• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lampung

Abstrak

Perubahan medan magnetik dijadikan objek yang ditinjau dalam Materi Induksi Elektromagnetik. Alat praktikum nyata sulit menvisualisasikan perubahan medan magnetik terjadi saat magnet bergerak terhadap kumparan. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan praktikum visrtual laboratory menjadi pilihan yang tepat untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Salah satu upaya guru agar siswa tidak hanya mencapai tujuan pembelajaran kognitif produk tetapi juga proses (KPS siswa), guru membutuhkan LKS untuk mengoptimalkan praktikum virtual laboratory. Tujuan penelitian pengembangan ini untuk mengetahui bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory pada Materi Induksi Elektromagnetik, mengetahui hasil belajar ranah kognitif produk dan KPS siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan. Subjek penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah siswa kelas IX SMPN 1 Bandar Lampung. Penelitian pengembangan ini memiliki tujuh tahapan pengembangan yang terdiri dari analisis kebutuhan, identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk, pengembangan produk, uji internal (uji materi, uji desain, uji kesesuaian RPP dengan LKS yang dikembangkan dan alat praktikum virtual laboratory, uji kualitas LKS, dan uji satu lawan satu), uji eksternal (uji kelompok kecil, uji kemenarikan dan kemudahan LKS), dan produksi. Berdasarkan penelitian pengembangan ini, dapat disimpulkan bahwa bentuk LKS yang dikembangkan dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory pada Materi Induksi Elektromagnetik. Hasil belajar kognitif produk setelah menggunakan LKS hasil pengembangan belum dapat menuntaskan tujuan pembelajaran kognitif produk. KPS siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan telah dapat menuntaskan tujuan pembelajaran KPS.

Kata Kunci:LKS, praktikum virtual laboratory, Induksi Elektromagnetik, KPS, Hasil belajar

PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika tidak hanya menekankan pada suatu penguasaan kumpulan pengetahuan, tetapi juga suatu proses penemuan. Hal ini mengakibatkan proses penguasaan kumpulan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran ditekankan pada pemberian pengalaman langsung. Oleh karena itu, pembelajarannya dilaksanakan dengan menggunakan model inkuiri dan metode eksperimen.

Model inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran berpusat pada siswa (Student Center Learning). Model inkuiri cocok digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena pembelajarannya menekankan pada proses penemuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Suyanto (2006:11) yang menyatakan bahwa esensi dari model pembelajaran inkuiri untuk melibatkan siswa dalam masalah yang sesungguhnya dengan cara memberikan tantangan kepada suatu area (lingkup) penyelidikan, membantu mereka untuk mengidentifikasi suatu masalah secara konseptual atau bersifat metodologis, dan merekayasa mereka untuk merancang cara pemecahan masalah tersebut. Pernyataan tersebut secara impilit mengungkapkan bahwa materi pelajaran tidak diberikan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model tersebut. Melainkan siswa dituntut untuk mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing.

Model inkuiri terbagi menjadi berbagai jenis inkuiri. Tentunya, pemilihan jenis inkuiri yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bergantung pada kondisi siswa yang ada di sekolah. Berdasarkan hasil wawancara tak langsung dengan guru yang mengajar di kelas IX SMPN 1 Bandar Lampung, guru belum pernah menggunakan model pembelajaran inkuiri. Model inkuiri yang belum pernah digunakan dalam proses

pembelajaran di kelas IX SMPN 1 Bandar Lampung mengakibatkan siswa belum berpengalaman belajar dengan model inkuiri sehingga guru perlu menyediakan bimbingan dan petunjuk dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, model yang cocok digunakan dalam penelitian pengembangan yang dilaksanakan di IX SMPN 1 Bandar Lampung adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry).

Keunikan dari model pembelajaran tipe inkuiri terbimbing dibandingkan dengan tipe lainnya menurut Trowbridge dalam Sahrul (2009:1) adalah guru dapat memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran. Selain itu, Inkuiri terbimbing biasanya digunakan terutama bagi siswa-siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan inkuiri. Oleh karena itu, pembelajaran di SMPN 1 Bandar Lampung yang belum terbiasa dengan penggunaan model inkuiri membuat jenis inkuiri terbimbing menjadi pilihan.

