• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Biologi, Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Abstrak

Teknik Card Sort dan Index Card Match dapat digunakan untuk pembelajaran aktif di kelas. Kedua teknik ini dapat membuat siswa aktif berpikir (mental) dan aktif bergerak (fisik) secara berkelompok dalam proses pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pemahaman dan menguasai konsep yang dipelajari. Namun, pada Card Sort keaktifan siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil, sedangkan IndexCard Match dibentuk dari kelompok besar menjadi kelompok kecil (berpasangan). Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui strategi pembelajaran aktif teknik card sort dengan teknik index card match pada konsep sistem reproduksi. Populasi penelitian ini adalah siswa SMAN 05 Depok. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain Two GroupPretest-postest design. Sampel ditentukan dengan teknik simple randomsampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen satu dengan kelas eksperimen dua. Hasil ini diperoleh dari thitung 2,98 dan ttabel 1,99 (2,98 > 1,99) pada taraf signifikansi 5%. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar biologi antara siswa yang diajar melalui strategi pembelajaran aktif teknik card sort lebih baik (90,50) dibandingkan dengan teknik index card match (88) pada konsep sistem reproduksi manusia.

Kata kunci: Pembelajaran Aktif, Hasil Belajar, Card Sort dan Index Card Match

PENDAHULUAN

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 memiliki tujuan untuk membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mengemban amanat tersebut, pemerintah harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi dan efisiensi dalam pendidikan baik dalam hal manajemen maupun komponen-komponen yang terkait dalam pendidikan. Salah satu upaya pendidikan nasional dalam pemerataan pendidikan adalah dengan dibangun program wajib belajar 9 (Sembilan) tahun. Sistem pendidikan nasional terus menerus berupaya memberikan inovasi dalam kegiatan kependidikan (BNSP, 2006).

Sekolah sebagai salah satu lembaga yang penting dalam upaya mencerdaskan bangsa dan meningkatkan sumber daya manusia, sangat ditentukan oleh kualitas pendidikan yang terdapat didalamnya. Kualitas pendidikan di sekolah terlihat dari komponen-komponen yang terkait dalam suatu sistem yaitu guru, metode pembelajaran, kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah dan lain sebagainya. Komponen penting dalam sistem pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar.

Kegiatan belajar mengajar di sekolah, para guru cenderung belum mengoptimalkan pemilihan strategi pembelajaran baik bahan ajar, metode, teknik, maupun media pembelajaran. Ketidakoptimalan menjadikan pembelajaran tidak kreatif dan tidak menarik. Apalagi pembelajaran yang tidak menuntun siswa ikut serta aktif dalam proses belajar. Padahal kesuksesan siswa disertai dengan keaktifannya dalam berfikir, menyusun konsep, dan kebermaknaan dalam belajar (Warsita, 2008).

Keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas menjadikan mereka lebih mudah untuk memahami dan membuat materi pelajaran dapat lebih lama berada dalam memorinya. Salah satu strategi yang diharapkan dapat melibatkan lebih banyak kegiatan pembelajaran siswa secara komprehensif adalah strategi pembelajaran aktif (Rusdiana, 2006; Silberman, 2007).

Proses belajar yang mengaktifkan siswa tidak hanya mengandalkan guru dalam mendapatkan materi pembelajaran, namun dibutuhkan teknik yang tepat untuk mendukung aktivitas belajar didalamnya. Penggunaan teknik sebagai suatu cara untuk menyampaikan informasi dalam suatu pembelajaran diperlukan kreativitas guru, sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien sesuai dengan kesederhanaan fasilitas sekolah. Teknik yang dapat digunakan dengan fasilitas yang memadai adalah teknik card sort dan teknik

index card match.

Kedua tehnik ini menggunakan kartu sebagai alat bantu dalam pembelajaran (Silberman, 2007). Keduanya juga membantu siswa dalam memperkuat daya ingat setelah materi diberikan (Hamruni, 2011). Namun pada Card sort kartu dikelompokkan berdasarkan beberapa kategori mengenai materi pelajaran (Hamruni, 2011). Sehingga, siswa diaktifkan dengan mencari kartu yang memiliki kategori yang sama dengan memilah-milah kartu yang berada di tangan siswa lain (Kadir, 2008). Sedangkan kartu pada index card match dikelompokkan menjadi dua, yaitu kelompok yang berisikan pertanyaan dan kelompok yang berisikan jawaban (Yasin, 2008).

