• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nifaq: Pengertian dan Jenis-Jenisnya

Dalam dokumen Khazanah Ilmu Ushuluddin : Seri 2 Buku Daras (Halaman 133-140)

Hal-hal yang Bertentangan dengan Akidah

D. Nifaq: Pengertian dan Jenis-Jenisnya

Nifaq (قاافنلا) secara bahasa (lughatan) adalah mashdar dari

naafaqa-yunaafiqu yang berasal dari kata an-naafiqaa' (ءاقفانلا) yaitu salah satu lobang

tempat keluarnya yarbu' (hewan sejenis tikus) dari sarangnya, dimana jika ia dicari dari lobang yang satu maka akan keluar dari lobang yang lain. Disebut demikian karena orang munafik masuk ke dalam Islam dari satu pintu dan keluar darinya melalui pintu lain. Dikatakan pula ia berasal dari kata an-nafaq (قفنلا) yaitu lobang tempat bersembunyi.41

Adapun menurut istilah (syar`an), nifaq adalah menampakkan Islam dan kebaikan tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan.42 Karenanya Allah Swt. berfirman:                    

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf dan mereka menggenggamkan tangannya.43 Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.”(At-Taubah:

67).

Allah Swt. Yang Maha Tahu lagi Maha Bijaksana banyak menyebutkan sifat-sifat orang-orang munafik di dalam Al-Qur'an untuk mengungkap rahasia dan kedok mereka serta menjelaskan karakter mereka, mengingat besarnya bahaya keberadaan mereka yang tersembunyi di tengah-tengah masyarakat Muslim. Tentang sifat-sifat orang-orang munafik tersebut Allah jelaskan antara lain di surah Al-Baqarah ayat 8 hingga ayat 16.

Karakter orang munafik mempunyai bentuk lain, berbeda dengan mukmin sejati atau kafir yang terang-terangan. Sifat orang kafir jelas, terlalu berani, keras kepala dan sombong. Baik orang kafir yang senantiasa membenci dan menentang Rasul Allah seperti kaum jahiliyah, atau kafir yang tidak beriman kepada Allah dan mengingkari adanya tuhan sama sekali seperti orang-orang komunis dan atheis, atau kafir Ahli Kitab yang

41Lihat: Muhammad bin Makram bin Manzhur, op.cit, X/357; Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan, op.cit, h. 72.

42Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan, ibid.

mengada-adakan atas nama Allah. Bagi kaum mukmin tidak terlalu sulit menghadapi mereka, sebab telah jelas keyakinannya dan jelas pula sikap yang harus dibangun terhadapnya.

Akan tetapi yang lebih membahayakan bagi kaum mukmin ialah menghadapi orang-orang munafik yang menghiasi lisannya dengan kejujuran dan keimanan kepada Allah, Rasul dan kitabNya, padahal hatinya busuk, mereka menyimpan kebencian kepada orang-orang mukmin yang adakalanya melebihi kebencian orang-orang kafir sekalipun. Mereka tidak secara terang-terangan menentang Islam, melainkan dengan menyusupkan jarum-jarum fitnah dan memperalat sekelompok umat Islam atau penguasa Muslim untuk merusak Islam.

Nifaq ada 2 jenis: nifaq i'tiqadi dan nifaq 'amali. [1]. Nifaq I'tiqadi (keyakinan)

Nifaq i'tiqadi (keyakinan) yaitu nifaq akbar (besar), dimana pelakunya menampakkan keislaman dan kebaikan secara lahir tetapi menyembunyikan kekufuran dan kejahatan secara batin. Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam dan berada di kerak neraka.44 Firman Allah:

           

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi

mereka.”(An-Nisaa': 145).

Allah menyifati para pelakunya dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman, mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh agama untuk bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafik jenis ini senantiasa ada pada setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam sedang mereka tidak mempu membendungnya secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti ini mereka masuk kedalam agama Islam untuk melakukan tipu daya terhadap Islam dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga mereka bisa hidup bersama umat Islam tanpa terganggu jiwa dan harta benda mereka. Karena itu seorang munafik menampakkan keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,

kitabNya dan Hari Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini ada 4 macam:

1. Mendustakan Rasulullah Saw. atau mendustakan sebagian dari apa yang beliau bawa.

2. Membenci Rasulullah Saw. atau membenci sebagian yang beliau bawa. 3. Merasa gembira dengan kemunduran agama Rasulullah Saw. 4. Tidak senang dengan kemenangan agama Rasulullah Saw.45