Metode yang sesuai dengan model inkuiri terbimbing dan tepat digunakan dalam pembelajaran fisika adalah metode eksperimen. Hal ini dikarenakan cara penyajian pembelajarannya bersifat pemberian pengalaman langsung. Djamarah & Zain (2010:84) mengungkapkan bahwa cara penyajian pembelajaran dalam metode eksperimen berkarakteristik siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Selain itu, sejumlah kegiatan mengekspesikan pengalaman langsung didalam metode eksperimen di mana siswa diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen sendiri berdasarkan langkah-langkah yang telah ditentukan, yaitu mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu.

Pemilihan dan penyelenggaraan metode pembelajaran tidak hanya memperhatikan karakteristik siswa dan jenis pelajaran yang dibelajarkan, namun materi pembelajaran yang dibelajarkan perlu diperhatikan. Garis medan magnetik yang merupakan objek yang akan ditinjau dalam Materi Induksi Elektromagnetik membuat guru dituntut dapat menyelenggarakan praktikum di mana garis medan magnetik seolah-olah dapat diamati. Alat praktikum nyata belum tentu dapat memvisualisasikan garis medan magnetik agar dapat terlihat sehingga praktikum dilakukan bersifat virtual yang diselenggarakan dalam laboratorium virtual atau

virtual laboratory. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008:851 dan 1801), laboratorium virtual adalah ruangan yang dilengkapi dengan peralatan khusus untuk melakukan percobaan maya. Peralatan tersebut software dan hardware yang mendukung percobaan maya. Software dapat berupa suatu multimedia interaktif dan hardware dapat berupa seperangkat komputer, LCD, dan sebagainya yang dapat mendukung dilakukannya percobaan maya. Berdasarkan hasil observasi secara langsung di SMP N 1 Bandar Lampung mengungkapkan bahwa SMPN 1 Bandar Lampung sudah memiliki LCD dan seperangkat komputer yang ada di dalam laboratorium multimedia. Hal ini menjadikan penyelenggaraan praktikum virtual laboratory dalam kegiatan pembelajaran adalah pilihan yang tepat.

Selain karakteristik siswa, jenis pelajaran yang dibelajarkan, dan materi pembelajaran, Trianto (2011:137) juga mengungkapkan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan pelaksanaan praktikum adalah pengadaan alat dan bahan dan ketersediaan waktu. Dari segi alat dan bahan, jumlah alat dan bahan di dalam melakukan sebuah percobaan harus cukup untuk tiap siswa sehingga siswa dapat merasakan sendiri pengalaman dari kegiatan percobaan yang dilakukan. Selain itu, kondisi alat dan bahan yang akan digunakan harus baik dan bersih sehingga sebelum melakukan praktikum atau percobaan diperlukan persiapan untuk mengecek masing-masing alat dan bahan. SMPN 1 Bandar Lampung yang sudah memiliki satu LCD di setiap kelas dan laboratorium, jumlah perangkat komputer yang sesuai dengan rombel siswa dalam laboratorium multimedia, dan setiap siswa juga telah memiliki laptop, menjadikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyeleggaraan pelaksanaan praktikum tidak perlu dikhawatirkan dan dapat dipastikan penyelenggaraan praktikum dalam berjalan dengan lancar dan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

Banyak sekali jenis sajian multimedia yang dapat mendukung metode eksperimen. Salah satunya adalah format sajian multimedia. Tujuan format sajian ini adalah pengguna diharapkan dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang dilakukan secara maya. Format sajian ini lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum dalam laboratorium fisika. Format sajian ini menyediakan serangkaian alat dan bahan yang kemudian dilanjutkan dengan

kegiatan eksperimen berdasarkan petunjuk yang telah disediakan (Daryanto, 2010:54). Contoh sajian multimedia yang menampilkan cara eksperimen adalah berbagai eksperimen maya yang dikembangkan Universitas Colorado dalam bentuk program PhET. Siswa seolah-olah melakukan serangkaian kegiatan eksperimen (mulai dari menyiapkan dan merangkai alat dan bahan sampai melakukan percobaan) dalam sajian multimedia percobaan.

