• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 39-45)

KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI

G. Pendekatan dalam Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Secara umum pendekatan bimbingan dan konseling dibagi menjadi empat pendekatan, yakni pendekatan krisis, pendekatan remedial, pendekatan preventif, dan pendekatan perkembangan. Yusuf dan Nurihsan (2008: 81) menjelaskan cukup rinci beberapa pendekatan dimaksud, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Krisis

Pendekatan krisis merupakan upaya bimbingan yang ditujukan kepada individu yang mengalami krisis atau masalah. Jadi bimbingan diberikan dengan tujuan untuk mengatasi krisis atau masalah-masalah yang dialami individu. Dalam pelaksanaannya bimbingan dengan pendekatan krisis ini adalah konselor atau guru pembimbing menunggu

Dummy

konseli yang datang untuk selanjutnya konselor memberikan bantuan sesuai dengan masalah yang dirasakan konseli. Pendekatan krisis ini banyak diwarnai oleh aliran psikoanalisis di mana makna utama aliran ini adalah bahwa berfungsinya kepribadian individu saat ini sangat dipengaruhi kejadian masa lampaunya. Kejadian dan pengalaman individu pada masa lima atau enam tahun pertama dari kehidupannya dipandang sebagai akar dari krisis individu yang bersangkutan pada saat ini.

2. Pendekatan Remedial

Pendekatan remedial merupakan upaya bimbingan yang diarahkan kepada individu yang mengalami kesulitan. Bimbingan ditujukan untuk memperbaiki sejumlah kesulitan yang dialami konseli. Dalam melaksanakan bimbingan dan konseling dengan pendekatan remedial ini konselor lebih memfokuskan pada beberapa kelemahan individu yang selanjutnya berupaya untuk memperbaikinya sesuai dengan yang diharapkan. Pendekatan remedial ini sangat dipengaruhi oleh aliran behavioristik, di mana aliran ini sangat menekankan pada sikap dan perilaku konseli di sini dan saat ini (here and now). Sikap dan perilaku konseli saat ini dari konseli sangat dipengaruhi oleh suasana lingkungan pada saat ini pula. Oleh karena itu, untuk memperbaiki sikap dan perilaku individu perlu ditata lingkungan yang mendukung untuk perbaikan sikap dan perilaku tersebut. Tugas konselor adalah menciptakan lingkungan yang lebih kondusif agar konseli lebih mencerminkan sikap dan perilaku yang lebih efektif.

3. Pendekatan Preventif

Pendekatan preventif merupakan upaya bimbingan yang diarahkan untuk mengantisipasi beberapa masalah individu secara umum dengan harapan individu akan tercegah dan tidak sampai mengalami masalah- masalah tersebut. Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling dengan pendekatan preventif ini konselor memberikan sejumlah informasi dan mengajarkan serangkaian pengetahuan dan keterampilan untuk mencegah terjadinya masalah-masalah yang kemungkinan bisa terjadi.

4. Pendekatan Perkembangan

Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan bimbingan dan konseling yang memfokuskan pada pengembangan dan potensi individu secara optimal. Diyakini bahwa setiap individu memiliki

Dummy

beberapa teknik dan strategi bimbingan maka potensi dan kekuatan tersebut dikembangkan. Dalam pendekatan perkembangan ini layanan bimbingan diberikan kepada semua individu – bukan hanya individu yang bermasalah–yang berhak menerima layanan bimbingan. Di dalam praktiknya bimbingan perkembangan dapat dilaksanakan secara individual, kelompok bahkan klasikal dengan menerapkan layanan pemberian informasi, diskusi, proses kelompok, dan penyaluran bakat dan minat.

Pemberian layanan bimbingan untuk anak usia dini pada dasarnya dapat diberikan dengan dua pendekatan yakni developmental guidance yang berorientasi perkembangan dan curative/corrective guidance yang lebih berfokus pada penyembuhan atau perbaikan (Ernawulan Syaodih, 2007). Pendekatan pertama (developmental guidance) lebih diarahkan pada pemahaman dan pengembangan semua potensi, kemampuan dan karakteristik anak dan diperuntukkan bagi semua individu; sedangkan pendekatan kedua (curative/corrective guidance) diarahkan untuk membantu menyembuhkan dan memperbaiki perilaku menyimpang anak sehingga dapat diatasi dan dipecahkan semua masalah yang menimpanya. Berkenaan dengan bantuan untuk mengoptimalkan perkembangan potensi-potensi anak usia dini maka pendekatan yang lebih tepat adalah pendekatan perkembangan yang memang sangat cocok dengan kondisi anak yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kematangan dalam semua aspek kepribadiannya. Semua anak membutuhkan bimbingan dan khusus untuk anak usia dini yang secara umum belum banyak menghadapi permasalahan yang membutuhkan penyembuhan maka bimbingan yang berorientasi perkembangan merupakan bimbingan yang paling sesuai untuk mereka yang berada di jenjang prasekolah ini.