Berdasarkan perbedaan tersebut, maka diperlukan pengujian untuk membedakan efektifitas kedua tehnik ini dalam mempengaruhi hasil belajar. Oleh karena itu, dilakukannya perbandingan hasil belajar siswa antara teknik pembelajaran aktif teknik card sort dan index card match.

METODE

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian eksperimen jenis quasi experimental. Metode ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel- variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Arikunto, 2005). Dalam penggunaan metode penelitian ini, peneliti meniadakan kelas kontrol tetapi memberikan perlakuan kepada kedua kelas dan kemudian membandingkannya. Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan two group pretest and postest design, dimana penentuan kelompok eksperimen satu (E1) maupun kelompok eksperimen dua(E2) dipilih secara random (Sugiyono, 2007). Variabel penelitian dengan dua variabel, yaitu strategi pembelajaran dengan card sort sebagai variabel bebas satu (variabel X E1) dan index card match

sebagai variabel bebas dua (variabel X E2). Sedangkan hasil belajar biologi siswa sebagai variabel terikat (variabel Y).

Dalam penelitian ini, peneliti menentukan seluruh siswa SMAN 5 Depok yang terdaftar dalam semester 2 pada tahun ajaran 2012-2013 sebagai populasi target. Adapun untuk populasi terjangkaunya adalah SMAN 5 Depok kelas XI semester 2 tahun ajaran 2012-2013. Kemudian yang dijadikan sampel adalah dua kelas dari seluruh kelas XI yang ada di SMAN 5 Depok pada semester 2 tahun ajaran 2012-2013, dimana kelas XI A 5 sebagai kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) dan kelas XI A 4 sebagai kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2).

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes tertulis berupa pilihan ganda yang ditujukan untuk mengukur hasil belajar siswa. Sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengamati keterlaksanaan strategi pembelajaran aktifoleh guru dan partisipasi siswa dalam pembelajaran di kelas.

Teknik analisis data dalam penelitian ini diawali dengan pensekoran bentuk soal pilihan ganda sejumlah 35 soal. Adapun indikator hasil belajar merujuk pada Taksonomi Bloom pada tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penskoran data bentuk soal pilihan ganda yaitu setiap butir soal yang dijawab benar diberi skor 1, dan untuk butir soal yang dijawab dengan salah diberi skor 0. Kemudian data diuji kenormalitasannya dengan uji Liliefors, dan dengan uji Fisher untuk menguji kehomogenannya pada taraf signifikansi 0,05 (. Selanjutnya pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t (Sudijono, 2010).

Pada penelitian ini juga menggunakan lembar observasi yaitu mengamati keterlaksanaan penerapan Penggunaan kartu oleh peneliti. Lembar observasi ini digunakan oleh pengamat pada setiap kali pertemuan

proses pembelajaran. Adapun hasil pengamatan lembar observasi tersebut diolah dengan menghitung persentasenya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini dikumpulkan dua jenis data yakni kuantitatif dan kualitatif. Adapun data kuantitatif berupa tes bentuk pilihan ganda sejumlah 35 soal. Kemudian data kualitatif berupa lembar observasi keterlaksanaan proses pembelajaran. Berdasarkan hasil dari pengolahan data berupa tes kognisi dalam bentuk pilihan ganda kepada kedua kelas sebelum dan setelah perlakuan didapatkan statistik kemampuan siswa pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Data Sebelum dan Setelah Perlakuan

Data Statistik Eksperimen 1 Eksperimen 2 Pretes Postes Pretes Postes Nilai tertinggi 28 60 28 73 Nilai Terendah 60 100 63 97

Rata-rata 44 90,5 43 88

Simpangan baku 9,40 7,7 7,48 6,42

Jumlah siswa 45 45 44 44

Berdasarkan data rata-rata pretest di kedua kelas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang jauh di antara keduanya. Setelah diberikan perlakuan, didapatkan perbedaan hasil belajar dengan kelas yang menggunakan teknik card sort lebih baik dibandingkan ICM.

Berdasarkan hasil penghitungan uij-t pada data pretest diperoleh thitung < ttabel, (1,28<1,99) maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian bahwa hasil pretest kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) dan kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2) tidak berbeda nyata. Maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal siswa di kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) dan dan kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2) sebelum proses pembelajaran tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun setelah diberi perlakuan, maka hasil uji hipotesis pada skor posttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) dan kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2), dimana nilai thitung lebih dari ttabel (2,98>1,99). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil belajar biologi siswa antara kelas kelas yang diajar dengan teknik card sort

(E1) dan kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2) dalam pembelajaran aktif terdapat perbedaan yang signifikan, dimana penggunaan teknik card sort lebih baik dibandingkan dengan teknik index card match dalam strategi pembelajaran aktif.