Penyelenggaraan praktikum belum cukup dengan mengandalkan adanya media. Perlu adanya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dapat mengoptimalkan media tersebut sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Hal ini dikarenakan LKS memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa, membuat penilaian tidak hanya dilihat dari segi hasil belajar kognitif produk tetapi juga proses (Keterampilan proses sains siswa) (Trianto, 2010:222). Selain itu, belum ada LKS yang dapat mendukung program PhET yang digunakan dalam kegiatan praktikum. Menindaklanjuti kondisi tersebut, Penulis mencoba memberikan alternatif dengan membuat LKS yang dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory Materi Induksi Elektromagnetik. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian

pengembangan dengan judul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk Mengoptimalkan Praktikum

Virtual Laboratorypada Materi Induksi Elektromagnetik.”

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory pada Materi Induksi Eketromagnetik, hasil belajar kognitif produk dan KPS siswa yang menggunakan LKS yang telah dikembangkan.

METODE

Subjek penelitian dalam penelitian pengembangan ini adalah seluruh siswa kelas IX SMPN 1 Bandar Lampung pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas dengan masing-masing kelas berjumlah 24 orang.

Penelitian pengembangan dalam penelitian ini berpedoman pada prosedur pengembangan Suyanto dan Sartinem (2009:322). Prosedur pengembangan ini memiliki tujuh tahap pengembangan produk, yaitu: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) pengembangan produk, (5) uji internal: uji kelayakan produk, (6) uji eksternal: uji kemanfaatan produk oleh pengguna, dan (7) produksi.

Tahap analisis kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara langsung terhadap salah satu orang guru Fisika SMPN 1 Bandar Lampung. Tahap identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan cara observasi langsung di SMPN 1 Bandar Lampung. Tahap identifikasi spesifikasi produk diawali dengan melakukan analisis kurikulum, kemudian menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan jumlah LKS, dan menentukan format LKS yang dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan hasil identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan. Hasil dari identifikasi sumber daya dijadikan sebagai panduan untuk tahap pengembangan produk. Tahap pengembangan produk dilakukan dengan cara merancang produk berdasarkan tahap sebelumnya yang disesuaikan dengan KPS yang dapat dimunculkan dalam LKS yang dikembangkan. Hasil dari pengembangan produk ini menjadi prototipe I. Tahap uji internal dilakukan dengan cara menguji prototipe I melalui uji materi, uji desain, uji kualitas LKS, uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikum virtual laboratory, dan uji satu lawan satu. Kelima uji tersebut menghasilkan data kualitatif. Selanjutnya dilakukan revisi berdasarkan hasil yang telah diperoleh. Hasil revisi uji internal dijadikan sebagai prototipe II. Tahap uji eksternal dilakukan dengan cara menggunakan LKS dalam kondisi pembelajaran yang sebenarnya untuk melihat hasil belajar kognitif produk, KPS, keefektifan produk, kemenarikan, dan kemudahan menggunakan produk. Hasil prototipe II akan dikenakan uji eksternal yaitu uji kebermanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini, produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai media belajar. Desain penelitian yang digunakan dalam uji kebermanfaatan produk oleh pengguna adalah desain one shot study case di mana sampel diberikan treatment yaitu penggunaan produk di dalam pembelajaran kemudian sampel diberi soal

posttest dilihat dalam segi ketercapaian tujuan pembelajaran kognitif produk. Gambar Desain one shot study case dapat dilihat pada gambar 1. Sebelum posttest dilakukan, instrumen soal posttest diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Setelah valid dan reliabil, uji Keefektivan produk (LKS) dilihat dari segi

ketercapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dilakukan di kelas IX.3 yang berjumlah 24 orang siswa. Tentunya penilaian tidak hanya dilakukan dengan memberikan soal posttest, namun penilaian KPS siswa juga dilakukan selama proses pembelajaran.

Gambar 1. Desain One Shot Case Study

Di mana X: Treatment, penggunaan produk O: Hasil belajar siswa, posttest

Selain uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna dari segi keefektivan produk dilihat dalam segi ketercapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa, uji coba kemanfaatan produk oleh pengguna juga dilihat dalam segi kemenarikan dan kemudahan menggunakan produk. Kemudian dilakukan revisi berdasarkan hasil dari uji eksternal dan dijadikan sebagai prototipe III. Prototipe III merupakan produk yang diproduksi dalam penelitian pengembangan ini.

