• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan IPA FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Zulfiani2013@gmail.com, inaswijaya@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS berbasis learning cycle

7e (elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran konstruktivisme konsep sistem peredaran darah. Penelitian ini dilakukan di SMAN 33 Jakarta tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan desain pre-test and post-test group design. Subjek penelitian ini berjumlah 39 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Hasil penelitian menunjukkan hasil rerata nilai pengerjaan oleh siswa pada LKS 1 sebesar 88,02, LKS 2 sebesar 86,50 dan LKS 3 sebesar 89,48. Adapun hasil belajar siswa pada pretes sebesar 38,29 dan postes sebesar 84,19, dengan N-Gain 0,74 (kategori tinggi). Berdasarkan hasil uji paired sample t-test menunjukkan bahwa sig-2 tailed 0,000 < 0,050 yang berarti terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis learning cycle 7e terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: LKS, learning cycle 7e, hasil belajar.

PENDAHULUAN

Mata pembelajaran biologi merupakan salah satu cabang dari pembelajaran IPA. Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam sekitar. Oleh karena itu pembelajaran biologi seharusnya diajarkan dengan model pembelajaran yang memberi kesempatan siswa untuk berpikir sendiri dan mengembangkan pengetahuannya.

Belajar biologi bukan hanya sekedar tahu teori dan hafalan saja, lebih jauh siswa diharapkan mampu memahami konsep-konsep yang terkandung di dalamnya dan bukan hanya itu, diharapkan konsep yang dipahami siswa juga bertahan dalam ingatan jangka panjang. Namun kenyataannya pembelajaran biologi banyak yang masih disampaikan dengan cara yang konvensional. Beberapa peneliti sudah mengobservasi kegiatan pembelajaran biologi di kelas, salah satu peneliti yang mengobservasi kegiatan pembelajaran tersebut yaitu Dewi Setyawati Nur Fadhillah, yang melakukan penelitian di SMAN 5 Surakarta. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sebagian besar waktu belajar siswa di kelas dihabiskan untuk mendengarkan ceramah guru, menghafalkan materi, dan mencatat materi. Pembelajaran dengan model belajar konvensional memberikan dampak yang kurang efektif, yaitu siswa cenderung pasif dan hanya menerima materi saja kemudian menghafalkan materi tersebut (Fadhillah, 2011). Hal tersebut dapat tergambar ketika mereka ditanyakan materi yang sudah dipelajari terkadang mereka diam dan lupa akan konsep-konsep yang telah dipelajari. Ini membuktikan bahwa ingatan yang melekat pada otak mereka hanya ingatan jangka pendek, karena hanya di transfer materi oleh guru.

“Belajar kognitif adalah belajar dengan tujuan membangun struktur kognitif siswa” (Suyono & Hariyanto, 2012). Aspek kognitif siswa merupakan aspek yang memberikan pengaruh yang besar dalam keberhasilan proses pembelajaran. Aspek kognitif akan mengarah pada kecakapan hidup siswa. Permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan aspek kognitif dapat disiasati dengan cara belajar yang

aktif dan melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran yang aktif guru akan lebih banyak memberikan siswa kebebasan untuk menemukan permasalahan sendiri dan menyelesaikannya, sehingga akan terbentuk skema pengetahuan mereka sendiri.

Selain solusi tersebut, guru juga dapat mengembangkan aspek kognitif siswa dengan cara menerapkan model pembelajaran di kelas yang dapat merangsang pengetahuan awal siswa. Salah satu pembelajaran yang sesuai dengan konsep tersebut, yaitu pembelajaran konstruktivisme. Melalui pembelajaran konstruktivisme siswa dapat membangun pengetahuan mereka sendiri. Ketika belajar siswa diharapkan mampu mengaitkan suatu konsep yang diajarkan dengan kenyataan pada pengalaman mereka, dengan demikian siswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan oleh guru. Jean Piaget merupakan pencetus filsafat konstruktivisme. Model konstruktivisme berpandangan bahwa proses belajar diawali dengan terjadinya interaksi antara konsep awal siswa dengan fenomena yang baru didapat, sehingga diperlukan perubahan struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yaitu pembelajaran dengan model learning cycle. Pembelajaran learning cycle

sendiri pada awalnya memang merupakan model pembelajaran dikembangkan dalam kurikulum pembelajaran sains. Pada awalnya learning cycle hanya terdiri dari tiga tahap, kemudian berkembang menjadi lima tahap, dan sekarang berkembang lagi menjadi tujuh tahap.

