PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI
C. Karakteristik dan Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini
2. Perkembangan Kognitif dan Kepribadian (Cognitive and Personality Development)
menangkap bola, menggunting, membentuk sesuatu dari plastisin atau tanah liat, belajar berjalan, berlari dan memanjat pohon. Sedangkan cacat pada wajah akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri pada anak.
c. Kegemukan (obesitas)
Kegemukan selalu dianggap bahaya pada tingkat usia mana pun karena akan membahayakan kesehatan. Acapkali kegemukan ditemukan pada anak usia dini, dan orang tua kadangkala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Sesungguhnya hal tersebut perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya, membahayakan kesehatan yang dapat berakibat penyakit jantung, diabetes (kencing manis), tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik)
Gejala yang tampak pada gangguan stereotipik adalah gerakan motorik kasar (gross motor movement) yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik dan sering kali berkepanjangan. Contoh gerakannya membenturkan kepala, menggoyang-goyangkan badan, gerakan tangan yang berulang, cepat dan berirama atau gerakan yang disengaja yang berulang yang secara khas meliputi tangan dan jari.
2. Perkembangan Kognitif dan Kepribadian (Cognitive and
Menurut Yusuf (2000: 56), berdasarkan teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, usia dini berada pada tahapan sensorik motorik dan praoperasional, yaitu periode pada saat anak belum mampu mengoperasionalkan mental secara logik. Artinya yang dimaksud dengan operasi adalah kegiatan-kegiatan yang diselesaikan secara mental dan bukan fisik. Periode ini ditandai dengan berkembangnya representasional atau “symbolic function”, yaitu kemampuan menggunakan sesuatu untuk merepresentasikan sesuatu yang lain dengan menggunakan simbol berupa kata-kata, gestur, dan benda.
Perkembangan kognitif menyangkut perkembangan berpikir dan bagaimana kegiatan berpikir itu bekerja. Dalam kehidupannya, mungkin saja anak dihadapkan kepada persoalan-persoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Perkembangan struktur kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap anak akan mengalami dan melewati setiap tahapan, yang oleh Piaget tahapan ini disebut asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrium. Piaget mengungkapkan bahwa asimilasi merupakan proses di mana stimulus baru dari lingkungan diintegrasikan pada pengetahuan yang telah ada pada diri anak. Proses ini dapat diartikan sebagai suatu objek atau ide baru ditafsirkan sehubungan dengan gagasan atau teori yang telah diperoleh anak. Sementara itu akomodasi adalah proses yang terjadi apabila berhadapan dengan stimulus baru. Akomodasi merupakan proses pembentukan pengetahuan baru atau perubahan pengetahuan yang telah ada. Asimilasi dan akomodasi berlangsung terus sepanjang hidup anak, dan untuk melakukan penyeimbangan maka pada diri anak terjadi apa yang disebut ekuilibrium. Jadi ekuilibrium merupakan suatu keadaan yang seimbang di mana anak tidak perlu lagi mengubah hal-hal yang ada di sekelilingnya untuk mengadakan asimilasi dan juga tidak harus mengubah dirinya untuk mengadakan akomodasi dengan hal-hal yang baru.
Piaget menekankan bahwa perkembangan kognitif pada anak terjadi dalam empat tahap yaitu: (1) tahap sensorimotor (lahir-2 tahun), (2) tahap praoperasional (2-7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7-11 tahun), dan (4) tahap operasional formal (11-16 tahun). Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui keempat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya.
Dummy
Beaty (1998:123) dalam Muslihuddin dan Agustin, M (2008: 13) berasumsi bahwa anak mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui kegiatan bermain dengan tiga cara, yaitu manipulasi (meniru) apa yang terjadi dan dilakukan oleh orang dewasa atau objek yang ada di sekitar anak; mastery, menguasai suatu aktivitas dengan mengulangi suatu kegiatan yang tentunya menjadi kesenangan dan memberikan kebermaknaan pada diri anak dan terakhir adalah meaning, memberikan kebermaknaan pada diri anak sehingga menumbuhkan motivasi bagi anak dalam melakukannya.
Ketika guru ingin melihat sebatas mana kemampuan kognitif anak dalam kegiatan belajar lazimnya tercermin pada kemampuan anak dalam mengklasifikasikan, menentukan warna, dan tilikan ruang. Tentunya kemampuan tersebut akan menjadi modal bagi anak di masa yang akan datang. Berangkat dari konsep Piaget ini guru akhirnya dapat memotret bagaimana anak saat berada pada masa siap melakukan peralihan dari praoperasional kepada operasional, tentunya stimulasi dari lingkungan yang semakin kondusif akan semakin signifikan dalam membantu kematangan aspek kognitif anak. Apalagi jika orang tua dan sekolah memiliki spirit untuk membantu pencapaian perkembangan anak secara proporsional.
Sementara itu dalam perkembangan kognitifnya sering ditemui anak yang mengalami hambatan. Sejatinya kemampuan kognitif anak harus dikembangkan secara optimal karena menyangkut kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya. Namun dalam perkembangannya ditemukan beberapa kendala yang dihadapi anak di antaranya anak sulit mengerti bila dijelaskan tentang sesuatu, lambat dalam mengerjakan sesuatu, atau keliru dalam menyelesaikan suatu persoalan, dan sulit berkonsentrasi. Permasalahan kognitif dapat pula menyangkut inteligensi rendah yang disebut dengan lemah mental. Lemah mental di bagi menjadi tiga golongan yaitu: ringan dengan IQ 50-70, sedang dengan IQ 35-49, dan berat dengan IQ 20-30. Permasalahan kognitif juga dapat berupa kretinisme yaitu keadaan jasmani dengan tanda-tanda badannya cebol, kulit muka dan badan tebal tapi berlipat-lipat, muka menggembung dan tampak bodoh. Lidahnya menjulur keluar dan dahinya penuh dengan rambut. Penyebab kretinisme ini ialah gangguan perkembangan kelenjar thyroid (kelenjar gondok). Anak kretin ini biasanya mulai berjalan dan berbicara lebih lambat daripada anak normal, umur mentalnya hanya mencapai umur mental 3 sampai 4 tahun, sehingga dapat dikategorikan lemah mental berat.