• Tidak ada hasil yang ditemukan

MA Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPA MA Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang diambil secara simple random sampling. Kelas yang tepilih pertama menjadi kelas eksperimen yang diberikan perlakukan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbimbing dengan menggunakan LKS dan kelas yang terpilih kedua dijadikan kelas kontrol dengan perlakuan

pembelajaran konvensional’. Teknik pengumpulan data menggunakan pretes dan postes pada kedua kelas tersebut dengan materi fisika yang sama, untuk mengetahui kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa. Kategori Peningkatan keterampilan berpikir kritis dianalisis menggunakan rumus N-gain. Uji hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan bantuan program spss pada taraf signifikansi 0,05 (� = 5%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Madrasah Aliyah Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah.

Kata kunci : Inkuiri terbimbing, LKS, keterampilan berpikir kritis

PENDAHULUAN

Pembelajaran fisika yang merupakan bagian dari IPA, diharapkan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA itu sendiri seperti yang dinyatakan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 bahwa tujuan pembelajaran IPA di sekolah menengah adalah agar siswa berkompeten untuk melakukan metode ilmiah untuk menyelesaikan suatu masalah, menguasai konsep IPA dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2006).

Kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukan bahwa masih banyak guru yang menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang diberikan kesempatan untuk terlibat aktif selama proses pembelajaran. Hal ini mengakibatkan tidak terlatihnya kemampuan berpikir siswa terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi, salah satunya adalah kemampuan berpikir kritis. Kondisi ini juga diperkuat oleh pernyataan Keefer dalam Trianto (2007) mengungkapkan bahwa kebanyakan guru masih bertahan pada model pembelajaran klasikal yang didominasi oleh kegiatan ceramah dimana arus informasi lebih bersifat satu arah dan kegiatan berpusat pada guru. Menurut Wirtha & Rapi (2008), guru kurang kreatif dan aktif dalam memaksimalkan peranan siswa dalam pembelajaran. Hal ini menyebabkan kualitas dan kuantitas proses dan produk pembelajaran fisika masih rendah. Dari segi kualitas terlihat dari pemilihan pendekatan, strategi, metode yang kurang bervariasi. Proses belajar mengajar dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari, pemberian contoh soal dan dilanjutkan dengan memberikan tes. Kondisi ini mengakibatkan proses pembelajaran kurang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran fisika, padahal tujuan pembelajaran fisika sebagai proses adalah meningkatkan kemampuan berpikir siswa, sehingga siswa tidak hanya mampu dan terampil dalam bidang psikmotorik, tetapi juga mampu berpikir secara sistematis, objektif dan kreatif. Siswa perlu diberikan kemampuan seperti mengamati, menggolongkan, mengukur, berkomunikasi, menafsirkan data dan bereksperimen secara bertahap sesuai

tingkat berpikir anak dan materi pelajaran.yang sesuai dengan kurikulum, agar dapat memberikan penekanan lebih besar pada aspek proses.

Salah satu cara agar dapat memberikan penekanan lebih besar pada aspek proses adalah dengan mengkondisikan proses pembelajaran sedemikian rupa melalui pembelajaran yang tepat, salah satunya adalah dengan diberikannya pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS karena dalam pembelajaran ini siswa dilatih untuk merumuskan permasalahan berdasarkan hasil observasi dalam bentuk cerita yang terdapat dalam LKS, lalu merumuskan hipotesis, kemudian diuji untuk mencari tahu jawaban dari hipotesis yang telah dibuat melalui kegiatan eksperimen. Dari data yang diperoleh dari kegiatan eksperimen, siswa diharapakan dapat menganalisis sehinga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat terhadap konsep fisika yang ingin ditanamakan pada siswa. Adanya tahapan-tahapan yang dilalui oleh siswa seperti di atas selama proses pembelajaran diharapkan dapat memberikan dampak terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan mengunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.

METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan pretest-postest control group design. Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas XI IPA MA Qamarul Huda Bagu Lombok Tengah. Sampel penelitian diambil secara simple random sampling, sehingga di dapat satu kelas sebagai kelas eksperiment dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol. Variabel dalam penelitian ini yaitu pembelajaran fisika sebagai variabel bebas dan kemampuan berpikir kritis sebagai variabel terikat.

Data skor kemampuan keterampilan berpikir kritis siswa dikumpulkan dengan menggunakan tes essay

sebanyak 8 soal. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis di analisis menggunakan rumus N-gain ternormalisasi dengan rumus

max

(

)

(

)

post pre pre

s

s

g

s

s

(1)

Hasil analisis peningkatan kemampuan berpikir kritis dikategorikan kedalam kategori tinggi, sedang dan rendah seperti ditunjukan pada tabel

