KONSEP DASAR PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
F. Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
membuat anak memerlukan kawan tempat mereka berbagai rasa dan belajar bersama sehingga muaranya mereka akan mampu mengembangkan segenap potensi yang ada pada dirinya secara optimal.
Masalah pendidikan bukanlah masalah sembarang namun merupakan masalah besar dan penting, menyangkut masalah orang tua, sekolah, bahkan negara dan pada hakikatnya adalah menyangkut masalah yang paling mendasar tentang manusia itu sendiri (Hasyim, 1993: 3). Dengan demikian perlu dipahami para pendidik yang berkiprah pada kegiatan PAUD bahwa sebagai pendidik mereka harus memiliki wawasan yang luas tentang PAUD. Perlu proses pengayaan konseptual mendalam untuk dapat diraih melalui berbagai wawasan baru pendidikan prasekolah (PAUD) dalam semua aspeknya.
Dalam konteks Islam keberadaan proses pendidikan prasekolah bagi setiap anak merupakan tahapan penting dalam mengarahkan perkembangan anak. Dalam hal ini setiap pendidik terutama orang tua Muslim bertanggung jawab menentukan pendekatan dan pola pendidikan anak pada tahapan usia dini, baik pendidikan yang mengarahkan kemampuan sosial, emosional, dan kognitif maupun moral keagamaan anak menuju terbentuknya pribadi yang saleh dan utuh. Bagaimanapun, pada masa usia dini adalah sebagai masa penting dalam menanamkan nilai-nilai moral dan agama, maka orang tua dan guru berkewajiban memerhatikan sepenuhnya penanaman nilai moral dan agama dengan pembiasaan, keteladanan, dan nasihat dengan sebaik-baiknya. Para pendidik harus benar-benar membantu pertumbuhan dan perkembangan religius dalam jiwa anak usia dini, misalnya melalui kebiasaan berpakaian Muslim, berbahasa sopan dan baik, kebiasaan makan, dan perilaku islami lainnya.
mana anak itu tinggal. Prinsip pelaksanaan PAUD harus mengacu dan tidak mengabaikan prinsip-prinsip umum yang terkandung dalam Konvensi Hak Anak, yaitu sebagai berikut.
1. Nondiskriminasi, yaitu semua anak dapat mengecap pendidikan usia dini tanpa membedakan suku bangsa, jenis kelamin, bahasa, agama, tingkat sosial, dan kebutuhan khusus anak.
2. Dilakukan demi kebaikan terbaik untuk anak (the best interest of the child), bentuk pengajaran, kurikulum yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, emosional, konteks sosial budaya di mana anak itu hidup.
3. Mengakui adanya hak hidup, kelangsungan hidup dan perkembangan yang sudah melekat pada anak.
4. Penghargaan terhadap pendapat anak (respect for the view of the child), pendapat anak terutama yang menyangkut kehidupannya perlu mendapatkan perhatian dan tanggapan.
Prinsip-prinsip pelaksanaan PAUD harus sejalan dengan prinsip pelaksanaan keseluruhan proses pendidikan, seperti dikemukakan oleh Bredekam dan Coople (1997) dalam Dirjen PAUD (2004: 25) yang mencakup hal-hal berikut ini.
1. Aspek dari perkembangan anak (fisik, sosial, emosional, dan kognitif) berkait antara satu dengan lainnya. Perkembangan dalam aspek yang satu akan memengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh aspek lainnya.
2. Perkembangan terjadi dalam urutan waktu yang runtun, artinya kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang dicapai kemudian akan berdasarkan pada kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
3. Perkembangan berlangsung dengan kecepatan yang bervariasi pada masing-masing anak serta masing-masing fungsi dan aspek. Oleh sebab itu, siapa pun yang berusaha untuk menempatkan anak dalam kategori-kategori serta memperlakukan anak dengan cara yang sama pasti akan gagal dan anak akan menderita.
4. Pengalaman-pengalaman yang dimiliki anak sebelumnya berdampak pada masing-masing perkembangan anak. Periode optimal muncul untuk jenis-jenis perkembangan dan pembelajaran tertentu.
Dummy
5. Perkembangan akan berproses ke arah yang dapat ditentukan sebelumnya, yakni menuju kompleksitas, organisasi, dan internalisasi yang lebih besar.
6. Perkembangan dan pembelajaran terjadi di dalam dan dipengaruhi oleh konteks sosial budaya yang beraneka ragam. Anak-anak paling baik dipahami dalam konteks keluarga, budaya, dan masyarakatnya.