Hasil belajar biologi siswa yang menggunakan teknik card sort lebih tinggi dari pada hasil belajar biologi siswa yang menggunakan teknik index card match sebesar 90,5 > 88. Walaupun peningkatan hasil belajar di kedua kelas ini dalam kategori tinggi, namun rata-rata ketercapaian penggunaan teknik belajar di kelas E2 lebih tinggi. Kondisi demikian juga dapat terlihat pada aktifitas siswa pada lembar observasi, dimana kelas E1 aktifitas siswa lebih tinggi dibandingkan dengan kelas E2. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran menggunakan teknik card sort siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas. Keaktifan tersebut ditunjukan pada saat siswa bersama-sama mencari kartu dengan kategori yang sama kemudian membentuk kelompok-kelompok kecil yang memiliki kategori yang sesuai. Hal ini sejalan dengan Widiastusi (2010), dari hasil penelitiannya menunjukan bahwa dengan menggunakan pembelajaran aktif teknik card sort

memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif baik aktif fisik yang ditunjukan dengan pencarian kartu yang satu kategori maupun aktif berkomunikasi yang ditunjukan dengan diskusi kelompok, memberikan

pertanyaan maupun menyajikan hasil kerja kelompok melalui presentasi. Menurut Roziq (2012) yang dalam penelitiannya mengatakan bahwa card sort lebih mengutamakan

pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara membuat kelompok-kelompok kecil, sehingga memungkinkan siswa untuk mendapatkan kelompok yang bervariatif dan lebih mudah dalam proses pembelajaran. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan pembentukan kelompok-kelompok kecil merupakan salah satu tujuan yang membuat siswa lebih mudah berdiskusi, dimana diskusi kelas merupakan aspek yang sangat penting dari pembelajaran aktif. Dari faktor-faktor tersebut maka dapat dikatakan bahwa penggunaan teknik card sort lebih efektif dibandingkan menggunakan teknik index card match.

Keefektifan kelas card sort dari pada index card match dapat dilihat dari hasil uji Peningkatan hasil belajar (N-Gain) yang menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan teknik card sort dengan siswa yang menggunakan teknik index card match, hasil yang diperoleh adalah bahwa kelas card sort lebih baik dari kelas index card match. dapat diamati dalam Tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Persentase Peningkatan Hasil Belajar (N-Gain) Kelas Berteknik Card Sort (E1) dan Kelas Berteknik Index Card Match (E2)

Kategori Persentase

(EI) (E2)

Tinggi 86,70 77,30

Sedang 13,30 22,70

Rendah 0 0

Kategori Tinggi Tinggi

Selama proses pembelajaran dilakukan penilaian aktifitas siswa oleh guru mata pelajaran sebagai observer, penilaian aktifitas siswa dalam pembelajaran mengacu pada lembar observasi dalam bentuk persentase nilai rata-rata kelompok dengan nilai maksimal 100% yang berkategori sangat baik. Hasil pengamatan dari tiga pertemuan oleh observer diperoleh nilai rata-rata pada kedua kelompok baik kelompok kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) maupun kelompok kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2). Adapun persentase hasil penilaian aktifitas siswa dalam pembelajaran diperoleh data yang digambarkan pada Tabel 2.

Tabel 3. Data Persentase (%) Hasil Penilaian Aktifitas Siswa Kelas Berteknik Card Sort (E1) dan Kelas Berteknik Index Card Match (E2)

Aktifitas Siswa Persentase Aktifitas Siswa (%)

E1 E2

Mendengarkan dengan aktif 80 79

Membaca buku siswa 93,3 80

Mengajukan pertanyaan seputar materi 82 80

Berdiskusi dengan anggota kelompok 90 82,3

Mengerjakan Lembar Kerja Siswa 82,3 80,7

Melakukan permainan kartu 100 90

Presentasi 77 79

Membuat Kesimpulan 87 79

Rata-rata 86,45 81,25

Kategori Baik Baik

Berdasarkan Tabel 3, persentase ketercapaian hasil penilaian aktifitas siswa dapat dilihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran. Hasil observasi tersebut, rata-rata yang diperoleh untuk kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) lebih tinggi dari kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2) yaitu sebesar 86,45% termasuk ke dalam kategori baik. Sedang kelas berteknik index card match