Tabel 1. Interpretasi Skor Gain Ternormalisasi

Nilai (g) Kategori

0,00 < (g) ≤ 0,30 Rendah

0,31 < (g) ≤ 0,70 Sedang

0,71 < (g) ≤ 1.00 Tinggi

Pengujian hipotesis menggunakan uji t dua sampel independen dengan taraf kepercayaan 95 % dengan bantuan program spss. Sebelum dilakukan uji hipotesis dilakukan uji prasayarat yaitu uji normalitas pada masing-masing sampel dan uji homogenitas untuk kedua sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi data untuk keterampilan berpikir kritis siswa diperoleh dari hasil pretes dan postes baik dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen yang ditampilkan pada Gambar 1. Hasil ini menunjukkan bahwa skor rata-rata pretes kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen namun dengan selisih nilai yang tidak berbeda jauh yaitu sebesar 1,4 %. Kondisi ini menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan perlakuan pada kedua kelas dapat dikatakan hampir sama. Pada uji homogenitas data pretes menunjukkan bahwa kedua sampel homogen. Setelah diberikan perlakuan pada kedua kelas, persentase skor rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa pada saat postes untuk kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Demikian pula dengan persentase skor rata-rata peningkatan (gain)ternormalisasi kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS mengalami peningkatan (gain) ternormalisasi kemampuan berpikir kritis lebih tinggi daripada rata-rata

peningkatan (gain) ternormalisasi kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional. Persentase Peningkatan (gain) ternormalisasi kemampuan berpikir kritis pada siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing sebesar 59% termasuk dalam kategori sedang, sementara persntase peningkatan (gain) ternormalisasi keterapilan berpikir kritis pada siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional sebesar 30 % termasuk dalam kategori rendah.

Gambar 1. Grafik Persentase Skor Rata-rata Pretes, Postes dan N-Gain (g) untuk Kemampuan Berpikir

Kritis

Hal ini menunjukan dengan adanya pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing degan menggunakan LKS memberikan dampak yang lebih baik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa daripada dengan pembelajaran fisika secara konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan mengunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.Kenyataan ini diperkuat oleh hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji t dua sampel independen seperti pada Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Hasil uji t dengan menggunakan software SPSS

Berdasarkan Tabel 2, data varian kedua sampel homogeny, maka diperoleh nilai thitung=5,383 lebih besar daripada nilai sig=0,05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS dan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional. Hal ini berarti terdapat pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan mengunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kenyataan ini disebabkan karena dalam pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS menuntut siswa untuk menggunakan seluruh kemampuan berpikirnya terutama kemampuan berpikir kritis dalam menemukan permasalahan yang disajikan dalam LKS, lalu berusaha mencari tahu jawaban atas permasalahan yang telah diajukan oleh siswa melalui kegiatan eksperimen yang telah dirancang sendiri secara ilmiah sehingga mampu menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan konsep yang telah diperoleh dari kegiatan eksperimen tersebut dengan tepat melalui bimbingan yang terdapat dalam LKS. Adanya kondisi pembelajaran seperti ini menuntut siswa untuk mau berpikir, siswa tidak hanya menerima begitu saja tetapi melatih siswa untuk mencari tahu jawaban dengan percobaan yang tepat. 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

PRETES POSTES N-GAIN

EKSPERIMEN KONTROL 86 22 59 23,4 30 55,4 P er se n ta se (%)

Independent Samples Test

1.482 .230 5.383 41 .000 .29 .054 .182 .399 5.320 37.479 .000 .29 .055 .180 .401 Equal v ariances assumed Equal v ariances not assumed NGKBK F Sig. Lev ene's Test f or Equality of Variances

t df Sig. (2-tailed) Mean Dif f erence

St d. Error

Dif f erence Lower Upper 95% Conf idence

Interv al of the Dif f erence t-t est f or Equality of Means

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rubiyanto (2010), yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaaan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar dengan menggunakan kartu inkuiri biologi dengan siswa yang tidak belajar dengan menggunakan kartu inkuiri biologi. Kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar dengan menggunakan kartu inkuiri biologi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak belajar dengan kartu inkuiri biologi. Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Jufri (2009) yang mengungkapkan bahwa kegiatan pembelajaran berbasis inkuiri dapat membantu siswa untuk mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan indikator berpikir kritis. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Lawson (2001) dalam (Suardana, 2008) yang menyatakan bahwa siswa dapat ditingkatkan keterampilan berpikir kritisnya jika kurikulum didesain secara eksplisit untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis melalui urutan pembelajaran inkuiri dari konsep yang dipahami dan dapat diamati (observable) menuju konsep yang tidak dipahami dan abstrak. Oleh karena itu pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Karena selama proses pembelajaran berlangsung, tahapan-tahapan dalam pembelajaran inkuiri yang disajikan dalam LKS dapat melatih kemampuan berpikir kritis siswa.

Persentase peningkatan tiap indikator kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mengalami peningkatan seperti pada Gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Grafik Persentase Skor N-Gain setiap Indikator Kemampuan Berpikir Kritis

Gambar 2 menunjukan bahwa kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi dari pada kelas kontrol pada setiap indikator kemampuan berpikir kritis. Hal ini berarti kemampuan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan dengan pembelajaran yang dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam menggunakan seluruh kemampuan berpikir selama proses pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS. Peningkatan tertinggi terletak pada indikator kemampuan melaporkan hasil observasi sebesar 64,6% pada kelas ekperimen dan 51,2% pada kelas kontrol. Sedangkan peningkatan terendah pada indikator kemampuan menarik kesimpulan untuk kelas eksperimen sebesar 24% dan indikator kemampuan menyatakan tafsiran untuk kelas kontrol sebesar 6,07%.

