• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ika Risqi Citra Primavera

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil pretest siswa, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 22,96 dan nilai rata-rata kelas kontrol 23,55. Meskipun demikian, hasil uji homogenitas dari rata-rata hasil pretest menunjukkan bahwa kedua kelas homogen, artinya tidak ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen mengenai konsep elastisitas sebelum diberikan perlakuan. Setelah masing-masing kelas diberikan perlakuan yang berbeda, diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen 65,82 dan nilai rata-rata kelas kontrol 57,68. Hasil analisis data menunjukkan nilai thi ng= ,4 dan nilai t el= ,99, artinya nilai

thi ng lebih besar dibanding nilai t el. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh media audio-visual

(video) terhadap hasil belajar siswa pada konsep elastisitas. Hasil ini pun didukung oleh selisih nilai rata- rata posttest dengan pretest antara kedua kelas, kelas eksperimen yang menggunakan media audio-visual (video) lebih unggul sebesar 8,73 dibanding kelas kontrol yang hanya menggunakan pembelajaran konvensional.

Gambar 1. Diagram Hasil Belajar Siswa Pretest dan Posttest Kedua Kelas pada Ranah Kognitif Berdasarkan diagram di atas, terlihat bahwa hasil belajar akhir (posttest) kedua kelas mengalami peningkatan dari hasil pretest. Pada saat pretest, kemampuan kelas kontrol dalam mengingat (C1) 13%, memahami (C2) 23%, menerapkan (C3) 27%, dan menganalisis (C4) 26%. Sementara kemampuan kelas eksperimen pada saat pretest dalam mengingat (C1) 21%, memahami (C2) 28%, menerapkan (C3) 23%, dan menganalisis (C4) 21%.

Pada saat posttest kemampuan kelas kontrol dalam mengingat (C1) 53%, memahami (C2) 58%, menerapkan (C3) 58%, dan menganalisis (C4) 61%. Sementara kemampuan kelas eksperimen dalam mengingat (C1) 53%, memahami (C2) 67%, menerapkan (C3) 67%, dan menganalisis (C4) 67%. Diagram di atas juga menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas, hasil belajar siswa (posttest) kelas eksperimen lebih unggul pada kemampuan berpikir C2, C3, C4, sedangkan pada kemampuan berpikir C1, kedua kelas memiliki kemampuan yang sama.

Jika ditinjau dari segi peningkatan, hasil peningkatan dari masing-masing ranah kognitif dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kedua Kelas pada Ranah Kognitif

Hasil peningkatan ini didapatkan dari selisih hasil pretest dan posttest masing-masing kelas. Kelas kontrol unggul dalam meningkatkan kemampuan berpikir C1 (meningkat 40%). Sementara kelas eksperimen lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan berpikir C2 (meningkat 39%), C3 (meningkat 44%), C4 (meningkat 46%).

Respon Siswa terhadap Penggunaan Media Audio-Visual (Video)

Hasil data angket yang telah diperoleh selanjutnya dihitung secara kuantitatif, menghasilkan data berupa persentase kemudian dikonversi menjadi data kualitatif. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% C1 C2 C3 C4 13% 23% 27% 26% 53% 58% 58% 61% 21% 28% 23% 21% 53% 67% 67% 67% Pe rsent a se Ranah Kognitif Pretest Kontrol Posttest Kontrol Pretest Eksperimen 0% 10% 20% 30% 40% 50% C1 C2 C3 C4 40% 35% 31% 35% 32% 39% 44% 46% Pe rsent a se Ranah Kognitif Kontrol Eksperimen

Tabel 2. Hasil Angket Penggunaan Media Audio-Visual (Video)

Indikator Angket

Kelas Eksperimen

Persentase Kesimpulan

Perpaduan antara suara dan tampilan 79% Baik

Tampilan warna dan desain secara keseluruhan 81% Baik Sekali

Kemudahan isi pesan untuk dipahami 81% Baik Sekali

Kesesuaian isi video dengan materi pelajaran 75% Baik

Kesesuaian media dengan pengguna (siswa) 80% Baik

Rata-Rata 79% Baik

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa secara keseluruhan penggunaan media audio-visual (video) dalam pembelajaran fisika konsep elastisitas mendapatkan respon yang baik dari para siswa. Artinya, penggunaan media audio-visual (video) menarik bagi para siswa dan mampu membantu siswa dalam memahami materi. Namun pada indikator keempat, didapat persentase sebesar 75%. Hal itu mengindikasikan bahwa sebagian kecil siswa menganggap isi video tidak sesuai dengan materi pelajaran. Meskipun begitu, indikator tersebut tetap berada dalam kategori baik.

Pembahasan

Dalam penelitian ini, kelas eksperimen unggul dalam meningkatkan kemampuan memahami (C2) sebesar 39%, menerapkan (C3) sebesar 44%, menganalisis (C4) sebesar 46%. Pembelajaran dengan menggunakan media audio-visual (video) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional diantaranya, dengan melihat program video bersama-sama, sekelompok siswa yang berbeda- beda bisa membangun kesamaan pengalaman untuk membahas sebuah isu secara efektif, dengan kata lain setiap siswa memiliki pemahaman yang seragam terhadap suatu materi, dalam hal ini pada konsep elastisitas. Hal tersebut menyebabkan kelas eksperimen yang menggunakan media ini memiliki peningkatan kemampuan dalam memahami (C2) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang menekankan pada penyampaian materi secara verbal. Hal ini didukung oleh angket siswa, yaitu sebesar 81% siswa memberi respon yang baik sekali mengenai kemudahan isi pesan untuk dipahami. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryoko (2009), ia menyatakan bahwa media audio-visual (video) dapat memperlancar pemahaman sehingga para siswa dapat mengoptimalkan kemampuan dan potensinya.

Media audio-visual (video) juga menyajikan materi secara bertahap, dimana gerakan ditampilkan secara berurutan (Smaldino, 2011). Dengan begitu, siswa mendapatkan gambaran yang nyata terhadap konsep elastisitas dan mampu menerapkan kembali materi yang telah dipelajarinya, sehingga kemampuan menerapkan (C3) siswa di kelas eksperimen lebih unggul dibandingkan dalam pembelajaran konvensional dimana siswa hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan oleh guru. Hal ini didukung oleh hasil

angket siswa yang menolak pernyataan “cuplikan video tidak dapat menggambarkan konsep elastisitas secara

nyata”. Artinya, 75% siswa beranggapan bahwa cuplikan video dapat menggambarkan materi secara nyata.

Hasil validasi ahli materi pun pada indikator kesesuaian cuplikan video dalam menggambarkan aplikasi dari konsep elastisitas mendapat skor 4 (kategori baik), keterwakilan penjelasan konsep oleh cuplikan video dalam media mendapat skor 5 (kategori sangat baik).

Penampilan video yang dapat diulang sesuai dengan keinginan, membuat para siswa termotivasi untuk mengamati dan menganalisis fenomena dalam kehidupan sehari-hari (Smaldino, 2011). Walaupun diulang, siswa tidak mengalami kejenuhan, sebaliknya, siswa dapat lebih paham dengan pengulangan tampilan video dalam cuplikan tertentu. Hal ini didukung oleh angket siswa yang menunjukkan 81% siswa beranggapan bahwa tampilan media menarik sehingga tidak membosankan. Ditambah lagi, cuplikan video berisi beberapa

fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya gambaran terhadap fenomena tersebut dan disajikan dengan tampilan menarik, siswa akan lebih termotivasi karena konsep yang sedang ia pelajari itu ada di sekitarnya, sehingga siswa mampu menganalisis konsep tersebut. Hal itu yang menyebabkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif dalam tingkatan menganalisis (C4) yang menggunakan media audio-visual (video) lebih unggul dibanding kelas kontrol yang hanya didominasi oleh ceramah.

Namun pada kemampuan mengingat (C1), hasil belajar siswa yang menggunakan media audio-visual (video) lebih rendah (meningkat sebesar 32%) dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan pembelajaran konvensional (meningkat sebesar 40%). Pembelajaran konvensional cenderung berorientasi pada target penguasaan materi dengan cara menghapal karena pembelajaran didominasi oleh ceramah. Hal ini sejalan dengan yang disampaikan Haryoko dalam penelitiannya. Dari sisi penguasaan materi, menghapal terbukti berhasil dalam meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam jangka panjang dan juga proses pembelajaran membutuhkan waktu yang relatif lama (Haryoko, 2009). Penyajian materi melalui ceramah pun hanya akan mempermudah siswa yang memiliki tipe belajar auditif, karena mereka terbiasa memahami materi pembelajaran dengan mengandalkan pendengaran.

Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang didominasi oleh ceramah, keberhasilan media audio- visual (video) salah satunya disebabkan karena siswa menyerap materi lebih banyak saat menyaksikan video. Hal ini juga dikemukakan oleh Porter (2010), penggagas Quantum Learning, bahwa manusia dapat menyerap suatu materi sebanyak 70% dari apa yang dilakukan, 50% dari apa yang didengar dan dilihat (audio-visual), 30% dari yang dilihat, 20% dari yang didengar, dan hanya 10% dari apa yang dibaca. Hasil pengamatan dalam proses pembelajaran menunjukkan bahwa beberapa siswa memiliki tipe belajar auditif, dan sebagian lagi memiliki tipe visual. Dengan begitu pembelajaran menggunakan media audio-visual (video) dapat menyentuh gaya belajar setiap siswa. Siswa yang terbiasa mengandalkan pendengaran dalam pembelajaran (tipe auditif) akan terbantu dengan adanya narasi dan backsound di dalam video. Sedangkan siswa yang mengandalkan penglihatan (tipe visual) akan terbantu dengan gambaran yang ditampilkan oleh video. Terbukti respon siswa terhadap perpaduan antara suara dan tampilan video berada dalam kategori baik (79%) serta tampilan warna dan desain secara keseluruhan berada dalam kategori baik sekali (81%). Hasil validasi ahli media pada indikator keterlibatan beberapa indera mendapatkan skor 4 (kategori baik).