(E2) sebesar 81,25% dan juga dalam kategori baik. Hal tersebut terjadi karena pada dasarnya kedua teknik ini dapat membuat siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Seluruh indikator dicapai oleh kedua kelas, persentase setiap indikator di kelas eksperimen satu (E1) selalu lebih tinggi dari kelas eksperimen dua (E2). Bahkan pada indikator melakukan permainan kartu mencapai nilai 100%, hal ini menunjukan bahwa saat melakukan kegiatan pelaksanaan teknik card sort semua siswa terlibat dengan antusias yang tinggi. Tetapi pada indikator pelaksanaan presentasi, kelas yang diajar dengan teknik card sort (E1) memiliki nilai lebih kecil di bandingkan dengan kelas yang diajar dengan teknik index card match (E2) yakni sebesar 77% dan 79%. Hal ini disebabkan siswa kelas eksperimen dua (E2) lebih siap dan lebih baik dalam melaksanakan presentasi di kelas.

Terdapat perbedaan dari hasil penilaian observasi aktifitas siswa untuk kedua kelas, kelas yang menggunakan teknik card sort lebih tinggi dengan perolehan persentase 86,45% dari pada kelas yang menggunakan teknik index card match dengan perolehan persentase 81,25% (86,45% > 81,25% ), meski

memiliki kategori yang juga baik. Hal ini dikarenakan semua siswa mengikuti semua aspek dan indikator yang rata-rata memperoleh nilai 4 dari skor ideal 5 pada kelas yang menggunakan teknik card sort berbeda dengan kelas yang menggunakan teknik index card match rata-rata perolehan nilai 3,2 dari skor ideal 5. Kondisi ini menunjukan partisipasi siswa lebih baik pada kelas berteknik card sort dibandingkan dengan kelas berteknik index card match. Diketahui pula pada aspek mendengarkan dengan aktif, membaca buku siswa, mengajukan pertanyaan seputar materi, berdiskusi dengan anggota kelompok, mengerjakan lembar kerja siswa, melakukan permainan kartu dan membuat kesimpulan kelas yang menggunakan teknik card sort

lebih tinggi pencapaiaannya dibandingkan dengan kelas yang berteknik index card match. Dalam kegiatan pembelajaran menggunakan teknik card sort dan index card match peneliti menggunakan metode diskusi kelompok kecil yang disertai kartu sebagai alat bantu dari teknik yang digunakan. Tujuan penggunaan metode diskusi kelompok kecil yang membagi siswa ke dalam berbagai kelompok untuk lebih memfokuskan siswa pada kerja kelompok dan mengikuti langkah-langkah pembelajaran. Langkah pertama siswa menyimak materi yang disampaikan guru, setelah pemberian materi selesai, guru memberikan arahan untuk melakukan teknik pembelajaran menggunakan kartu, setelah siswa merasa siap melakukan permainan kartu, guru memberikan Lembar Kerja Siswa yang akan dikerjakan siswa setelah melakukan permainan kartu. Pada saat pelaksanaan teknik card sort siswa mencari kategori yang sesuai dengan kartu yang dimilikinya dan duduk bersama dalam satu kelompok kemudian mengerjakan LKS yang telah disediakan melalui proses diskusi bersama. Kemudian setelah diskusi selesai siswa diperkenankan melakukan presentasi hasil kerja kelompok masing-masing.

Pada pelaksanaan pembelajaran kelas E1 yang menggunakan teknik card sort terlihat siswa antusias melihat kartu-kartu yang dibawa oleh guru. Kemudian ketika siswa dijelaskan tentang mekanisme penggunaan teknik card sort awalnya siswa merasa bingung dan banyak bertanya yang menimbulkan suasana kelas menjadi gaduh. Tetapi setelah guru menerangkan penggunaan teknik card sort siswa mulai mengerti dan siswa mulai fokus menjalankan kegiatan pembelajaran. Pada saat pertemuan pertama siswa masih banyak yang harus mengingat mekanisme penggunaan teknik card sort terlebih jika siswa belum membaca materi yang akan dipelajari sebelumnya, sehingga pada saat pencarian teman dengan kategori yang sama, siswa kebingungan karena tidak dapat menentukan kategori kartu yang dimilikinya. Pertanyaan pun bermunculan dari para siswa mengenai teknik permainan kartu tersebut, guru sebagai fasilitator memberi arahan kepada siswa untuk dapat menemukan kelompoknya. Tetapi pada pertemuan selanjutnya siswa mulai beradaptasi dengan teknik pembelajaran card sort, siswa mulai kompak, antusias mencari teman dengan kategori yang sama, kelas lebih kondusif karena siswa fokus melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal yang berbeda terjadi pada kelas E2, pada pertemuan pertama, setelah guru menjelaskan mekanisme pelaksanaan teknik index card match siswa langsung mengerti dan suasana pembelajaran lebih kondusif. Karena pelaksanaan teknik index card match lebih mudah, hanya mencari pasangan jawaban atau pertanyaan yang sesuai dengan kartu yang didapat masing-masing siswa.