Secara keseluruhan, data, jenis data, sumber data, dan jenis instrumen penilaian yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data, Jenis Data, Sumber Data, dan Jenis Instrumen Penilaian

No Data Jenis data Sumber Data Jenis Instrumen

Penilaian

1. Uji desain Data Kualitatif Satu orang dosen yang

ahli desain Lembar angket

2. Uji materi Data Kualitatif Satu orang dosen yang

ahli materi Lembar angket

3.

Uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikum

virtual laboratory

Data Kualitatif Dua orang dosen yang

ahli dalam bidang sains Lembar angket

4. Uji Kualitas LKS Data Kualitatif

Dua orang guru fisika SMPN 1 Bandar

Lampung

Lembar angket

5. Uji kemanarikan dan

kemudahan

Data

Kuantitatif siswa-siswa kelas IX.3 Lembar angket

6.

Uji keefektivan dalam segi ketercapaian tujuan pembelajaran kognitif

produk

Data

Kuantitatif siswa-siswa kelas IX.3 Tes Hasil Belajar

7. Uji keefektivan dalam segi KPS Siswa

Data

Kuantitatif siswa-siswa kelas IX.3 Lembar Observasi

Teknik analisis data penilaian untuk uji materi, uji desain, uji kualitas LKS, dan uji kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikum virtual laboratory memiliki 2 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan,

yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Revisi dilakukan pada konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”, atau

para ahli memberikan masukan khusus terhadap LKS yang sudah dibuat. Sedangkan teknik analisis instrumen penilaian uji kemudahan dan uji kemenarikan LKS memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten

pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik” atau “sangat mudah”, “mudah”, “sulit” dan “sangat sulit”. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam Tabel 2. Data kemenarikan dan kemudahan LKS sebagai sumber belajar diperoleh dari siswa sebagai pengguna. Angket respon terhadap penggunaan produk.

Tabel 2. Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban

Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor

Sangat menarik Sangat mudah 4

Menarik Mudah 3

Kurang menarik Sulit 2

Tidak menarik Sangat sulit 1

Rumus yang digunakan untuk menentukan kemenarikan dan kemudahan LKS yang dikembangkan adalah sebagai berikut: (1) dengan (2) Keterangan: = rata-rata akhir

= nilai uji operasional angket tiap siswa banyaknya siswa yang mengisi angket

Hasil penilaian uji ahli desain dan isi diinterpretasikan ke dalam kriteria pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Penilaian untuk Uji Kemenarikan dan Kemudahan dalam Tahap Eksternal

Skor Kualitas Pernyataan kualitas aspek

kemenarikan

Pernyataan kualitas aspek kemudahan

3,26-4,00 Sangat menarik Sangat mudah

2,51-3,25 Menarik Mudah

1,76-2,50 Kurang menarik Sulit

1,01-1,75 Tidak menarik Sangat sulit

Sumber: Suyanto & Sartinem (2009:227)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis kebutuhan dalam penelitian pengembangan ini adalah dibutuhkannya LKS dalam kegiatan pembelajaran yang mengacu pada model inkuiri terbimbing dan metode eksperimen dengan memberdayakan sumber, media, dan fasilitas belajar yang disediakan sekolah agar pembelajaran berpusat pada siswa, memudahkan guru untuk memonitor kegiatan, mengembangkan keterampilan proses siswa, dan mengarahkan siswa dalam menemukan konsep.

Hasil identifikasi sumber daya berdasarkan kebutuhan adalah dibutuhkannya perangkat komputer atau

laptop untuk melaksanakan praktikum virtual laboratory dan sumber belajar yang dapat mendukung LKS. Berdasarkan hasil identifikasi sumber daya, SMPN N 1 Bandar lampung memiliki potensi yang besar dalam pelaksanaan praktikum virtual laboratory. Hal ini dikarenakan sekolah telah memiliki la-boratorium komputer yang lengkap, jaringan hotspot, setiap siswa memiliki laptop, ruang kelas yang telah dilengkapi perlengkapan multimedia, dan setiap siswa telah memiliki sumber belajar pendukung LKS.

