• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan kimia, fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan irzaqotul_inayah@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi lingkungan pada siswa terhadap penggunaan bahan ajar buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kuantitatif yang dilakukan melalui tahapan pembuatan bahan ajar buku suplemen yang diintegrasikan pendidikan sebagai media pembelajaran yang kemudian diimplementasikan kepada siswa dan menganalisis kemampuan literasi lingkungan yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan literasi lingkungan yang diukur meliputi tiga aspek yaitu knowledge

(pengetahuan), attitude (sikap) dan skill (keahlian). Pada tahap pembuatan bahan ajar yang digunakan, telah divalidasi oleh dua pakar dari akademisi dan praktisi. Jumlah sampel sebanyak 39 siswa kelas X-1 dari sekolah SMAN 11 Tangerang. Berdasarkan analisis kamampuan literasi lingkungan siswa diperoleh hasil rata-rata pada aspek pengetahuan tentang lingkungan (knowledge)

82,21%, sikap (attitude) terhadap lingkungan 69,56%, keahlian menentukan keputusan terhadap lingkungan (skill) 75,02%. Dari hasil yang diperoleh dapat dikatagorikan rata-rata pencapaian literasi lingkungan siswa dengan kriteria baik. Dan dapat disimpulkan kemampuan literasi lingkungan dapat didukung oleh penggunaan bahan ajar buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan khususnya pada aspek pengetahuan. Selain itu respon siswa terhadap penggunaan bahan ajar buku suplemen untuk literasi lingkungan sangat positif

Kata Kunci: Buku Suplemen, Pendidikan Lingkungan, Literasi Lingkungan

PENDAHULUAN

Tantangan pendidikan saat ini bagi bangsa Indonesia adalah salah satunya bagaimana siswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diajarkan dengan realita kehidupan sehari-hari, sehingga pendidikan sekolah benar-benar dapat dijadikan proses pengembangan kemampuan akademik serta karakter yang baik bagi lingkungan sekitar dan dalam bermasyarakat. Sebagaimana kita ketahui saat ini negara menggunakan minyak bumi, batubara dan gas sebagai sumber energi utama yang menimbulkan banyak pencemaran bagi lingkungan, serta masih banyaknya siswa yang kurang sadar terhadap permasalahan-permasalahan lingkungan seperti penggunaan energi yang kurang hemat, malasnya memakai masker saat di jalan. Sehingga dapat dibuat tanggapan hipotesis bahwa pengaturan lingkungan adalah pada dasarnya seiring dengan pengaturan aktifitas manusia.

Nurmalahayati (2011) menuturkan pendidikan kimia yang diharapkan meliputi tujuan dari produk, proses, sikap dan tujuan dari penerapan dari konsep dan teknologi terlihat kehilangan tujuan sepenuhnya, saat ini pembelajaran sains lebih diarahkan untuk mendapatkan nilai akademik yang tinggi. Salah satunya yaitu upaya menjadikan pelajar yang berilmu dan sadar akan hubungan dengan lingkungan dan tanggung jawabnya.

Berhubungan dengan pelajaran kimia dan pelajaran pengetahuan alam lainnya, pendidikan lingkungan adalah penting untuk mendapatkan perhatian sebagai salah satu pendidikan berkelajutan. Konsep pendidikan lingkungan pertama kali muncul dalam sebuah artikel yang diterbitkan di Massacusets pada tahun 1969. istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Charles E. Roth pada tahun 1968 sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan media tentang ketidakpedulian terhadap lingkungan, yaitu “siapakah yang telah mencemari lingkungan”

Selain tentang pengetahuan, pengembangan karakter adalah tujuan pendidikan kimia. Pembangunan karakter memiliki aspek yang sangat penting dalam hidup bernegara. Salah satu karakter sebagai hamba Tuhan yang harus ditanamkan oleh peserta didik adalah peka dan cinta terhadap alam dan lingkungan. Karakter peka terhadap lingkungan dan tanggung jawab sebagai warga negara tersebut dapat dibentuk melalui pendidikan kimia yang dihubungkan dengan sikap individu yang diimplementasikan terhadap kehidupan dimana mereka tinggal (Nurmalahayati, 2011).