Learning cycle memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran model ini akan dapat menumbuhkan kegairahan belajar siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Model pembelajaran ini dapat mempermudah siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya.

Guru memiliki posisi yang menentukan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan, yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Bahan pengajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran. Bahan ajar sebaiknya dirancang sedemikian rupa dengan memperhatikan beberapa komponen dalam pembelajaran.

Materi pembelajaran harus diidentifikasi secara tepat sehingga dapat memudahkan guru dalam menentukan pendekatan, strategi, metode, model, media dan penilaiannya. Dengan rancangan pembelajaran yang baik, maka proses pembelajaran akan berlangsung efektif, efisien, menarik, dan hasil pembelajaran menjadi bermutu.

Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang dikembangkan sesuai dengan teori belajar konstruktivistik, siswa harus diperhatikan secara sistematis, kedisiplinan kelas perlu dijaga, kebutuhan individu siswa perlu ditentukan dan komunikasi guru-murid harus disediakan oleh guru. Dalam menciptakan kondisi pembelajaran tersebut, guru dapat memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS). LKS adalah bahan pengajaran yang efektif dalam penerapan prinsip-prinsip teori belajar konstruktivis. LKS didefinisikan sebagai alat dasar yang berisi langkah-langkah proses yang diperlukan dan membantu siswa untuk mengatur pengetahuan dan pada saat yang bersamaan memberikan partisipasi penuh dari seluruh kelas dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu, LKS memberikan panduan dan menawarkan solusi untuk masalah yang muncul dalam proses pembelajaran. LKS juga memungkinkan siswa untuk berpartisipasi dalam proses belajar aktif dan meningkatkan prestasi siswa (Celikler, 2010).

LKS yang digunakan saat ini masih ringkasan materi dan soal-soal. Sebenarnya sudah banyak LKS yang diterbitkan dan memenuhi karakteristik pembelajaran konstruktivisme, namun guru tidak memanfaatkan dan memaksimalkan kegiatan yang terdapat di LKS dan hanya menyuruh siswa mengerjakan soal-soalnya saja. Seharusnya guru dapat memaksimalkan fungsi LKS tersebut dalam pembelajaran. LKS yang digunakan di sekolah biasanya dibeli melalui penerbit, padahal LKS dapat dibuat dan dikembangkan oleh guru, disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kondisi lingkungan belajar, dan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan demikian LKS yang dibuat guru akan lebih tepat sasaran dalam mencapai tujuan pembelajaran.

LKS yang ada saat ini jarang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengkonstruk pengetahuannya sendiri. Model learning cycle dirasa cocok diterapkan dalam LKS, karena model pembelajaran learning cycle sesuai dengan teori konstruktivisme, selain itu model pembelajaran learning

156

cycle juga membantu berpikir siswa dari berpikir abstrak ke konkrit. Dengan dimasukkannya model pembelajaran learning cycle dalam LKS diharapkan dapat membantu siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui fenomena dan pertanyaan-pertanyaan yang dimuat dalam LKS. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikaji penggunaan LKS berbasis learning cycle, yang menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan model learning cycle.

Sistem peredaran darah merupakan salah satu konsep yang dipelajari pada semester ganjil kelas XI SMA. Marlina menjelaskan bahwa konsep sistem peredaran darah memuat materi mengenai jantung, pembuluh darah, darah, peredaran darah, dan penyakit pada sistem peredaran darah. Dalam bab ini siswa mengalami kesulitan mengidentifikasi penggolongan darah dan mekanisme transfusi darah selain itu pada umumnya bahasa latin yang masih asing terdengar oleh siswa (Marlina, 2011). Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) termuat Kompetensi Dasar (KD) yang harus dicapai siswa pada konsep sistem peredaran darah, yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan atau penyakit yang dapat terjadi pada sistem peredaran darah.

Bila dilihat berdasarkan KD tersebut, siswa dituntut untuk menjelaskan keterkaitan fungsi dan proses.

“Materi pembelajaran biologi, khususnya tentang Sistem Peredaran Darah Pada Manusia, memiliki karakteristik kompleks dan abstrak”. Konsep abstrak tersebut antara lain struktur bagian jantung,

mekanisme proses kerja jantung, peredaran darah pada tubuh, dan proses jantung memompa darah. Materi- materi tersebut sulit diamati secara langsung, oleh karena itu untuk memudahkan siswa mengkonkritkan hal yang abstrak dapat dipakai model pembelajaran learning cycle, agar penerapannya lebih mudah dibantu dengan LKS.

Tahapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E

Menurut Bently, Ebert II, dan Ebert model learning cycle 7e terdiri dari 7 tahap, yaitu elicit, engage, explore, explain, elaborate, evaluate, dan extend.Elicit merupakan perluasan dari tahap engage, sedangkan

extend diperluas dari tahap elaborate dan evaluate. Ketujuh tahap tersebut digambarkan sebagai berikut ini (Bently, 2007):

Gambar 1. Tahapan Learning Cycle 7e

Menurut Eisenkraft terdapat tujuh tahap pembelajaran dalam learning cycle 7e , ketujuh tahapan dijabarkan di bawah ini (Eisenkraft, 2003):

1) Elicit, yaitu fase yang dimulai dengan pertanyaan mendasar terkait pelajaran yang akan dipelajari. Fase ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa, dengan memberikan pertanyaan- pertanyaan yang merangsang pengetahuan awal siswa agar muncul respon pemikiran siswa.

2) Engage, yaitu fase dimana guru menarik perhatian siswa untuk belajar dan memastikan siswa sudah siap untuk belajar. Guru memberi tahu siswa tentang ide dan rencana pembelajaran sekaligus memotivasi siswa agar lebih berminat untuk mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar.

3) Explore, yaitu fase yang memberikan kesempatan siswa mengamati, mencatat data, merencanakan percobaan, menginterpretasikan hasil percobaan dan mengorganisasikan temuan.

4) Explain, yaitu fase dimana siswa diperkenalkan pada model, hukum-hukum dan teori. Siswa merangkum hasil penyelidikan pada teori/konsep baru. Guru membantu siswa megeneralisasikan hasil penyelidikan. 5) Elaborate, yaitu fase yang memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan. Fase

ini menyediakan permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari, untuk diselesaikan.

6) Evaluate, yaitu fase untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilakukan.

7) Extend, yaitu fase yang bertujuan untuk memperluas konsep dan mengingatkan guru pentingnya transfer pembelajaran. Guru dapat meyakinkan bahwa pengetahuan diterapkan oleh siswa dan tidak terbatas pada elaborasi sederhana.

Adapun permasalahan yang ingin dicari jawaban dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh Penggunaan LKS Berbasis Learning Cycle 7e Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konstruktivisme Konsep Sistem Peredaran Darah?

METODE

Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment). Desain penelitian ini menggunakan Pre-test and Post-test design. Sebelum diberikan perlakuan, pada kelompok eksperimen diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan dasar siswa pada konsep sistem peredaran darah. Kemudian diberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis learning cycle 7e. Setelah diberikan perlakuan, diberikan posttest untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa terhadap konsep sistem peredaran darah. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPA 1 semester 1 SMAN 33 Jakarta berjumlah 39 siswa.

Tabel 1. Desain LKS Berbasis Learning Cycle 7e

No Tahap/Fase Kegiatan pada LKS

1 Elicit Pertanyaan-pertanyaan mendasar terkait materi yang akan dipelajari untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal siswa, sehingga muncul respon pemikiran awal siswa.

2 Engage Artikel maupun kegiatan yang dapat menimbulkan rasa penasaran dan minat belajar siswa pada materi yang akan dipelajari.

3 Explore Kegiatan penyelidikan baik pengamatan maupun percobaan, yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji hipotesis dan mencatat data percobaan. Kegiatan penyelidikan yang dilakukan, antara lain: uji golongan darah, mengamati anatomi dan cara kerja jantung manusia melalui video, dan penghitungan denyut nadi.

4 Explain Kegiatan diskusi untuk menjelaskan konsep-konsep dan definisi-definisi awal yang mereka dapatkan selama fase eksplorasi. Pada LKS terdapat pertanyaan yang membimbing siswa untuk berdiskusi dan menyimpulkan konsep/definisi.

5 Elaborate Pertanyaan-pertanyaan maupun permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari konsep yang dipelajari untuk menerapkan konsep yang telah diperoleh siswa.

6 Evaluate Pertanyaan-pertanyaan untuk menilai/mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, sesuai dengan indikator pembelajaran.

7 Extend Pertanyaan-pertanyaan yang dapat memperluas konsep yang telah diperoleh siswa, sehingga siswa dapat mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.

