• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip-prinsip Perkembangan Anak

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 194-200)

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

E. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak Usia Dini 1. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

2. Prinsip-prinsip Perkembangan Anak

Abin Syamsuddin (2005: 83) dan (Yusuf, 2000: 15) menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi dalam proses perkembangan berprinsip progresif, sistemik, dan berkesinambungan. Perkembangan itu bersifat maju meningkat dan/atau mendalam dan/atau meluas, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (prinsip progresif). Dikatakannya bahwa perubahan yang terjadi antarbagian dan/atau fungsi organisme itu terdapat interdependensi sebagai kesatuan integral yang harmonis (prinsip sistemik), dan perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu berlangsung secara beraturan dan berurutan serta tidak secara kebetulan dan meloncat-loncat (prinsip berkesinambungan). Sementara itu Yusuf (2000: 17), mengemukakan tentang beberapa prinsip perkembangan sebagai serangkaian progresif yang terjadi proses kematangan dan pengalaman dan berlangsung secara bertahap, yang bertujuan untuk memungkinkan seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana dia hidup. Prinsip-prinsip perkembangan yang dimaksud dapat dijelaskan seperti berikut ini.

Dummy

a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti (never ending process)

Manusia secara terus-menerus berkembangan atau berubah yang dipengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hayatnya.

Perkembangan berlangsung secara terus menerus sejak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.

b. Semua aspek perkembangan saling memengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu, baik fisik, emosi, inteligensi, maupun sosial, satu sama lain saling memengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek-aspek tersebut.

Jika seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami hambatan dan gangguan–misalnya sering sakit-sakitan–maka ia akan mengalami kemandekan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dengan optimal atau mengalami kelabilan emosional.

c. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu

Dengan mengikuti pola dan arah tertentu perkembangan terjadi dan berjalan secara teratur. Setiap perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya. Misalnya, seorang anak untuk mampu berjalan, maka ia harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya, yaitu untuk mampu berlari atau meloncat.

Mengutip Yelon dan Weinsten (1977), Yusuf mengemukakan tentang arah atau pola perkembangan sebagai berikut.

a. Cephalocaudal & proximal-distal

Dimaksudkan bahwa perkembangan manusia itu mulai dari kepala ke kaki (cephalocaudal), dan dari tengah: paru-paru, jantung, dan sebagainya, ke pinggir: tangan (proximal-distal).

b. Struktur mendahului fungsi

Hal ini dimaksudkan bahwa anggota tubuh individu akan dapat berfungsi setelah matang strukturnya. Seperti mata, ia akan dapat melihat setelah otot-ototnya matang, atau kaki dapat difungsikan untuk berjalan dan berlari jika otot-ototnya sudah matang.

Dummy

c. Perkembangan itu berdiferensiasi

Pernyataan ini dimaksudkan bahwa perkembangan itu berlangsung dari umum ke khusus (spesifik) dalam semua aspek perkembangan, baik motorik (fisik) maupun mental (psikis), respons anak pada mulanya bersifat umum. Contoh: (a) bayi menendang-nendangkan kakinya secara sembarangan sebelum ia dapat mengoordinasikannya (mengaturnya) untuk merangkak atau berjalan; (b) bayi melihat benda- benda yang lebih besar dahulu sebelum ia dapat melihat benda-benda yang kecil; (c) bayi meraban (mengoceh) terlebih dahulu sebelum dapat mengucapkan kata-kata yang jelas artinya; (d) bayi menunjukkan rasa takut yang bersifat umum terhadap semua benda (orang) yang asing baginya, kemudian lambat laun rasa takutnya menjadi lebih tertuju kepada hal-hal tertentu.

d. Perkembangan itu berlangsung dari konkret ke abstrak

Hal ini mengandung makna bahwa perkembangan itu berproses dari suatu kemampuan berpikir yang konkret (objeknya tampak) menuju ke abstrak (objeknya tidak tampak). Seperti anak kecil dapat berhitung dengan bantuan jari tangan, sedangkan remaja sudah tidak lagi memerlukan bantuan tersebut.

e. Perkembangan itu berlangsung dari egosentrisme ke perspektivisme Hal ini dimaksudkan bahwa pada mulanya anak hanya melihat atau memerhatikan dirinya sebagai pusat, dia melihat bahwa lingkungan itu harus memenuhi kebutuhan dirinya. Melalui pengalamannya dalam bergaul dengan teman sebaya atau orang lain, lambat laun sikap egosentris itu berubah menjadi perspektivis (anak sudah memiliki sikap simpati atau memerhatikan kepentingan orang lain).

f. Berkembangan itu berlangsung dari “outer control to inner control

Pernyataan ini dimaksudkan bahwa pada awalnya anak sangat bergantung pada orang lain (terutama orang tuanya), baik menyangkut pemenuhan kebutuhan fisik maupun psikis (perlindungan, kasih sayang, atau norma-norma) sehingga dia dalam menjalani hidupnya masih didominasi oleh pengontrolan atau pengawasan dari luar (out control). Seiring bertambahnya pengalaman atau belajar dari pergaulan sosial tentang norma atau nilai-nilai – baik di lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, ataupun masyarakat – anak dapat mengembangkan kemampuan untuk mengontrol dirinya (inner control).