Wilke (1995) sebagaimana dikutip oleh Mony, menuturkan bahwa pendidikan lingkungan ini meliputi sebuah pemahaman peran manusia di alam, kepentingan memelihara lingkungan hidup, dan prinsip ilmu dasar yang dihubungkan dengan pemanfaatan alam. Hal ini senada dengan tujuan pendidikan yang harus dicapai yaitu pendidikan yang holistik atau menyeluruh, dimana prinsip dasarnya adalah interaksi atau hubungan antara individu dengan lingkungannya (relation), tanggung jawab (responsibility) untuk menciptakan dan menjaga hubungan yang harmonis dan sinergis dengan alam semesta.

Tujuan awal dari pendidikan lingkungan adalah membangun literasi lingkungan pada beberapa tingkatan kompetensi. Pada dasarnya pengertian litarasi selalu berhubungan dengan kemampuan membaca dan menulis. Roth (1992) menyatakan bahwa literasi lingkungan adalah kemampuan menghayati dan mengartikan sistem kesahatan lingkungan yang tidak menentu dan mengambil tindakan yang sesuai untuk memelihara, memperbaiki, atau meningkatkan kesehatan dari sistem tersebut.

Literasi lingkungan dapat dikatakan sebagai kemampuan dimana seseorang mampu melihat dan menjaga alamnya dari berbagai kemungkinan yang merugikan. Seseorang dapat melihat keadaan alamnya serta bahaya- bahaya yang mengancamnya, seperti kegiatan eksploitasi alam yang akan menyebabkan ketidakseimbangan alam seperti banjir, naiknya suhu bumi yang membahayakan lingkungan alam dan kehidupan tersebut. Dengan berliterasi lingkungan seseorang memiliki rasa peduli, perhatian, motivasi untuk melakukan sebuah tindakan dan perumusan strategi dalam memelihara alam, lebih jauh lagi dapat diaplikasikan dalam masalah-masalah social

Lalu bagaimanakah tujuan tersebut dapat dicapai, hal tersebut dapat dilaksanakan dengan melihat faktor- faktor penunjang proses belajar mengajar tersebut. Salah satunya yaitu penggunaan sumber belajar yang tepat. Sumber belajar akan menentukan darimana para siswa memperoleh pengetahuan, dan saat ini sumber belajar yang paling umum adalah buku. Pada saat ini pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari buku. Lewat buku siswa dapat menambah wawasan yang pada akhirnya secara langsung maupun tidak langsung akan memengaruhi pola pikir dan sikapnya. Buku teks pelajaran merupakan salah satu sumber yang berisi bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dituntut dalam kurikulum (Sitepu, 2012). Oleh karena itu buku teks memainkan peran yang penting dalam proses belajar mengajar di kelas (Maya 2011). Lebih lanjut Masnur (2010) menyatakan lewat membaca buku, anak akan terpengaruh perkembangan minat, sikap sosial, emosi dan penalarannya sehingga buku dapat mempengaruhi siswa itu sendiri. Dalam teori pedagogi setidaknya ada tiga unsur yang menunjang tercapainya proses belajar mengajar yaitu pembelajar, pengajar dan materi subjek (Yanti, 2008).

Saat ini pemerintah telah memberikan kebebasan kepada satuan tingkat pendidikan untuk mengembangkan indikator-indikator serta bahan ajar yang ada dengan rambu-rambu penyusunan dan pengembangannya yang telah ditentukan oleh pemerintah. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 20, diisyaratkan bahwa guru diharapkan mengembangkan materi pembelajaran. Dengan demikian, guru diharapkan untuk mengembangkan bahan ajar sebagai salah satu sumber belajar. Menurut pusat kurikulum dan perbukuan nasional terdapat empat jenis buku yang dugunakan dalam dunia pendidikan yaitu (1) Buku Teks Pelajaran; (2) Buku Pengayaan/buku suplemen; (3) Buku Referensi; dan (4) Buku Panduan Pendidik.

Buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan adalah buku yang digunakan untuk melengkapi materi pelajaran yang disusun dengan isi yang berhubungan dan berdasarkan tujuan dari pendidikan lingkungan itu sendiri. Hubungan antara pengembangan buku ajar dan suplemen dengan nilai budaya tertentu yang akan dicapai dapat dilakukan dengan menggabungkan konsep meteri dengan nilai yang akan diperoleh. Sebagaimana

penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Suja dengan judul “Pengembangan Buku Ajar Sains SMP

Mengintegrasikan Content dan ContextPedagogi Budaya Bali”, dapat meningkatkan kualitas dan proses hasil belajar. Temuan tersebut sesuai dengan temuan Supriadi (1997) yang menyatakan bahwa tingkat kepemilikan siswa akan buku berkorelasi positif dan bermakna terhadap prestasi belajar.

Mengingat betapa pentingnya faktor penunjang pencapaian pendidikan lingkungan bagi siswa dan buku pelajaran dalam menunjang pencapaian pembelajaran, dimana tidak semua buku mencakup nilai tersebut, maka dalam penelitian ini dilakuakan analisis atau peninjauan seberapa besar kontribusi buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan terhadap pencapaian literasi lingkungan.

Menurut Palmer (1994) dimensi literasi lingkungan yang tertuang dalam pendidikan lingkungan meliputi tiga aspek yaitu: pengetahuan dan pemahaman (knowledge and understanding), keahlian (skill) dan sikap

(attitude). Semua dimensi tersebut dibagi lagi dalam berbagai indikator yang digabungkan dengan indikator pada topik minyak bumi. Dalam perencanaan pencapaian kurikulum pendidikan lingkungan dapat dilakukan dari komponen-komponen yang berhubungan sebagaimana terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1. Hubungan Komponen Pendidikan Lingkungan

Komponen-komponen tersebut dirangkum dan dituangkan dalam bahan ajar buku suplemen dimana siswa dapat belajar mengenai manfaat dan dampak serta bagaimana menjaga kesehatan dari bahaya minyak bumi yang berupa pembelajaran dari lingkungan tentang lingkungan dan untuk lingkungan.

METODE

Analisis literasi lingkungan pada penelitian ini dilakukan melalui metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel yang diambil adalah kelas X-1 SMAN 11 Tangsel. Tahapan penelitian diawali dengan persiapan dengan pembuatan bahan ajar buku suplemen yang disusun berdasarkan penggabungan konsep minyak bumi dengan kisi-kisi dan indikator pendidikan lingkungan, selanjutnya pembuatan instrumen penilaian literasi lingkungan. Tahap pembuatan buku suplemen meliputi anilisis kebutuhan bahan ajar, memahami kriteria pemilihan sumber belajar, membuat struktur bahan ajar, kemudian dilakukan validasi. Tahap selanjutnya adalah penerapan bahan ajar buku suplemen dalam proses pembelajaran berdasarkan RPP yang telah disusun. Adapun teknik pengumpulan data secara keseluruhan dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

1. Pengetahuan dan pemahamankonsep 2. Keahlian/ kemampuan 3. Sikap Proses Pembelajaran

Tabel 1. Jenis Data, Sumber Data dan Instrumen

No Jenis data Sumber

data

Teknik pengumpulan data

Instrumen

1* Kualitas bahan ajar dan perangkat penilaian yang dikembangkan

Pakar, buku Telaah dokumen Pedoman validasi

2 Penilaian kemampuan literasi

lingkungan Siswa Soal-soal literasi lingkungan dan pertanyaan sikap Tes Angket

3 Unjuk kerja siswa dalam kegiatan pembelajaran

Siswa Dokumentasi Rubrik kerja

siswa *Proses pembuatan buku, sebelum dilaksanakannya pengukuran literasi lingkungan

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa tes literasi lingkungan. Soal-soal disusun berdasarkan indikator literasi lingkungan yang disesuaikan dengan konsep minyak bumi, yang meliputi tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap dan keahlian terhadap lingkungan, dengan kriteria penilaian sebagai berikut:

Tabel 2. Kriteria Penilaian Indikator Pertanyaan Literasi Lingkungan

No Indikator Pertanyaan dan Skor Maksimum Aspek Literasi Lingkungan

1

Ilmu dasar tentang lingkungan (16 poin)

Mengetahui keadaan lingkungan baik lokal maupun global

Mengetahui dan memahami dari permasalahan lingkungan pada jenjang yang berbeda yang meliputi pemahaman dari perbedaan pengaruh diantara alam dan manusia pada permasalahan-permasalahan yang ada Mengetahui sikap yang harus diambil dan pendekatan untuk menghadapi masalah lingkungan

2 Pengetahuan tentang masalah-masalah lingkungan (6 poin)

Memiliki sebuah pengetahuan tentang lingkungan dan kepedulian alam untuk membangun lingkungan

3 Penghayatan pengetahuan dalam tindakan (12 poin)

Memiliki sebuah sikap yang berhubungan dengan permasalahan lingkungan dan pemahaman terhadap lingkungan

4 Penghayatan kemampuan dalam tindakan (60 poin)

Bersikap baik terhadap lingkungan dan menyampaikan informasi kepada sesama tentang tindakan yang baik terhadap lingkungan 5

Pengidentifikasian masalah (1poin)

Menghubungkan pendapat pribadi dengan pilihan sikap terhadap permasalahan lingkungan, yang meliputi pembenaran sebuah sikap atau pencapaian sebelumnya

6

Analisis masalah (10 poin)

Mengevaluasi informasi tentang lingkungan, dari sumber yang berbeda untuk dapat menyelesaikan permasalahan lingkungan

7

Perencanaan tindakan (7 poin) Menyebutkan cara yang sesuai dalam masyarakat untuk membawa perubahan lingkungan yang lebih baik

Setelah semua data terkumpul dilakukan analisis data berdasarkan persentase pencapaian yang dikonversi dalam kriteria berikut:

91,03 85,26 71,37 70,0972,44 66,15 74,36 67,18 83,52 0 20 40 60 80 100

Pengetahuan Sikap Kemampuan

Pe

rsent

a

se

Kemampuan Literasi Lingkungan

MENGETAHUI KEADAAN LINGKUNGAN ALAM BAIK LOKAL MAUPUN GLOBAL

MENGETAHUI DAN MEMAHAMI PERMASALAHAN PADA TINGKAT YANG BERBEDA

MENGETAHUI SIKAP YANG HARUS DIAMBIL UNTUK MENGHADAPI MASALAH LINGKUNGAN

MEMILIKI PENGETAHUAN TENTANG LINGKUNGAN DAN KEPEDULIAN LINGKUNGAN

MEMILIKI SIKAP YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERMASALAHAN LINGKUNGAN

BERSIKAP BAIK TERHADAP LINGKUNGAN DAN MENYAMPAIKAN INFORMASI KEPADA SESAMA

MENGHUBUNGKAN PENDAPAT PRIBADI DENGAN PILIHAN SIKAP TERHADAP PERMASALAHAN LINGKUNGAN

MENGEVALUASI INFORMASI TENTANG LINGKUNGAN, DARI SUMBER YANG BERBEDA

MENYEBUTKAN CARA YANG SESUAI DALAM MASYARAKAT UNTUK MEMBAWA PERUBAHAN LINGKUNGAN YANG LEBIH BAIK

Tabel 3. Pedoman Penilaian Persentase

Ngalim Purwanto (2010)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis kemampuan literasi lingkungan dilakukan setelah para siswa mendapatkan pembelajaran pada konsep Minyak Bumi yang dihubungkan dengan pendidikan lingkungan, dimana pada penyampaian pendidikan tersebut dilakukan dengan menggunakan media buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan.