158

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes (pre-test dan post-test) dan non test (lembar observasi). Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif, meliputi pengetahuan dan pemahaman konsep siswa. Tes yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Lembar observasi digunakan untuk mengamati proses belajar siswa dan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Data berupa hasil pretes dan postes kemudian diolah menggunakan uji statistik paired sample t-test dengan menggunakan program SPSS 20 sedangkan data berupa hasil observasi dideskripsikan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Pengerjaan LKS berbasis learning cycle 7e pada konsep sistem peredaran darah dibagi ke dalam 3 LKS, yang dibagi berdasarkan sub bab yang terdapat pada sistem peredaran darah. LKS 1 berisi materi mengenai darah. LKS 2 berisi meteri mengenai alat-alat peredaran darah. LKS 3 berisi materi mengenai sistem limfatik dan gangguan atau kelainan yang terjadi pada sistem peredaran darah. LKS berbasis learning cycle 7e memiliki 7 tahap pembelajaran. Pada LKS berbasis learning cycle 7e terdapat 7 tahap, diawali dengan tahap

elicit dan diakhiri dengan tahap extend. Hasil penilaian pengerjaan LKS dengan menggunakan LKS berbasis

learning cycle 7e disajikan pada tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Hasil Penilaian LKS Learning Cycle 7e

Data Hasil/Nilai LKS LKS 1 LKS 2 LKS 3 Maksimum 98,63 96,15 97,40 Minimum 73,97 70,51 68,83 88,02 86,50 89,48 SD 5,61 6,80 7,28

Tabel 3. Data Pre-test dan Post-test Deskripsi Pre-test Pretes postes Minimum 16,67 66,67 Maximum 66,67 96,67 Mean 38,29 84,19 SD 11,18 9,63

Tabel 4. Hasil Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig.

(2- tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Pair 1 pretes - postes -45,89718 13,12361 2,10146 -50,15136 -41,64300 -21,841 38 ,000

Pembahasan

Hasil uji hipotesis pada hasil belajar siswa (post-test) menunjukkan kesimpulan bahwa H0 ditolak. Ditolaknya H0 menjelaskan bahwa terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis learning cycle 7e terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran konstruktivisme konsep sistem peredaran darah. Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang diajarkan dengan dengan LKS berbasis learning cycle 7e berada dalam kategori tinggi (84,19). Hasil tersebut menjelaskan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan LKS berbasis learning cycle 7e hasil belajarnya sangat baik.

Pada proses pembelajaran terdapat 3 LKS yang dikerjakan. Pembagian LKS ini disesuaikan dengan sub bab pada materi sistem peredaran darah manusia. LKS 1 masing-masing LKS memuat materi mengenai darah, yang terdiri dari komponen dan fungsi darah, penggolongan darah, dan transfusi darah. LKS 2 memuat materi mengenai alat-alat peredaran darah, yang terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan macam-macam peredaran darah. LKS 3 memuat materi mengenai sistem limfatik dan gangguan/kelainan yang terjadi pada sistem peredaran darah manusia.

Pada kelas eksperimen proses pembelajaran dilakukan dengan menggunakan LKS berbasis learning cycle 7e. Pembelajaran dimulai dengan pengerjaan LKS tahap elicit. Pada tahap ini peneliti menyediakan beberapa pertanyaan mendasar terkait materi yang akan dipelajari untuk mengetahui sampai dimana pengetahuan awal siswa, sehingga muncul respon pemikiran siswa. Selanjutnya terdapat tahap explore, explain, elaborate, dan evaluate. Pada tahap akhir LKS berbasis learning cycle 7e, terdapat tahap extend. Pada tahap extend siswa memperluas konsep yang sudah mereka dapatkan, selain itu siswa juga mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari.

Model pembelajaran learning cycle 7e merupakan pengembangan dari model learning cycle 5e, seperti yang dijelaskan oleh Eisenkraft dalam Ebert II, Ebert, dan Bentley, versi siklus belajar (learning cycle) bermunculan dengan fase yang berkisar dari 3 ke lima (5e) sampai tujuh (7e). Dengan demikian,siswa yang diajarkan dengan LKS berbasis learning cycle 7e memiliki respon pemikiran awal dan membangun persepsi mereka pada tahap awal pembelajaran sambil mengingat/membangkitkan konsep yang sudah ada melalui tahap elicit. Selain itu, pada kelas eksperimen yang diajarkan dengan LKS berbasis learning cycle 7e, siswa memiliki kesempatan yang lebih untuk memperluas pengetahuannya dan mencari hubungan konsep yang telah mereka dapatkan pada proses pembelajaran dengan konsep lain yang berhubungan, pada tahap extend

yang mereka kerjakan di rumah dan mencari referensi-referensi yang berkaitan.

Pada LKS berbasis learning cycle 7e terdapat tahap elicit yang merangsang pengetahuan awal siswa agar muncul respon pemikiran siswa. Pada akhir LKS berbasis learning cycle 7e juga terdapat tahap extend yang merangsang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum mereka pelajari. Kedua tahap tersebut cukup memberikan dampak.