Kenyataan ini disebabkan karena siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuanya dalam berpikir baik kemampuan melaporkan hasil observasi berdasarkan apa yang diamati, kemampuan merancang eksperimen untuk mencari tahu jawaban atas pertanyaan yang muncul dari hasil observasi, kemampuan menyatakan tafsiran dan kemampuan menarik kesimpulan berdasarkan hasil ekperimen maupun kemampuan menerapakan konsep berdasarkan apa yang telah diperoleh dari hasil ekpserimen melalui pertanyaan- pertanyaan penuntun yang terdpat dalam LKS inkuiri, sementara pada siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional lebih bersifat mengikuti dan melakukan perintah yang terdapat pada LKS konvensional sehingga siswa tidak dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir.

Pada kelas eksperimen maupun pada kelas kontrol peningkatan tertinggi terletak pada indikator melaporkan hasil observasi. Hal ini disebabkan karena kemampuan ini sudah biasa dilakukan siswa pada kegiatan-kegiatan praktikum sehingga kemampuan melaporkan hasil observasi bukan sesuatu yang baru

0 20 40 60 80 kelas eksperimen kelas kontrol

ditemui oleh siswa. Meskipun demikian kemampuan siswa dalam melaporkan hasil observasi pada kelas yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan mnggunakan LKS lebih tinggi dari pada kelas yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional. Hal ini dikarenakan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS dilatih untuk dapat melaporkan apa yang diamati secara ilmiah karena selam proses pembelajaran siswa diberi kesempatan untuk mengamati, dan menganalisis sesuai kemampuan berpikir siswa tanpa ada batasan dari guru. Sedangkan pada kelas yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional, kemampuan siswa dalam mengobservasi bersifat terbatas karena siswa mengamati apa yang sudah diperintahkan dalam LKS sehingga tidak diberikan kesempatan kepada siswa secara luas dalam menggunakan dan mengembangkan kemampuan berpikirnya selama proses pembelajaran.

Pada kelas kontrol kemampuan menyatakan tafsiran mengalami peningkatan terendah. Hal ini dikarenakan siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional belum terbiasa untuk menafsirkan atau mengintrepetasikan suatu data terutama dalam bentuk grafik secara tepat, ini berarti tingkat pemahaman terhadap materi tersebut masih rendah. Sedangkan pada kelas eksperimen peningkatan terendah berada pada indikator kemampuan menarik kesimpulan. Hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran inkuiri siswa dituntut untuk merumuskan dan membuat hipotesis serta merancang suatu percobaan untuk menguji rumusan masalah yang telah dibuat. Hal ini merupakan sesuatu yanag baru, siswa masih membutuhkan bimbingan yang lebih banyak dalam hal menghubungkan antara kesimpulan yang diambil dengan rumusan masalah yang telah dibuat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan mengunakan LKS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Kemampuan berpikir kritis siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran fisika secara konvensional.

SARAN

Rekomendasi yang dapat dijadikan saran yaitu : (1) Guru hendaknya menerapkan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS dalam proses belajar mengajar karena dapat memberikan dampak positip terhadap kemampuan berpikir kritis siswa;(2).Diharapkan kepada guru untuk mengkombinasikan pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS dengan model pembelajaran lain terutama untuk materi yang bersifat abstrak; (3) Pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing dengan menggunakan LKS diharapkan dapat menjadi salah satu cara agar pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru melainkan berpusat kepada siswa, sehingga guru hanya berperan sebagai fasilitator.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Meneteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 22 Tahun 2006 Tentang Standdar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menegah. Jakarta : BSNP Jufri AW. 2009. Peranan Perangkat Pembelajaran Berbasis Inkuiri Dan Implementasinya Dengan Strategi

Kooperatif Terhadap Perkembangan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Biologi 1(1): 87-92.

Rubiyanto. 2010. Penerapan Pembelajaran dengan Kartu Inkuiri Terbimbing Melalui Strategi kooperatif Untuk Meningkatkan Keterampilan Bepikir Kritis Dan Retensi siswa SMPN 2 Mataram. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Mataram.

Suardana IW. 2008. Teaching and Learning analysis of basic Chemistry In Developing Teaching and Learning Of Critical Thinking Skils PROCEEDING The Second International Seminar on Science Education: 551-556.

Wirtha IM, Rapi NK. 2008. Pengaruh Model Pembelajaran dan Penalaran Formal terhadap Penguasaan Konsep Fisika dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Negeri 4 Singaraja. JPP. Lembaga penelitian Undiksha, April 2008. Hal 15-28.

PENGARUH PENGGUNAAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING DENGAN