• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Emosi dan Sosial

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 175-179)

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

C. Karakteristik dan Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini

3. Perkembangan Emosi dan Sosial

a. Mengembangkan kapasitas yang terus bertambah pada perkembangan kemandirian dan keterampilan membantu diri sendiri dalam lingkup aktivitas, kegiatan rutin, dan tugas.

b. Mengembangkan dan mengungkapkan kesadaran diri dalam hal perbedaan jenis kelamin, anggota keluarga, kemampuan spesifik, karakteristik, dan kesukaan.

c. Menunjukkan kebanggaan pada pencapaian.

d. Memperlihatkan kemampuan yang bertambah dalam mengungkapkan perasaan, kebutuhan, dan pendapat dalam situasi sulit dan konflik tanpa menyakiti diri sendiri, orang lain, atau benda.

e. Memperlihatkan pemahaman mengenai pengaruh tindakan mereka pada orang lain dan mulai menerima akibat dari tindakan mereka.

f. Memperlihatkan kenyamanan yang bertambah dalam berbicara serta menerima petunjuk dan arahan dari beberapa orang dewasa terdekat.

g. Kemajuan dalam memberi reaksi simpati pada teman yang membutuhkan, sedang sedih, terluka, atau marah dan dalam mengungkapkan empati atau perhatian pada orang lain.

h. Kemajuan dalam memahami persamaan dan menghormati perbedaan antara manusia, seperti jenis kelamin, ras, kebutuhan khusus, budaya, bahasa, dan anggota keluarga.

i. Mengembangkan kesadaran yang bertambah terhadap pekerjaan dan hal yang dibutuhkan dalam mengerjakan berbagai tugas.

j. Mulai mengungkapkan dan memahami konsep geografi dalam konteks rumah, ruang kelas, dan komunitas.

Pada usia empat tahun anak-anak sudah mengetahui bahwa keinginannya berhadapan dengan keinginan orang lain sehingga tidak selamanya orang lain dapat memenuhi keinginannya. Beberapa jenis emosi yang berkembang pada masa usia prasekolah adalah: takut, yaitu perasaan terancam oleh suatu objek yang dianggap membahayakan.

Cemas, yaitu perasaan takut yang bersifat khayalan. Marah, yaitu perasaan tidak senang atau benci, baik terhadap dirinya sendiri atau objek tertentu yang diwujudkan dalam bentuk verbal (kata-kata kasar/makian/sumpah serapah). Cemburu, yaitu perasaan tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah merebut kasih sayang dari seseorang yang telah mencurahkan kasih sayang kepadanya. Kegembiraan, kenikmatan, kesenangan,

Dummy

yaitu perasaan yang positif, nyaman karena terpenuhi keinginannya.

Kasih sayang, yaitu perasaan senang untuk memberikan perhatian atau perlindungan terhadap orang lain, hewan atau benda. Phobi, yaitu perasaan takut terhadap objek yang tidak patut ditakutinya (takut yang abnormal).

Ingin tahu (curiosity), yaitu perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau objek-objek, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik.

Emosi yang terpotret dalam kehidupan anak biasanya diekspresikan anak dalam kegiatan bermain berupa dominasi dengan konsekuensi pada saat mendapatkan “kekalahan” anak menjadi kesal dan ekspresi berikutnya pada saat ketidakmampuan anak mengontrol diri pada saat ingin melakukan permainan, yang diekspresikan dalam bentuk fisik berupa mendorong dan mengumpat. Dalam hal ini, yang perlu direfleksi dari gambaran perilaku emosi anak adalah bahwa hakikatnya ekspresi emosi merupakan bentuk komunikasi anak dengan lingkungannya, khususnya secara nonverbal.