[2]. Nifaq `Amali (perbuatan)

Nifaq `amali (perbuatan) atau biasa disebut juga dengan nifaq ashgar (kecil) yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, sedang iman masih tetap ada di dalam hati pelakunya. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, tetapi merupakan wasilah (perantara) kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak, maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia kedalam nifaq sesungguhnya (nifaq i'tiqadi atau nifaq besar)46, berdasarkan sabda Rasulullah Saw.:

« ِهْيِف ْتَناَك ْنَم َو .اًصِلاَخ اًقِفاَنُم َناَك ِهْيِف َّنُك ْنَم ٌعَب ْرَا ٌةَلْصَخ اَك َّنُهْن ِم َّنلا َن ِم ٌةَلْصَخ ِهْيِف ْتَن ِقاَف َهاَع اَذِا َو َب َذَك َثَّدَحاَذِا َو َناَخ َن ِمُت ْؤَا اَذِا .اَهَعَدَي ىَّتَح َرَدَغ َد اَخ اَذِا َو هيلع قفتم(َ رَجَف َمَص ( .»

“Ada empat hal yang jika kesemuanya terdapat pada diri seseorang maka ia menjadi munafik sesungguhnya dan jika seseorang memiliki kebiasaan salah satu daripadanya maka berarti ia memiliki satu kebiasaan (ciri) nifaq sampai ia meninggalkannya: bila dipercaya ia berkhianat, bila berbicara ia berdusta, bila berjanji ia memungkiri dan bila bertengkar ia berucap kotor.”

(Muttafaqun `alaih).

Terkadang pada diri seorang hamba berkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan buruk, kebiasaan-kebiasaan iman dan kebiasaan-kebiasaan kufur dan nifaq. Karena itu ia mendapatkan pahala dan siksa sesuai dengan konsekuensi dari apa yang ia lakukan seperti malas dalam melakukan shalat berjamaah di mesjid. Ini adalah diantara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat berbahaya, karena itulah para Sahabat Rasulullah Saw. sangat takut jikalau mereka terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi Mulaikah berkata,”Aku bertemu

45Ibid.

dengan 30 sahabat Rasulullah Saw., mereka semua takut kalau-kalau ada nifaq di dalam dirinya.”

Pembagian nifaq atau kemunafikan seperti yang dijelaskan di atas penting untuk diketahui setiap mukmin sebab tidak sedikit kaum Muslimin yang memahami bahwa kemunafikan itu hanya ada satu macam yaitu nifaq

i’tiqadi atau nifaq besar saja, sehingga menyebabkan mereka salah dalam

menetapkan hukum khususnya terhadap orang-orang yang hanya melakukan nifaq secara perbuatan sedangkan hatinya masih tetap beriman. Misalnya dalam menafsirkan ayat 145 dari surah An-Nisa’: “Sesungguhnya orang-orang munafiq itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling

bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.”

Mereka tetapkan ancaman hukuman yang Allah tegaskan pada ayat ini juga terhadap orang yang ‘sekedar’ punya sifat kemunafikan, padahal ancaman tersebut sesungguhnya mengarah kepada pelaku nifaq i’tiqadi atau nifaq besar.

Berikut beberapa perbedaan antara nifaq besar dan nifaq kecil47:

1. Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkannya dari agama Islam.

2. Dalam nifaq besar terdapat perbedaan antara lahir dengan batin dalam hal keyakinan, sedangkan dalam nifaq kecil terdapat perbedaan antara lahir dengan batin dalam hal perbuatan, bukan dalam keyakinan karena batinnya tetap beriman.

3. Nifaq besar tidak terjadi pada diri seorang mukmin sebab nifaq besar dan iman mustahil berkumpul secara bersamaan pada diri seseorang. Adapun nifaq kecil mungkin saja terjadi pada diri seorang mukmin.

4. Pada umumnya pelaku nifaq besar tidak kunjung bertaubat hingga akhir hayatnya, seandainyapun ia bertaubat, maka ada perbedaan pendapat diantara ulama tentang diterima atau tidak taubatnya dihadapan hakim. Adapun pelaku nifaq kecil terkadang bertaubat kepada Allah, maka Allah menerima taubatnya.