Ernawulan Syaodih dan Mubiar Agustin (2008: 3.5) mengutarakan bahwa guru atau pendamping yang menggunakan pendekatan perkembangan ini beranjak dari pemahaman tentang keterampilan dan pemahaman khusus yang dibutuhkan anak-anak PAUD untuk mencapai keberhasilan di tempat belajar dan di dalam kehidupan. Pendekatan perkembangan ini dipandang sebagai pendekatan yang tepat digunakan dalam tatanan pendidikan formal dan nonformal karena pendekatan ini memberikan perhatian terhadap perkembangan anak, kebutuhan, dan minat serta membantu anak mempelajari keterampilan hidup.

Dummy

Serangkaian strategi dan teknik dapat digunakan dalam pendekatan perkembangan ini antara lain mengajar, saling tukar informasi, bermain peran, melatih, tutorial, dan konseling. Ditilik dari sisi orientasi, pendekatan perkembangan lebih memfokuskan pada pengembangan potensi dan kekuatan pada diri anak-anak PAUD yang sedang mengalami perkembangan pada semua aspek kepribadiannya. Pendekatan ini lebih memberikan perhatian terhadap perkembangan dimaksud, kebutuhan- kebutuhan, serta bakat dan minatnya.

Dibandingkan dengan pelaksanaan layanan bimbingan di jenjang sekolah menengah, layanan bimbingan di lembaga pendidikan anak usia dini memiliki keunikan tersendiri. Di sekolah menengah dipakai sistem guru bidang studi maka pembelajaran dan bimbingan dilaksanakan oleh petugas tersendiri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sedangkan di lembaga pendidikan anak usia dini karena menggunakan sistem guru kelas maka pembelajaran dan bimbingan dilakukan oleh petugas yang sama (Supriadi, 2004). Dengan kata lain pembelajaran dan bimbingan dilaksanakan oleh guru kelas yang memberikan pembelajaran sekaligus melakukan proses bimbingan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Guru menjalankan multifungsi yakni sebagai guru dan sebagai pembimbing. Pada dasarnya di lembaga pendidikan anak usia dini peranan para guru lebih besar sebagai pembimbing dibandingkan sebagai guru atau pengajar. Tugas guru lebih banyak membantu anak mengembangkan kepribadiannya dan hanya sedikit memerankan fungsinya sebagai guru materi pelajaran secara formal. Hal ini tentunya dapat dilihat dari kurikulum lembaga pendidikan anak usia dini yang memang belum ada mata pelajaran, belum ada materi atau isi pelajaran yang secara formal berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di jenjang pendidikan lembaga pendidikan anak usia dini program dan isi pendidikan masih bersifat umum dan proses pendidikannya bersifat terpadu. Keterpaduannya ini bukan hanya antara isi mata pelajaran namun juga dalam pemberian layanan atau proses bantuan.

Jadi keterpaduan terlihat jelas dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di lembaga pendidikan anak usia dini yaitu pelaksanaan pembelajaran, latihan, dan bimbingan.

Adapun pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut.

1. Pendekatan instruksional dan interaktif, yaitu terpadu dengan pelaksanaan Program Kegiatan Belajar (PKB). Misalnya menciptakan

Dummy

suasana dan kegiatan kelas yang menyenangkan dan bervariasi, membiasakan disiplin, mengadakan kegiatan individual, kelompok dan klasikal.

2. Pendekatan dukungan sistem, yaitu dengan menciptakan suasana taman kanak-kanak dan lingkungannya yang menunjang perkembangan anak.

3. Pendekatan pengembangan pribadi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan kondisi dan kemampuan dirinya. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas individual, penempatan anak dalam kelompok berdasarkan minat dan kemampuan.

Dummy

Dummy

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 39-45)