Konteks sosial ekonomi keluarga juga memainkan peranan penting dalam perkembangan anak terutama kaitannya dengan nutrisi dan kesehatan.
7. Perkembangan dan pembelajaran dihasilkan oleh interaksi kematangan biologis serta lingkungan yang mencakup stimulasi pendidikan, nutrisi dan kesehatan.
8. Perkembangan akan mencapai kemajuan manakala anak memiliki kesempatan untuk mempraktikkan keterampilan baru yang diperoleh, serta ketika mereka mendapatkan pembelajaran yang menantang yang berada di atas tingkat kemampuan yang mereka miliki sebelumnya.
9. Bermain merupakan alat yang teramat penting bagi perkembangan sosial, emosional, dan kognitif anak-anak, serta sebagai cerminan dari perkembangan mereka.
10. Anak-anak berkembang dan belajar dengan baik di dalam konteks suatu masyarakat di mana mereka merasa aman, dihargai, di mana kebutuhan fisik mereka dipenuhi, dan di mana secara psikologis mereka merasa aman.
11. Anak-anak menunjukkan cara memahami dan cara belajar yang berbeda. Demikian pula halnya dengan cara untuk mempertunjukkan apa-apa yang telah mereka ketahui.
Sementara itu menurut Anita Yus (2011: 50-60), terdapat 12 (dua belas) prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak berdasarkan DAP yang dijelaskan secara rinci sebagai berikut.
1. Wilayah perkembangan anak–fisik, moral, emosional, kognitif dan dimensi lainnya–saling berkaitan erat. Perkembangan dalam satu wilayah memengaruhi dan dipengaruhi oleh wilayah lainnya.
Saat bayi mulai merangkak atau berjalan, kemampuannya untuk mengeksplorasi bertambah luas, dan mobilitas mereka memengaruhi perkembangan kognitifnya. Demikian pula keterampilan bahasa anak- anak memengaruhi kemampuannya untuk melakukan hubungan
Dummy
dan interaksi dengan anak lainnya atau orang dewasa yang ada di sekelilingnya. Begitu juga kemampuan anak dalam interaksi sosial dapat mendukung atau menghambat perkembangan bahasanya.
Ini berarti perkembangan satu area memfasilitasi perkembangan dalam area lain. Karena area perkembangan saling berhubungan, maka pendidik harus menyadari dan menggunakan keterhubungan ini untuk mengorganisasi pengalaman belajar anak dalam cara-cara yang membantu anak untuk berkembang secara optimal dalam area perkembangan dan menciptakan hubungan yang mengandung arti antara area perkembangan.
Tentu saja dengan adanya pengenalan hubungan antararea perkembangan juga sangat bermanfaat dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum dengan variasi kelompok umur dalam periode anak usia dini. Kurikulum untuk bayi dan kanak-kanak sangat dikendalikan oleh kebutuhan untuk mendukung perkembangan kesehatan pada seluruh area perkembangan. Selama tingkatan utama, perencanaan kurikulum difokuskan pada upaya untuk membantu anak mengembangkan pemahaman konseptual yang menggunakan keterhubungan berbagai pokok disiplin.
2. Perkembangan terjadi dalam urutan yang relatif teratur, dan kemampuan, keterampilan, serta pengetahuan berikut terbentuk atas kemampuan keterampilan, dan pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.
Dari sejumlah kajian terhadap perkembangan manusia tergambar bahwa pertumbuhan dan perubahan yang relatif stabil dan urutannya dapat diperkirakan terjadi sembilan tahun pertama kehidupan anak. Perubahan yang dapat diperkirakan terjadi dalam semua area perkembangan baik fisk, emosional, bahasa, dan kognitif, meskipun cara perubahan ini diwujudkan dan dipahami secara berbeda dalam konteks budaya yang berbeda pula. Pengetahuan tentang jenis perkembangan anak sepanjang usia disajikan dalam program yang menyajikan kerangka umum tentang bagaimana guru mempersiapkan lingkungan belajar dan rencana yang realistik, bertujuan, dan menyediakan pengalaman yang sesuai bagi anak.