Pelaksanaan perlakuan pada kelas E1 siswa bekerja sama dengan kelompok dengan kategori yang sama, berdiskusi untuk mengisi LKS dan sering mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum dipahami, berbeda dengan kelas E2, siswa bekerja sama dengan kelompok dan jarang mengajukan pertanyaan kepada guru. Hal ini dikarenakan pada kelas E2, setiap kelompok sudah memegang kartu masing-masing yang sudah terdapat pertanyaan dan jawaban yang sesuai. Pada kelas E2 interaksi kelompok tergolong rendah, masih ada beberapa siswa yang mengandalkan teman satu kelompok dalam mengisi LKS, sehingga hanya mengkopi pekerjaan teman satu kelompoknya. Berbeda dengan kelas E1, interaksi antar kelompok tergolong lebih baik, karena setiap siswa dalam kelompok aktif mengerjakan LKS dengan kemampuannya masing-masing.

Pada aspek presentasi, siswa kelas E2 lebih baik dan lebih memiliki persiapan dalam hal penguasaan materi hal tersebut terbukti ketika kelompok presentator mempresentasikan hasil kerja kelompok, mereka dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Berbeda dengan kelas E1, berdasarkan hasil observasi, satu-satunya aspek yang memiliki presentase lebih kecil dibandingkan kelas E2 adalah pada aspek presentasi, hal ini dikarenakan kebanyakan kelompok presentator belum mampu menjawab pertanyaan kelompok lain dengan baik.

Secara umum dari berbagai aspek yang diteliti, mulai dari aktifitas siswa dalam kelas melalui lembar observasi oleh guru mata pelajaran, kemudian hasil posttest dan N-Gain yang menghasilkan perolehan angka yang signifikan, kelas yang diajar menggunakan card sort lebih baik dibandingkan dengan kelas yang diajar menggunakan teknik index card match terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep sistem reproduksi. Rusdiana dalam jurnalnya mengatakan belajar aktif bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa secara aktif untuk mengembangkan kemampuan daya pikir dan daya ciptanya yang terlibat langsung dalam proses belajar mengajar, salah satunya melalui teknik card sort (Rusdiana, 2010).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar biologi siswa antara siswa yang diajar melalui teknik card sort dengan teknik index card match pada konsep sistem reproduksi manusia kelas XI semester 2 SMA Negeri 5 Depok tahun ajaran 2012/2013. Perbedaan tersebut lebih baik pada penggunaan teknik card sort berdasarkan rata-rata hasil belajar dan aktivitas siswa.

SARAN

Penerapan teknik card sort dan index card match disamakan jumlah kategorinya. Sehingga pada index card match terbagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan kategori yang selanjutnya ditiap kategori tersebut dibagi kembali menjadi 2 kelompok kartu, yaitu kartu pertanyaan dan kartu jawaban.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

_____________ . 2010. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktik), Jakarta: Rineka Cipta.

BSNP. 2006.. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Hamruni. 2011. Strategi Pembelajaran. Yogyakarta: Insan Madani.

Kadir SF. 2008. Ragam Strategi Pembelajaran. Jurnal Al-Ta’Dib Vol 1 No.1,

Rusdiana. 2006. Penerapan Belajar Aktif Dalam Pembelajaran. Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan, Vol 4 No.5.

Silberman ML. 2007..Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Sudijono A. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Warsita B. 2008. Teknologi Pembelajaran dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Widiastuti K. Peningkatan Keaktifan Bertanya Siswa Melalui Strategi Motivasi Dalam Model Pembelajaran Aktif Tipe Card Sort di kelas RSBIXI IPA SMAN 01 Surakarta. Skripsi FKIP Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010. Tidak dipublikasikan

Uzlul RA. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dengan Strategi Kartu Sortir (Card Sort) Terhadap Prestasi Belajar Fisika Pada Materi Fluida Statis. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisik. Yasin FA. 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang press.

PENGARUH MEDIA AUDIO-VISUAL (VIDEO) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA