ulum al-Hadis (Damaskus: Dar al-Fikr, 1401 H/ 1981 M), h. 79.

Keadilan sahabat tidak perlu diuji dalam menerima hadis yang diriwayatkannya, karena peranan mereka dalam periwayatan hadis dinilai sangat penting; khususnya mereka yang termasuk sahabat-sahabat yang dikabarkan ahli surga48 dan kibar as-sahabah. Melalui perantaraan para sahabat inilah hadis Nabi diperdapat setelah beliau wafat, baik melalui

sahifah-sahifah maupun berupa hafalan.