3. Perkembangan berlangsung dalam kecepatan yang berbeda antaranak satu dengan yang lain maupun antara wilayah perkembangan satu dengan yang lain pada individu yang sama
Dummy
Setiap anak adalah unik. Pernyataan ini mengandung makna bahwa variasi individual paling tidak mengandung dua dimensi, yakni variabilitas yang terdapat di sekitar rata-rata atau sepanjang perkembangan normatif dan keunikan masing-masing orang sebagai individu. Keunikan kepribadian anak berarti anak memiliki pola individu dan waktu (timing) pertumbuhan, seperti halnya kepribadian individu, perangai (temperamen), gaya belajar, dan pengalaman serta latar belakang keluarga. Semua anak memiliki kekuatan masing- masing, kebutuhan dan minat; bagi beberapa anak pembelajaran khusus dan kebutuhan perkembangan dapat dikenali. Terdapat variasi yang besar antara anak pada umur kronologis yang sama, umur anak harus dipandang sebagai indeks kasar dari kematangan.
Penekanan pada individual appropriateness tidak dapat disamakan dengan “individualisme”, namun lebih pada pengenalan bahwa anak perlu dipertimbangkan tidak semata-mata sebagai anggota dalam sebuah kelompok, namun diharapkan dapat menampilkan norma yang diharapkan dan tanpa adaptasi terhadap variasi individual dalam berbagai hal. Adanya harapan yang tinggi terhadap anak adalah penting tetapi harapan yang kaku dari norma kelompok tidak mencerminkan apa yang diketahui tentang kenyataan yang berbeda dalam perkembangan dan pembelajaran individual sepanjang usia dini.
Harapan norma kelompok dapat berdampak negatif bagi anak dalam pembelajaran dan upaya memenuhi kebutuhan perkembangan.
4. Pengalaman yang telah diperoleh anak memiliki dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan anak berikut.
Pengalaman awal anak baik yang posistif maupun negatif akan terakumulasi dalam pikiran. Jika pengalaman kurang dirasakan hal ini dapat memberikan pengaruh minimal. Jika pengalaman positif atau negatif ini berlangsung sering dan sangat dirasakan akan menjadi kekuatan, kekal, dan bahkan memiliki efek bola salju. Misalnya, pengalaman sosial anak dengan anak lain pada saat awal prasekolah membantunya mengembangkan keterampilan sosial dan kepercayaan yang memungkinkannya untuk berteman pada awal tahun prasekolah, dan pengalaman ini akan meningkatkan kompetensi sosial minimal.
Perasaan diabaikan atau ditolak oleh sebayanya dapat berdampak untuk mengalami drop out sekolah, menjadi nakal, dan mungkin mengalami masalah mental pada saat dewasa nanti. Pola yang sama
Dummy
dapat diobservasi pada bayi yang menangis dan melakukan upaya lain untuk berkomunikasi biasanya bersifat responsif sehingga memperoleh peningkatan pemikiran mereka sendiri dan memperoleh kompetensi berkomunikasi. Kerry Jones menambahkan, pembelajaran anak sebaiknya adalah dengan langsung mengerjakan. Anak-anak belajar dengan melakukan berbagai aktivitas, konsentrasi pada pengalaman yang melibatkan sense mereka, mencoba untuk mengungkapkan ide- ide, serta melakukan hal-hal yang berarti untuk mereka. Semua ini memberi dampak langsung pada anak.
5. Perkembangan berproses pada arah yang dapat diprediksi menuju ke arah kompleksitas, pengorganisasian, dan internalisasi yang lebih luas.
Belajar sepanjang usia dini berproses dari pengetahuan behaviorisional ke simbolik atau pengetahuan yang representasional. Misalnya anak belajar untuk mengenali dan menjelajahi rumahnya dan berbagai setting keluarga jauh sebelum mereka dapat memahami kata kiri atau kanan atau membaca peta rumahnya. Program developmentally appropriate menyediakan berbagai variasi pengalaman pertama dan dengan membantu anak memperoleh pengetahuan simbolik melalui penyajian pengalaman mereka dalam media yang bervariasi, seperti menggambar, mewarnai, membangun model, dramatic play, deskripsi verbal, dan tulisan. Anak kecil bahkan mampu menggunakan berbagai media untuk menampilkan pemahaman mereka terhadap suatu konsep lebih lanjut melalui penyajian pengetahuan mereka dan pengetahuan itu akan meningkat. Penyajian model dan media juga bervariasi sesuai dengan umur anak. Sebagai contoh, kebanyakan pembelajaran pada bayi dan kanak-kanak fokus pada sensori dan motor, tetapi setelah umur dua tahun dalam bermain, anak menggunakan satu benda untuk mewakili benda lain, misalnya sebuah balok untuk mewakili telepon.
6. Perkembangan dan pembelajaran berlangsung dalam dan dipengaruhi oleh berbagai konteks sosial dan budaya dan anak belajar melalui interaksi dengan teman sebaya dan orang dewasa serta semua yang ada di lingkungannya
Brofenbrenner (1979, 1989, 1993) menyajikan sebuah model ekologi untuk memahami perkembangan manusia. Dijelaskannya bahwa perkembangan anak sebaiknya dipahami dalam konteks sosiokultural keluarga, setting pendidikan, kemasyarakatan, dan masyarakat yang lebih luas. Konteks yang bervariasi ini saling terkait dan kesemuanya
Dummy
memiliki pengaruh dalam perkembangan anak. Misalnya meski anak yang berada dalam keluarga yang penuh cinta dan memberikan dukungan yang kuat serta masyarakat yang sehat tetap dipengaruhi oleh bias dari masyarakat yang lebih luas, seperti rasialisme dan mungkin memberikan pengaruh negatif dari stereotipe dan diskriminasi.
Dalam hal kebudayaaan didefinisikan sebagai kepercayaan dan pola atas dan untuk perilaku, keduanya eksplisit dan implisit, dan dilewati generasi mendatang melalui masyarakat di sekitar mereka hidup dan/atau oleh keyakinan atau kelompok etnik di dalamnya.
Karena kebudayaan sering difokuskan dalam konteks perbedaan atau multikulturalisme, orang gagal untuk mengenali peran kekuatan yang dimainkan budaya dalam memengaruhi perkembangan anak. Setiap struktur budaya memiliki interpretasi perilaku dan perkembangan anak masing-masing. Sebagaimana dikatakan Bowman: “Aturan perkembangan adalah sama bagi semua anak, tetapi konteks sosial membentuk perkembangan anak ke dalam dan bentuk dan wujud yang berbeda-beda”. Guru anak usia dini perlu memahami pengaruh konteks sosial dalam belajar, mengenali kompetensi perkembangan anak dan menerima berbagai cara anak untuk mengekspresikan pencapaian perkembangan mereka.
Guru harus mempelajari tentang budaya mayoritas anak yang ditampilkan jika budaya tersebut berbeda dengan budaya yang mereka miliki. Bagaimanapun, dengan mengenali bahwa perkembangan dan pembelajaran dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya, guru tidak perlu memahami semua nuansa dari setiap kelompok budaya yang mungkin ditemukan pada saat mereka praktik, hal ini merupakan suatu tugas yang tidak mungkin. Namun lebih merupakan pengenalan mendasari kepekaan guru untuk menunjukkan bagaimana, pengalaman budaya mereka sendiri membentuk perspektif mereka dan menyadari multiple perspective. Budaya guru turut dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan atas pengembangan dan pembelajaran anak.
Jika guru membentuk harapan yang rendah terhadap anak berdasarkan pada budaya dan bahasa anak, maka anak tidak dapat berkembang dan belajar secara optimal. Pendidikan harus merupakan suatu proses additive. Misalnya anak yang menggunakan bahasa pokok bukan bahasa Inggris harus mampu belajar bahasa Inggris tanpa tekanan untuk meninggalkan bahasa ibu mereka. Demikian pula anak yang bicara
Dummy
hanya berbahasa Inggris memperoleh keuntungan dari belajar bahasa lain. Tujuannya adalah anak semua belajar berfungsi dengan baik di dalam masyarakat secara utuh dan bergerak secara nyaman di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berasal dari latar belakang yang serupa atau tidak sama.
7. Anak adalah pembelajar yang aktif, yang belajar dengan menunjukkan secara langsung pengalaman fisik dan sosial berkenaan dengan aspek- aspek budaya yang diperlihatkan melalui pengetahuan dalam rangka membangun pemahaman mereka tentang dunia sekitar mereka.