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru diamati melalui lembar observasi. Berdasarkan hasil observasi, terlihat bahwa pada tahap elicit guru memberikan pertanyaan mendasar pada LKS yang berhubungan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap engage, hasil observasi menunjukkan bahwa guru membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa melalui artikel/kegiatan pada LKS. Pada tahap explore, hasil observasi menunjukkan bahwa guru memberi waktu siswa untuk melakukan percobaan pada uji golongan darah dan penghitungan denyut nadi. Guru juga mamfasilitasi siswa untuk melakukan percobaan dan menyediakan tabel pada LKS untuk mencatat data hasil percobaan. Pada tahap explore pengamatan anatomi dan cara kerja jantung melalui video, guru memutarkan video, memberi waktu siswa untuk memperhatikan video, dan menyediakan kolom pada LKS untuk membuat resume video. Pada tahap explain, hasil observasi menunjukkan bahwa guru membimbing siswa untuk menginterpretasikan hasil percobaan dan mengarahkan diskusi siswa melalui pertanyaan yang terdapat pada LKS. Pada tahap elaborate, hasil observasi menunjukkan bahwa guru menyediakan permasalahan baru untuk diselesaikan yang mirip dengan konsep yang dipelajari. Pada tahap evaluate, hasil observasi menunjukkan bahwa guru melakukan evaluasi pada keseluruhan fase pembelajaran yang sesuai dengan indikator yang harus dicapai. Pada tahap extend, hasil observasi menunjukkan bahwa guru memberikan kesempatan untuk mentransfer pengetahuan siswa pada LKS dan memberikan pertanyaan pada LKS yang berkaitan dengan konsep lain.

160

Observer juga mengamati proses belajar siswa di kelas, pada setiap pertemuan. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam proses pembelajaran menggunakan LKS lebih dari 50%. Ini berarti bahwa hampir seluruh siwa berpartisipasi pada saat proses pembelajaran, dalam hal ini pada saat pengerjaan LKS.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa LKS berbasis learning cycle 7e memberikan pengaruh pada proses pembelajaran siswa dan hasil belajarnya. Hasil tersebut relevan dengan penelitian Nuhoglu dan Yalcin (2006) yang menunjukkan bahwa model learning cycle membantu siswa untuk belajar secara efektif dan mengatur pengetahuan dalam cara yang berarti. Model ini dapat membuat pengetahuan jangka panjang. Siswa menjadi lebih mampu menerapkan pengetahuan mereka di bidang lain di luar konteks aslinya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan LKS berbasis

learning cycle 7e pada pembelajaran konstruktivisme konsep sistem peredaran darah.

SARAN

Dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah, khususnya kepada para guru sebagai orang yang langsung berinteraksi dengan siswa disarankan untuk membuat dan memilih lembar kegiatan siswa (LKS) yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan indikator pembelajaran. Dengan demikian tujuan pembelajaran akan tercapai dengan lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Cet XIV. Jakarta: Rineka Cipta.

Bentley, Michael L, et al. 2007. Teaching Contructivist Science, K-8: Nurturing Natural Investigators in The Standards-based Classroom. United States of America: Corwin Press.

Celikler D. 2010. The Effect of Worksheets Developed for the Subject of Chemical Compounds on Student Achievement and Permanent Learning. The International Journal of Research in Teacher Education, 1.

Ebert II, Edward S, et al. 2011. The educator’s Field Guide: From Organization to Assessment (and

Everything in Between). United States of America: Corwin Presss.

Eisenkraft A. 2003. Expanding The 5E Model: A proposed 7E Model Emphasized “Transfer of Learning”

and The Importance of Eliciting Prior Understanding. National Science Teacher Association.

Fadhillah DSN. 2011. Hasil Belajar Biologi Melalui Penerapan Metode Talking Stick dalam Model Learning Cycle Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa di SMA Negeri 5 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi,

Tidak dipublikasikan.

Marlina L. 2011. “Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa pada Konsep Sistem Sistem Peredaran Darah”, Skripsi pada Sarjana UIN Syarif HIdayatullah Jakarta: Tidak dipublikasikan.

Nuhoglu H, Yalcin N. 2006. The Effectiveness of The Learning Cycle Model to Increase Students’ Achievement In The Physics Laboratory. Journal of Turkish Science Education, 3.

Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 2006. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Suyono H. 2012. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar. Cet III. Bandung: Remaja Rosdakarya.

ANALISIS LITERASI LINGKUNGAN SISWA PADA PENGGUNAKAN BAHAN AJAR