Hasil identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna adalah Materi yang menjadi pokok bahasan dalam LKS yang dikembangkan adalah Materi Induksi Elektromagnetik, LKS yang dikembangkan berjumlah empat LKS dengan judul-judul LKS meliputi: GGL induksi, faktor-faktor GGL induksi, generator dan transformator, LKS yang dikembangkan mengacu pada model inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen, dan penugasan disetiap kegiatan dalam LKS yang dikembangkan dapat memunculkan KPS siswa.

Hasil pengembangan produk mengacu pada hasil identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna. Hasil pengembangan produk dijadikan prototipe I.

Hasil Uji internal dalam penelitian pengembangan ini adalah tidak adanya revisi LKS dari segi materi dan adanya revisi LKS dari segi desain, kualitas LKS, keterbacaan produk, dan kesesuaian RPP dengan LKS dan alat praktikum virtual laboratory. Hasil revisi LKS dijadikan sebagai prototipe II.

Hasil uji eksternal dalam penelitian pengembangan ini berupa bentuk LKS yang dapat mengoptimalkan praktikum virtual laboratory, data hasil belajar kognitif produk dan KPS siswa setelah menggunakan produk, data keefektifan LKS dilihat dari segi pencapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa, data kemenarikan dan kemudahan menggunakan produk.

Tabel 4. Rangkuman Hasil Belajar Kognitif Produk

No. Jenis LKS Nomor

Soal Nilai Rata- rata siswa Jumlah Siswa yang lulus KKM 80 Persentase siswa yang lulus KKM Ketuntasan tujuan pembelajaran 1. LKS GGL induksi 1, 2, 7 79 2 8,3 % Tujuan pembelajaran

belum tuntas 2. LKS Faktor-faktor GGL

Induksi 3 86 16 67 %

Tujuan pembelajaran belum tuntas

3. LKS Generator 4 47 5 21 % Tujuan pembelajaran

belum tuntas 4. LKS Transformator 5, 6 54 1 4,1 % Tujuan pembelajaran

belum tuntas

Hasil hasil belajar kognitif produk siswa dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4, persentase siswa yang tuntas tujuan pembelajaran setelah menggunakan LKS GGL induksi, faktor-faktor GGL induksi, generator, dan transformator ≤ 75 % siswa. Oleh karena itu, hasil belajar kognitif produk siswa setelah menggunakan LKS hasil pengembangan belum dapat menuntaskan tujuan pembelajaran kognitif produk.

Hasil belajar KPS siswa dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5, persentase siswa yang tuntas tujuan pembelajaran setelah menggunakan LKS GGL induksi, faktor-faktor GGL induksi, generator, dan

transformator ≥ 75 % siswa. Oleh karena itu, hasil belajar KPS siswa setelah menggunakan LKS hasil

pengembangan sudah dapat menuntaskan tujuan pembelajaran KPS siswa.

Tabel 5. Rangkuman Hasil Belajar KPS Siswa

No. Jenis LKS Persentase ketercapaian tujuan

pembelajaran KPS

Ketuntasan tujuan pembelajaran KPS

1. LKS GGL Induksi 83 % Tujuan Pembelajaran KPS tuntas

2. LKS Faktor-faktor GGL

Induksi

88 % Tujuan Pembelajaran KPS tuntas

3. LKS generator dan LKS

transformator

75 % Tujuan Pembelajaran KPS tuntas

Hasil keefektifan LKS dilihat dari segi pencapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa dapat dilihat dari Tabel 6. Berdasarkan Tabel 6, LKS tidak efektif dilihat dari pencapaian tujuan pembelajaran kognitif produk dan KPS siswa.

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Keefektifan Produk dari Segi Ketercapaian Tujuan Pembelajaran KPS Siswa

dan Kognitif Produk

No. Jenis LKS

Persentase ketercapaian tujuan pembelajaran KPS dan

kognitif produk

Hasil kualitas Keefektifan LKS dalam segi KPS dan kognitif

produk

1. LKS GGL Induksi 33 % LKS belum efektif

2. LKS Faktor-faktor GGL

Induksi 58 % LKS belum efektif

3. LKS generator dan LKS

transformator 4,1 % LKS belum efektif

Hasil uji kemudahan dapat dilihat pada Tabel 7. Berdasarkan Tabel 7, didapatkan kesimpulan bahwa seluruh LKS yang dikembangkan memiliki nilai kuantitas kemudahan 3,26 dengan kategori sangat mudah.