E. Penutup

Suatu wadah yang ingin diisi dengan sesuatu yang bersih haruslah terlebih dahulu dikosongkan dan dibersihkan dari segala kotoran. Misal, satu gelas yang dipenuhi kotoran tidak patut diisi dengan minuman susu, hingga ia dibersihkan dari kotoran tersebut. Ini suatu ketentuan yang diterima oleh setiap orang yang berakal. Demikian pula hal-hal lain yang berfungsi sebagai wadah, seperti hati manusia yang menjadi wadah bagi perasaan, sifat, dan keyakinannya. Apabila hatinya telah dipenuhi dengan sifat dan keyakinan yang batil, maka selama itu pula ia tidak mempunyai tempat untuk sifat dan keyakinan yang benar. Sebab keduanya, yaitu yang haq dan yang batil, keimanan dan kekufuran atau kemunafiqan tidak bisa berkumpul secara bersamaan dalam satu hati manusia. Allah Swt. berfirman:

        

“Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.”(Al-Ahzab: 4).

Rasulullah Saw. bersabda:

« ْتَحَلَص اَذِإ ًةَغْضُم ِدَسَجْلا ىِف َّنِإ َو َلاَأ َلاَأ . ُهُّلُك ُدَسَجْلا َدَسَف ْتَدَسَف اَذِإ َو ، ُهُّلُك ُدَسَجْلا َحَلَص ُبْلَقْلا َىِه َو » .

“Ingat! Sesungguhnya pada jasad terdapat segumpal darah. Apabila ia baik maka seluruh jasad akan baik. Dan apabila ia rusak maka seluruh jasad akan rusak pula. Ingat dialah hati.”

(HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah).

Oleh karenanya, wajib bagi seorang mukmin untuk selalu membersihkan dan memurnikan hatinya dari mencintai dan mendekati segala sesuatu dan orang-orang yang sesungguhnya dibenci oleh Allah Swt. Karena hati yang telah mencintai hal-hal demikian, dikhawatirkan tidak bisa mencintai Allah dan RasulNya. Sebab pada dasarnya dua cinta yang bertentangan tidak mungkin berkumpul secara bersamaan dalam satu hati. Mustahil seseorang mencintai Allah dengan sesungguhnya, sementara ia juga mencintai musuh-musuhNya dan segala yang dibenciNya. Ini sesuatu yang bertentangan dengan logika sehat manusia. Oleh sebab itu Allah telah berfirman:                     

“Engkau tiada memperoleh kaum yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, bahwa mereka mengasihi orang-orang yang menentang Allah dan rasulNya, meskipun mereka itu bapak, anak, saudara atau kaum kerabat mereka.”(Al Mujadalah: 22).

BIBLIOGRAFI

Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Qurthubi, Jami' li Ahkami

al-Qur'ani al-Karim, Jilid I (Kairo: Dar al-Kutub al-Mishriyyah, 1964)

Abu al-Husain bin al-Hajjaj al-Qusyairy an-Naisabury (w. 261 H), Shahih

Muslim, http://www.islamic-council.com, Kitab al-Fitan wa Asyrati

as-Saa`ah, XVIII/No. 7483.

Ibnu Qayyim Jauziyyah (w. 751 H), Raudhatu Muhibbin wa Nuzhatu

al-Musytaqin, Dar al-Kutub al-`Ilmiyyah, Beirut, 1412 H

Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, I`lam al-Muwaqqi`in `an Rabbi al-`alamin, Dar al-Jil, Beirut, 1973 M

Muhammad bin Makram bin Manzhur (wafat thn. 711 H), Lisaan al-`Arab, Daar Shaadir, Beirut, t.t.,

Nukhbah min al-`Ulama', Ushulu al-Iman fi Dhaw'i al-Kitab wa as-Sunnah, http://www.al-islam.com, 1421 H

Shalih bin Fauzan bin Abdillah al-Fauzan, Aqidah at-Tauhid, http://www.alfawzan.wsAlFawzanbooks2.pdf,

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Syarah `Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama`ah, Pustaka Imam Syafi`i, Bogor, 2006 M

Ajaran Iktizal Ushul al-Khamsah dan Ajaran

Dalam dokumen Khazanah Ilmu Ushuluddin : Seri 2 Buku Daras (Halaman 133-140)