Sebelum seseorang dapat bertindak secara sadar terhadap fakta permasalahan lingkungan, seseorang tersebut harus disadarkan terhadap permasalahan yang benar-benar ada di sekitar mereka, sehingga pengetahuan terhadap masalah tersebut sebagai prasyarat untuk bertindak.

Berdasarkan hasil pengukuran kemampuan literasi lingkungan diperoleh hasil dengan persentase pada aspek pengetahuan sebesar 82,21% (baik), aspek sikap sebesar 69,56% (cukup) dan aspek keahlian (kemampuan kognitif) sebesar 75,02% (cukup). Secara keseluruhan diperoleh hasil pengukuran kemampuan literasi lingkungan dengan persentase rata-rata sebesar 75,60% (baik). Dengan rincian pada tabel berikut:

Gambar 2. Diagram Batang Pencapaian Aspek-Aspek Literasi Lingkungan

Tingkat penguasaan Predikat

86 – 100% 76 – 85% 60 – 75% 55 – 59% ≤ 54% Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali

Pada dimensi pengetahuan (knowledge) ini berisi tentang proses alami yang berlangsung di alam dan dampak dari kegiatan manusia terhadap lingkungan, sebagai dasar aspek pengambilan keputusan. Siswa mengetahui hubungan antara indikator pada konsep minyak bumi dengan aspek pendidikan lingkungan dengan baik dengan pencapaian 82,21%, seperti kegunaan minyak bumi dan keadaan lingkungan mereka saat ini sebagai akibat dari pengaruh kegiatan manusia serta pemberdayaan alam yang ada. Namun masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat memahami secara keseluruhan, keterkaitan antara satu aspek yang berakibat kepada aspek lain. Misalnya perubahan suhu yang tidak menentu akibat gas pemanasan global menyebabkan punahnya sebagian ekosistem dan perkembangan yang tidak terkendali dari ekosistem lainnya.

Berdasarkan data yang diperoleh pada dimensi ini, buku suplemen yang digunakan telah memberikan informasi yang baik terhadap pencapaian pengetahuan pada pendidikan lingkungan khususnya pada konsep minyak bumi yang terangkum secara keseluruhan di dalamnya. Hal ini sejalan dengan tujuan dari buku suplemen berdasarkan PerMenDikNas Nomor 2 Tahun 2008 Pasal 6 Ayat 3 yang menyatakan bahwa buku suplemen digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik, khususnya guna pencapaian tujuan pendidikan. Dari pengetahuan tentang lingkungan tersebut diharapkan dapat menjadi modal awal siswa untuk lebih memahami lingkungan, sebagaimana Environment Literacy Council mendefinisikan literasi ekologi yang sebagai hubungan antara makhluk hidup dan pengaruhnya terhadap yang lain sebagai kemampuan untuk bertanya

“kemudian apa?” dan bagaimana untuk hidup di bumi?.

Kegunaan buku suplemen sebagai bacaan bahan pelajaran sangatlah mungkin, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Siti Maryam (2012) yang menyatakan bahwa cerita pendek sebagai salah satu dari hasil budaya dapat dibuat sebagai media atau bahan untuk mengajarkan nilai sosial dan budaya, sehingga buku suplemen dapat dibuat sebagai media pembawa kebenaran.

Dimensi sikap ini merupakan bagian dari pendidikan untuk lingkungan (education for environment).

Pencapaian paling tinggi aspek literasi lingkungan pada dimensi ini adalah “Memiliki sebuah sikap yang

berhubungan dengan permasalahan lingkungan dan pemahaman terhadap lingkungan” sebesar 72,4%. Siswa

merasa memiliki pemahaman terhadap lingkungan dan dapat mengambil sikap yang baik terhadap permasalahan lingkungan seperti kegiatan hemat energi listrik. Adapun pada aspek yang lainnya diperoleh persentase yang lebih rendah. Dari sini dapat terlihat kemampuan yang dirasakan oleh siswa masih belum sama seutuhnya dengan pencapaian sikap dan tindakan yang mereka miliki. Namun pada hasil penelitian setiap aspek pada dimensi ini memiliki persentase pencapaian yang tidak terlalu jauh sehingga dapat diambil sebuah kesimpulan pencapaian dimensi sikap dengan kriteria cukup.