Anak menyokong perkembangan dan pembelajaran mereka sendiri saat mereka bekerja keras memperoleh pemahaman atas pengalaman mereka sehari-hari di rumah, atas program anak usia dini dan masyarakat. Prinsip DAP didasarkan atas beberapa teori terkemuka yang memandang perkembangan intelektual dari sisi konstruktivis, interactive perspective. Sejak lahir anak secara aktif terkait dengan pembentukan pemahaman mereka sendiri terhadap pengalaman, dan pemahaman ini dijembatani secara jelas dihubungkan dengan konteks sosiokultural. Anak kecil secara aktif belajar dengan mengamati dan berpartisipasi dengan anak lain dan orang dewasa, termasuk orang tua dan guru. Anak perlu membentuk hipotesisnya sendiri dan terus mencobanya melalui interaksi sosial, manipulasi fisik, dan proses pikiran mereka sendiri dengan cara mengamati apa yang terjadi, merefleksikan penemuan mereka, bertanya, dan merumuskan pertanyaan. Ketika objek, kejadian-kejadian, dan orang lain menjadi tantangan untuk membuat sebuah model pada saat anak telah memiliki konstruksi secara mental, maka konstruksi mental ini memengaruhi pembentukan satu informasi yang baru. Sepanjang usia dini, anak memproses suatu pengalaman baru secara berkelanjutan, membuat bentuk baru, memperluas, dan mengenali struktur mental. Ketika guru dan orang dewasa menggunakan berbagai strategi untuk membantu anak merefleksikan berbagai pengalaman melalui perencanaan dan pemahaman kembali atau ‘revisiting’ setelah itu, maka pengetahuan dan pemahaman yang diperoleh dari pengalaman akan lebih mendalam.
Dalam konsep DAP, istilah pengalaman fisik dan sosial digunakan dalam pengertian yang lebih luas termasuk pengetahuan fisik anak, belajar melalui pengalaman pertama dengan menggunakan benda (mengamati bahwa bila bola dilempar ke udara akan jatuh kembali),
Dummy
dan pengetahuan sosial, termasuk pengetahuan tentang tubuh yang secara kultural diperoleh dan transmisi pengetahuan yang dibutuhkan anak untuk dapat berfungsi di dunia. Misalnya anak secara cepat membangun pengetahuannya tentang berbagai simbol dan simbol yang mereka gunakan (seperti konsep alfabet dan sistem pengangkaan) adalah salah satu konsep dan pengetahuan yang digunakan dalam budaya anak dan ditransmisikan kepada mereka oleh orang dewasa.
8. Perkembangan dan belajar adalah hasil dari interaksi kematangan biologis dan lingkungan, juga meliputi aspek fisik dan kehidupan sosial anak.
Cara paling sederhana untuk menjelaskan prinsip ini adalah manusia diproduksi oleh hereditas dan lingkungan dan kekuatan ini saling berkaitan. Behavioris memfokuskan pada pengaruh lingkungan yang menentukan pembelajaran, sementara naturasionalis menekankan pada unfolding predetermined karakterisik hereditas. Masing-masing perspektif yaitu benar, namun kedua perspektif layak untuk menjelaskan pembelajaran atau perkembangan. Lebih lanjut, saat ini perkembangan dipandang sebagai hasil dari proses yang interaktif dan transaksional antara pertumbuhan, perubahan individual dan pengalaman seseorang dalam dunia sosial dan fisik. Misalnya seorang anak secara genetik diperkirakan akan tumbuh dengan sehat, tetapi nutrisi yang diasup atau diperoleh tidak sesuai dengan kebutuhan pada masa usia dini dan akibatnya dapat menghambat pertumbuhan potensi.
Atau, anak yang cacat baik karena bawaan atau sebab lingkungan, mungkin dapat diperbaiki melalui intervensi yang sistematis dan memadai.
9. Bermain adalah wahana penting bagi perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan aspek perkembangan lainnya maupun bagi refleksi dan deteksi ketercapaian perkembangan anak.
Pemahaman bahwa anak adalah pembangun yang aktif (active constructor) atas pengetahuan dan bahwa perkembangan dan pembelajaran merupakan hasil atas proses interaktif, maka guru anak usia dini perlu memahami bahwa permainan merupakan konteks pendukung yang sangat tinggi dalam proses perkembangan anak. Bermain memberikan kesempatan bagi anak untuk memahami dunia, berhubungan dengan orang lain dalam cara-cara sosial, mengekspresikan dan mengontrol
Dummy
emosi, serta membangun kemampuan simboliknya. Permainan anak memberikan pemahaman yang mendalam kepada orang dewasa terhadap perkembangan anak dan kesempatan untuk mendukung suatu strategi perkembangan baru. Vygotsky meyakini bahwa bermain merupakan pengantar dan kebutuhan pada suatu tahap perkembangan melalui bahasa tulisan akan tumbuh bahasa oral melalui alat (misalnya kendaraan) berupa permainan simbolik yang meningkatkan kemampuan penyampaian simbolik. Bermain menyediakan konteks bagi anak untuk melatih pemerolehan keterampilan baru dan juga fungsinya pada sisi perkembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang menantang dan memecahkan masalah yang kompleks yang dapat mereka lakukan.