Dapat dikatakan setiap anak menunjukkan ekspresi yang berbeda sesuai dengan suasana hati dan dipengaruhi oleh pengalaman yang diperoleh sepanjang perkembangannya. Perkembangan emosi anak berperan membantu anak dalam memperoleh penilaian dari lingkungannya berdasarkan perilaku anak yang dimunculkannya tersebut, baik secara positif maupun negatif sehingga tidak menutup kemungkinan akan terbentuk suatu konsep diri. Pada posisi yang lain ekspresi emosi dapat memengaruhi iklim psikologis lingkungan. Artinya jika seorang anak yang pemarah berada dalam suatu kelompok, dapat memengaruhi kondisi psikologis lingkungannya saat itu, misalnya permainan menjadi tidak menyenangkan, dan dapat menimbulkan pertengkaran (Padmonodewo 1995:122). Dengan kata lain kepribadian orang yang terdekat akan memengaruhi perkembangan, baik secara sosial maupun emosional. Kerja sama dan hubungan dengan teman berkembang sesuai dengan bagaimana pandangan anak terhadap persahabatan.

Dalam periode prasekolah anak dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan berbagai orang dan berbagai tatanan, yaitu keluarga, sekolah, dan teman sebaya. Walaupun demikian, gejala ekspresi emosi negatif sesaat dapat dialihkan kepada yang positif dengan upaya memberikan bimbingan dan arahan, baik dari pihak orang tua, guru maupun lingkungan yang berada di sekitarnya.

Perkembangan perilaku prososial anak tampak, misalnya pada aktivitas sosial sebagai berikut: memberikan bantuan dalam bentuk memilih warna

Dummy

krayon dan memberikan komentar terhadap hasil kerja teman-temannya.

Hal tersebut selaras dengan pendapat Hurlock (1986: 92) yang menyatakan bahwa perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma, nilai atau harapan sosial. Perilaku sosialisasi merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan sekadar hasil dan kematangan. Artinya perkembangan sosial anak diperoleh selain dari proses kematangan juga melalui kesempatan belajar dan respons terhadap tingkah laku anak. Dalam hal ini, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan sosial dalam bentuk (a) bertingkah laku sesuai dengan harapan lingkungan; (b) belajar memainkan peran sosial dalam aktivitas dengan teman sebayanya; dan (c) tidak lupa anak juga mengembangkan sikap/

tingkah laku sosial terhadap individu lain dan aktivitas sosial yang berada di masyarakat.

Melalui serangkaian kegiatan di kelas diharapkan anak usia dini dapat mengembangkan minat dan sikap terhadap orang lain. Tatanan sosial yang sehat akan mampu mengembangkan perkembangan konsep yang positif, keterampilan sosial, dan kesiapan untuk belajar secara formal. Di antara beragam kegiatan di kelas ini, bermain merupakan kegiatan yang sangat mendukung perkembangan anak.

Kemampuan bersosialisasi adalah satu kemampuan lain yang harus dikuasai anak, karena anak akan berinteraksi dengan orang lain. Tetapi tidak semua anak mampu bersosialisasi. Beberapa masalah sosial yang sering dialami anak adalah anak ingin menang sendiri, sok berkuasa, tidak mau mengunggu giliran bila sedang bermain bersama, selalu ingin diperhatikan atau memilih-milih teman, agresif dengan cara menyerang orang atau anak lain, merebut mainan atau barang orang lain, merusak barang teman lain, dan ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.

Pada umumnya anak kecil lebih emosional daripada orang dewasa karena pada usia ini anak masih relatif muda dan belum dapat mengendalikan emosinya. Ekspresi emosi pada anak mudah berubah dengan cepat dari satu bentuk ekspresi ke bentuk ekspresi emosi yang lain. Rangsangan yang sering membangkitkan emosi anak adalah keinginan yang tidak terpenuhi, dengan cara mengungkapkan ekspresi yang tidak terkendali. Beberapa masalah dalam perkembangan emosi anak yang sering ditemukan adalah perasaan takut, perasaan cemas, perasaan sedih, marah yang berlebihan, iri hati, cemburu, dan mudah tersinggung.

Dummy

Secara umum masalah emosional dan sosial yang sering muncul pada anak usia ini antara lain:

1) rasa cemas yang berkepanjangan atau takut yang tidak sesuai dengan kenyataan;

2) kecenderungan depresi, permulaan, dan sikap apatis dan menghindar dari orang-orang di lingkungannya;

3) sikap yang bermusuhan terhadap anak dan orang lain;

4) gangguan tidur, gelisah, mengigau, dan mimpi buruk;

5) gangguan makan (nafsu makan sangat menurun).

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 175-179)