Berdasarkan penjelasan di atas, pembelajaran menggunakan media audio-visual (video) memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Oleh sebab itu dapat diambil kesimpulan bahwa media audio-visual (video) berpengaruh positif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep elastisitas.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh media audio-visual (video) terhadap hasil belajar siswa kelas XI pada konsep elastisitas. Pengaruh tersebut terlihat dari:

1. Pembelajaran menggunakan media audio-visual (video) terbukti lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). Sedangkan pembelajaran di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional lebih unggul dalam meningkatkan kemampuan mengingat (C1).

2. Respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan media audio-visual (video) berada pada kategori baik.

SARAN

Pada penelitian ini terdapat dua kelemahan. Pertama, tampilan video kurang membangun interaktivitas siswa dalam pembelajaran, solusi untuk kelemahan ini adalah dibutuhkan desain dan skenario yang matang untuk membuat video yang dapat berinteraksi dengan siswa serta membuat siswa tidak sadar sedang belajar dan mampu bertahan dalam menonton video yang ditampilkan. Kedua, kurang mendalamnya materi yang disajikan, sehingga saran yang dapat diajukan untuk penelitian ke depan, yaitu menambahkan materi ke dalam video secara efektif sehingga durasinya tidak menjadi terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

A Sahertian P. 2008.Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Afifah N, dkk. 2013. Penerapan Pendekatan Kontekstual Menggunakan Media Video untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Kelas XI RPL 1 SMKN 8 Semarang. Seminar Nasional 2nd Lontar Physics Forum.

Ariani N, Haryanto D. 2010.Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Arikunto S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Cet. IX.

---. 2002.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. XII.

Arsyad A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. XV. Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. V.

Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, Cet. III.

E. Barron A, et al. 2002.Technologies for Education. United States: Libraries Unlimited, Fourth Edition. E Smaldino S, et a.l. 2011.Instructional Technology and Media for Learning. Jakarta: Kencana Prenada

Group, Cet. I.

Fansuri H. 2013. Penerapan Video Pembelajaran untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas X Teknik Fabrikasi Logam pada Mata Pelajaran Teori Las Oxy-Acetylene di SMK Negeri 1 Seyegan. Jurnal Skripsi UNY.

Fechera B, dkk. 2012.Desain dan Implementasi Media Video Prinsip-Prinsip Alat Ukur Listrik dan Elektronika. Portal Jurnal UPI. 8.

George M, Nalliveettil, Odeh H, Ali. 2013.A Study on the Usefulness of Audio-Visual Aids in EFL Classroom: Implication for Effective Instruction. Sciedu Press. 2.

Hamalik O. 2008.Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara, Cet. VIII.

Haryoko S. 2009. Efektivitas Pemanfaatan Media Audio-Visual sebagai Alternatif Optimalisasi Model Pembelajaran. Jurnal Edukasi Elektro. 5.

Ikrayenti Y, dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbentuk Video Tutorial Berbahasa Inggris pada Pembelajaran Fisika SMA. Pillar of Physics Education. 1.

Kanginan M. 2002. Fisika 2A untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.

M Soelarko, R. 1980. Audio Visual: Media Komunikasi Ilmiah Pendidikan Penerangan. Bandung: Binacipta, Cet. I.

Munadi Y. 2010.Media Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada Press, Cet. 3.

Munir. 2012. Multimedia: Konsep dan Aplikasi dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Quarcoo NR., et al. 2012.Impact of Audio-Visual Aids on Senior High School Student’s Achievement in Physics. Eurasian Journal of Physics and Chemistry Education.

Rusman, dkk. 2012.Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Jakarta: Rawajali Press, Cet. II.

S Sadiman A, dkk. 2011.Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, Cet. XV.

Sudijono A.2008.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sudijono A.2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudjana N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. XIV. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, Cet. I.

Trianto. 2010.Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana, Cet. I.

Usman H, Setiady A, Purnomo.1995. Pengantar Statistika. Jakarta: Bumi Aksara.

WA Lorin, R Krathwohl, David. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing: a revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Zhang D, et al.2006.Instructional Video in E-Learning: Assessing the Impact of Interactive Video on Learning Effectiveness. Elsevier.