Penelitian menunjukkan pentingnya bermain sosiodrama sebagai konteks kurikulum pembelajaran pada anak umur tiga hingga enam tahun. Ketika guru menyediakan pengorganisasian dalam bentuk tematik dalam permainan; seperti menyediakan tangga, ruang dan waktu yang layak, dan menjadi terlibat dalam permainan dengan cara memperluas dan memerinci gagasan-gagasan anak, maka keterampilan bahasa dan membaca anak dapat meningkat. Lebih lanjut untuk mendukung perkembangan kognitif, bermain menyajikan fungsi-fungsi penting dalam perkembangan fisik, sosial dan emosional anak. Anak mengekspresikan dan menampilkan gagasan, pemikiran, dan perasaan mereka ketika terlibat dalam permainan simbolik. Ketika anak bermain anak dapat belajar untuk melakukan kompromi atas perasaannya, untuk berinteraksi dengan orang lain, menyelesaikan konflik, dan mencapai pemahaman atas kemampuannya dan kesemuanya dapat dilaksanakan dengan mengembangkan imajinasi dan kreativitas mereka. Karena itu, inisiatif anak, dukungan guru, saat bermain merupakan komponen yang penting dalam DAP.
10. Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberi kesempatan untuk melatih keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan abru melalui tantangan di atas zona kemampuan perkembangannya.
Penelitian menunjukkan bahwa anak memerlukan kemampuan untuk berhasil dalam melakukan tugas pembelajaran pada waktunya sebagai upaya untuk memelihara motivasi dan ketekunan. Kegagalan yang sering dialami anak dapat menyebabkan anak berhenti mencoba atau
Dummy
kehilangan motivasi. Dengan demikian, waktu guru dalam pembelajaran lebih banyak digunakan untuk memberikan tugas kepada anak sesuai dengan usaha yang dapat dilakukan anak dan guru perlu menunjukkan kepada anak cara-cara yang dapat diterima anak sesuai dengan tingkat pemahaman anak. Pada waktu yang sama, anak secara berkelanjutan diarahkan pada situasi dan rangsangan yang dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk mencapai kemampuan atau keterampilan baru sesuai dengan zona pertumbuhannya (growing age). Selain itu anak mengalami kesulitan dalam melaksanakan suatu tugas, maka orang dewasa atau teman sebaya anak yang sudah dapat menyelesaikan tugas ini dapat memberikan dukungan yang memadai untuk menyelesaikan tugas ini. Dukungan yang diberikan ini dinamakan dengan “scaffolding”.
Dengan scaffolding akan memungkinkan anak untuk mencapai tahap perkembangan berikutnya atau mencapai zona perkembangannya.
Perkembangan dan pembelajaran adalah proses yang dinamik yang perlu dipahami orang dewasa sebagai suatu kontinum, mengamati anak untuk menyesuaikan kurikulum dan pembelajaran hingga anak dapat memunculkan kompetensi, kebutuhan serta minatnya dan membantu anak untuk bergerak lebih lanjut dengan menargetkan pengalaman pendidikan ke arah perubahan zona kemampuan sehingga kondisi ini menjadi tantangan bagi anak.
11. Anak memiliki keragaman cara untuk belajar dan mencari tahu serta memiliki berbagai cara untuk menunjukkan dan menyajikan apa yang diketahuinya.
Para pencetus teori pembelajaran dan psikolog perkembangan menyatakan bahwa manusia memahami dunia dengan berbagai cara.
Individu cenderung memiliki model dan metode belajar yang lebih disukai atau model dan metode belajar yang membantu untuk memiliki kemampuan. Hasil penelitian menunjukkan tentang perbedaan dalam modalitas pembelajaran di antaranya memberi penekanan pada pembelajaran visual, auditory, dan kinestetik. Gardener memperluas konsepsi ini dengan teori bahwa manusia memiliki multi atau banyak kecerdasan. Selain kecerdasan yang telah dikenal pada pendidikan tradisional yaitu linguistik dan logical mathematical, individu memiliki kecerdasan dalam area lain yaitu; musical, spatial, bodily kinesthetic, intrapersonal dan interpersonal. Malaguzzi menggunakan kiasan “100 bahasa” untuk menggambarkan perbedaan modalitas anak dengan