Dummy

Kemampuan inner control ini dapat dilihat misalnya pada saat anak mampu mengambil keputusan atau mampu memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan sendiri dan bertanggung jawab terhadap risiko yang mungkin terjadi.

Guna menggambarkan bagaimana arah tahapan perkembangan anak Yusuf (2000) menuangkan dalam bentuk tabel seperti di bawah ini.

Tabel 4.1 Arah Tahapan Perkembangan Anak TAHAP

PERKEMBANGAN JENIS PERKEMBANGAN

Usia 4 – 16 minggu Bayi dapat menguasai 12 macam otot ocula motornya Usia 16 – 28 minggu Bayi dapat menguasai otot-otot yang menyanggah kepalanya

dan menggerakkan badannya. Ia mulai dapat meraih benda- benda

Usia 28 – 40 minggu Bayi dapat menguasai badan dan tangannya. Ia mulai dapat duduk, menangkap, dan mempermainkan benda-benda Tahun kedua Anak sudak pandai berjalan dan berlari, dapat menggunakan

kata-kata dan mengenal identitasnya (seperti namanya) Tahun ketiga Anak dapat berbicara dalam kalimat dan menggunakan kata-kata

sebagai alat berpikir.

Tahun keempat Anak mulai dapat bertanya dan dapat berdiri sendiri

Tahun kelima Anak telah matang dalam menguasai gerak-gerik motorisnya.

Ia dapat melompat-lompat, bercerita agak lebih panjang, lebih suka bermain berkawan.

a. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat dan ada yang lambat). Misalnya, (1) otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun; (2) tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangannya yang maksimum pada masa remaja; dan (3) imajinasi kreatif berkembang dengan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja.

b. Setiap fase perkembangan memiliki ciri khas

Perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dengan orang-orang yang ada di sekitar anak dan perkembangan anak tidaklah sama antara satu dengan lainnya. Ciri khas yang dimaksud dalam pernyataan di atas dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: (1)

Dummy

sampai usia dua tahun anak terfokus untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik, dan belajar berbicara; (2) pada usia tiga hingga enam tahun, perkembangan terfokus untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).

c. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan/fase perkembangan

Prinsip ini dapat dipahami bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa, dan masa tua.

Terdapat sejumlah istilah yang berhubungan erat dengan pertumbuhan dan perkembangan yakni kematangan dan belajar. Kematangan merupakan titik kulminasi dari suatu fase pertumbuhan sebagai titik tolak kesiapan dari suatu fungsi psikofisik untuk menjalankan fungsinya. Belajar adalah perubahan dalam pola sambutan atau perilaku tertentu sebagai hasil usaha individu dalam batas waktu setelah tiba masa pekanya. Dengan demikian, dapat dibedakan bahwa perubahan perilaku sebagai hasil belajar itu berlangsung secara disengaja dan bertujuan (intensional) diusahakan oleh individu yang bersangkutan, sedangkan perubahan dalam arti pertumbuhan dan kematangan berlangsung secara alamiah menurut jalannya pertambahan waktu atau usia yang ditempuh oleh yang bersangkutan.

Berkenaan dengan konsep perkembangan ini Candida Peterson (1996:

20) dalam Nurihsan dan Agustin (2011: 4) menjelaskan bahwa perubahan yang dapat dikategorikan sebagai perkembangan harus memenuhi kriteria berikut ini.

a. Permanen

Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat permanen, bukan perubahan temporer atau yang disebabkan oleh kejadian insidental.

Contoh perubahan yang permanen: perkembangan kognitif anak usia dua sampai tujuh tahun.

1) Anak dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciri tertentu yang memiliki cara yang sama, mugkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya.

2) Anak dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau kriteria tertentu.

Dummy

3) Anak dapat menyusun benda-benda, namun belum dapat menarik kesimpulan dari dua benda yang tidak bersentuhan meskipun terlihat dalam susunan yang sama.

Contoh perubahan yang tidak permanen.

1) Anak tidak dapat berbicara, karena sakit tenggorokan.

2) Anak tidak dapat melihat dengan jelas, karena sakit mata.

3) Anak tidak mengantuk karena sudah minum kopi.

b. Kualitatif

Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat fungsional dan total, tidak hanya bersifat peningkatan kemampuan yang sudah dimiliki sebelumnya. Contoh perubahan yang fungsional. Perkembangan bahasa anak sekolah usia enam sampai delapan tahun. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka anak tersebut dengan senang hati sekali membaca atau mendengar dongeng yang penuh fantasi.

c. Progresif

Perubahan yang terjadi dalam perkembangan merupakan perwujudan aktualisasi seseorang. Perubahan itu terkait dengan kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan berbagai situasi atau perubahan yang terjadi di lingkungannya.

d. Universal

Perubahan yang terjadi dalam perkembangan bersifat umum dan di alami oleh individu lain pada tahapan usia yang hampir sama.

Dummy

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 194-200)