Pada penilaian dimensi sikap (attitude), siswa menggambarkan masalah-masalah yang ada di dunia nyata bukan hanya di dunia sekolah. Pengetahuan ini membangun sikap kepedulian mereka dalam melihat keadaan alam di sekitar lingkungan mereka. Siswa yang memiliki pengalaman dengan permasalahan yang terkenal menunjukkan reaksi empati yang kuat terhadap alam dalam sebuah perkumpulan (Palmer, 1998). Hal ini menujukkan siswa yang memiliki pengetahuan tentang permasalahan yang umum mampu menggambarkan keadaan lingkungannya sebagai rasa kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar. Adapun siswa yang tidak termasuk ke dalam persentase pencapaian pada penelitian ini mereka belum dapat menggambarkan secara jelas. Sebagian besar hanya menyebutkan akibat dari penggunaan bahan bakar fosil.

Pada aspek ini siswa menilai diri mereka sendiri terhadap penguasaan literasi lingkungan dan menyampaikan sikap yang telah mereka lakukan. Hal ini menjadi tolak ukur atau perasaan siswa untuk mengintrospeksi bagaimanakah pemahaman dan sikap mereka untuk lingkungan, dimana siswa menilai diri mereka sendiri. Berdasarkan data hasil analisis aspek tersebut diperoleh pencapaian sebesar 72,44% dengan kriteria cukup.

Penilaian ini sesuai dengan ruang lingkup penilaian pada kurikulum 2013 yang diterapkan khususnya pada dimensi sikap. Siswa yang terbiasa melakukan penilain diri sendiri, mereka akan terbiasa dengan sikap yang lebih objektif. Dari penilaian ini siswa mengukur kemampuan literasi lingkungkungan diri mereka sendiri terhadap

kegiatan yang yang harus dilakukan untuk lingkungan. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa pencapaian dimensi sikap tidak dapat tercapai dengan waktu yang singkat.

Pada aspek ini dibagi menjadi dua bagian yaitu “bersikap baik” berupa tindakan hemat energi atau ramah lingkungan dan “menyampaikan informasi kepada sesama” berupa sosialisasi dari kegiatan tersebut. Sebagian

besar siswa melakukan kegiatan ramah lingkungan dengan baik terkait penggunaan energi, yaitu sebesar 71,05% dengan kriteria cukup, namun masih rendah dalam kegiatan sosialisasi terhadap kegiatan untuk alam yaitu sebesar 52,56% dengan kriteria kurang sekali. melakukan kegiatan terhadap lingkungan, yang berupa “satu jiwa

satu pohon” sebagai salah satu kepedulian terhadap lingkungan. Siswa melakukan penanaman pohon. Hal ini sejalan dengan pendapat yang disampaikan oleh Carl Rogers dalam Sudjana (2009) menyatakan bahwa seseorang yang telah menguasai tingkat kognitif perilakunya dapat diramalkan. Pada dimensi sikap yang dimaksudkan disini merupakan ranah efektif yang mengarah pada hasil belajar psikomotorik. Ranah efektif ini yang berkenaan dengan perasaan, minat dan perhatian keinginan dan penghargaan yang tertuang bagi alam. Kondisi inilah yang menyebabkan siswa memiliki perasaan kebermaknaan belajar mengenai alam dan menunjukkan perilaku atau perbuatan sesuai dengan makna yang terkandung, berupa kemauan melakukan hal yang harus mereka lakukan, meskipun terdapat beberapa siswa yang tidak melakukan kegiatan alam tersebut.

Siswa melakukan kegiatan sosialisasi tentang lingkungan berupa kegiatan terhadap lingkungan dengan memberikan informasi tentang lingkungan dan larangan serta kegiatan yang tidak baik. Kepedulian terhadap lingkungan juga merupakan hal penting yang harus dicapai dalam pendidikan ini. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Witherington yang menyatakan bahwa tujuan dari pembelajaran adalah melakukan, berinteraksi, bertindak, mengalami. Hasil dari pembelajaran adalah segala yang diperoleh oleh peserta didik melalui kegiatan mereka sendiri (Bahri, 2006).

Pada aspek keahlian (skill) ini siswa menunjukkan kemampuan dasar literasi lingkungan secara fungsional dalam menganalisis permasalahan yang ada dan mencari penyelesaiannya dengan menggunakan strategi utama atau kedua (Roth, 1992). “Isu lingkungan” mewakili hubungan perubahan sosial dan menghubungkannya kepada permasalahan antara akibat positif dan negatif yang terlibat dalam proses perubahan tersebut. Isu tersebut meliputi manusia, teknologi, lingkungan dan aspek ekonomi yang dihubungkan dengan pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hasil yang diperoleh sebesar 75,02% dengan kriteria baik. Dari permasalahan yang diberikan siswa dapat mengidentifikasi permasalahan lingkungan, Mengevaluasi informasi tentang latar belakang

permasalahan lingkungan misalnya “faktor ekonomi yang menyebabkan pemerintah kurang memperhatikan perbaikan angkutan umum yang kurang ramah lingkungan” dan menyebutkan cara yang sesuai dalam masyarakat untuk membawa perubahan lingkungan yang lebih baik.

Pada dimensi ini, masalah yang diberikan tertuang pada buku suplemen, dari jawaban siswa dapat diambil sebuah kesimpulan tentang keahlian (cognitive skill) yang dimilikinya. Dimensi keahlian ini berkorelasi dengan dimensi pengetahuan yang siswa miliki dari proses membaca dan belajar, khususnya keahlian dalam pengambilan sebuah sikap dan keputusan yang terbaik terhadap lingkungan.

Berdasarkan angket yang diberikan kepada 39 responden siswa kelas X-1 di SMAN 11 Tangerang Selatan mengenai penggunaan bahan ajar buku suplemen berbasis pendidikan lingkungan, diperoleh hasil rata-rata kepuasan penggunaan sebesar 88,84% dengan kriteria sangat baik. Pertanyaan tersebut berupa bagaimana taggapan siswa terhadap penggunaan buku suplemen sebagai sumber informasi dan bahan ajar yang membantu mereka dalam pembelajaran pendidikan lingkungan. Pada aspek mudah dipahami siswa merasa kurang dalam segi keberurutan penyusunan materi, sehingga perlu diperbaiki.

SIMPULAN

Literasi lingkungan merupakan pencapaian pendidikan lingkungan yang sangat penting. Sebuah sikap dan tindakan diperlukan pendidikan yang tidak singkat. Begitu pula pada bagian aspek tersebut belum tercapai secara

maksimal. Siswa masih kurang dalam melakukan kegiatan sosialisasi kegiatan untuk alam, namun pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa sebagian besar siswa menjalankan sikap yang baik untuk lingkungan yang didasarkan pada pengetahuan dan kesadaran yang mereka miliki.

Pembangunan kemampuan literasi lingkungan memerlukan waktu yang lama. Sebagaimana dijelaskan Charles E. Roth (1992) yang menyatakan tidak ada seorang guru secara pribadi dapat melaksanakan seluruh kegiatan dalam membentuk seseorang hingga pada tingkat tertinggi kompetensi literasi lingkungan, namun masing-masing aspek akan memberikan pengaruh yang signifikan pada komponenen-komponen (dimensi) tertentu. Begitu pula dengan penggunaan bahan ajar suplemen tersebut, dapat terlihat pada aspek manakah diperolah pencapaian yang maksimal atau bagian-bagian tertentu yang harus ditingkatkan, yang pada dasarnya kompetensi literasi lingkungan dapat dibentuk dari pembelajaran tersebut.

Pada dasarnya literasi lingkungan merupakan usaha seumur hidup (life long effort). Komponen yang berperan tersebut meliputi keluarga, komunitas, media, organisasi keagamaan dan kelompok yang diminati dan tempat kerja. Sehingga berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, persentase pada aspek pengetahuan sebesar