• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Fisik Motorik

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 167-172)

PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI

C. Karakteristik dan Permasalahan Perkembangan Anak Usia Dini

1. Perkembangan Fisik Motorik

C. Karakteristik dan Permasalahan Perkembangan Anak Usia

dini, pertumbuhan tinggi badan dan berat badan relatif seimbang, tetapi secara bertahap tubuh anak anak mengalami perubahan. Bilamana di masa bayi anak memiliki penampilan yang gemuk maka secara perlahan-lahan tubuhnya berubah menjadi lebih langsing, sedangkan kaki dan tangannya mulai memanjang, ukuran kepalanya masih tetap besar jika dibandingkan dengan tubuhnya, namun pada akhir masa kanak-kanak ukuran kepalanya tidak lagi terlalu besar jika dibandingkan dengan tubuhnya. Anak mengalami perubahan berat dan tinggi badan, di mana perubahan itu dialami anak secara proporsional. Pada masa usia dini, anak mengalami perubahan fisik menuju proporsi tubuh yang lebih serasi, walaupun tidak seluruh bagian tubuh dapat mencapai proporsi kematangan dalam waktu yang bersamaan. Dalam kenyataan sehari-hari tidak jarang ditemukan seorang anak di waktu kecil tubuhnya montok, tapi seiring beranjak usia kemontokannya berkurang. Perubahan proporsi tubuh mempunyai irama pertumbuhan sendiri, ada yang tumbuh cepat dan ada pula yang lambat, namun semuanya akan mencapai taraf kematangan ukuran tepat pada saatnya.

Perkembangan aspek motorik sangat erat kaitannya dengan masalah perkembangan fisik. Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Pada masa usia dini pertumbuhan vertikal fisik anak umumnya tumbuh lebih menonjol dibandingkan pertumbuhan horizontal. Otot- otot badan cenderung lebih kuat dan kokoh. Oleh karena itu, biasanya setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola, dan atletik. Keterampilan-keterampilan yang menggunakan otot tangan dan kaki sudah mulai berfungsi. Hal penting dalam pertumbuhan fisik anak usia dini adalah pertumbuhan otak dan sistem syarafnya. Pada usia tiga tahun perkembangan otak anak mampu mencapai tiga perempat ukuran otak orang dewasa. Perkembangan fisik semacam ini memerlukan keterampilan motorik agar otot syaraf yang mulai tumbuh dapat berfungsi secara maksimal (Syafaruddin dkk, 2011: 53).

Perkembangan fisik anak dapat diklarifikasikan menjadi dua aspek yaitu ditinjau dari perkembangan motorik kasar dan motorik halus.

Dummy

a. Perkembangan Motorik Kasar (Large Motor Development)

Beaty (1998:143), memaparkan tentang kemampuan motorik kasar yang seyogianya dimiliki oleh seorang anak usia dini yang berada pada rentang usia 4-6 tahun, kompetensi tersebut terbagi menjadi 4 (empat) aspek, yaitu (1) berjalan (walking), dengan indikator berajan turun/

naik tangga dengan menggunakan kedua kaki, berjalan pada garis lurus, dan berdiri dengan satu kaki; (2) berlari (running), dengan indikator menunjukkan kekuatan dan kecepatan berlari, berbelok ke kanan/kiri tanpa kesulitan dan mampu berhenti dengan mudah; (3) melompat (jumping), dengan indikator mampu meloncat ke depan, ke belakang dan ke samping;

dan (4) memanjat (climbing), memanjat naik/turun tangga, dan memanjat pohon.

Ada relevansi ketertarikan antara kemampuan motorik kasar anak dengan kecerdasan jamak (multiple intelligences) pada aspek kecerdasan kinestetik tubuh, dengan potensi yang cenderung tampak adalah kelancaran anak dalam melakukan gerakan-gerakan tertentu seperti naik dan turun tangga dengan mudah, bergelantungan dan berayun tanpa mengalami kesulitan dan kemampuan berjalan maju mundur dengan penuh kemudahan, yang cukup penting dicermati adalah aktivitas gerak motorik yang dilakukan pada kegiatan bermain tempat begitu menyenangkan dan menggembirakan, sehingga anak melakukan dengan bebas, gembira, dan spontan. Kondisi tersebut selaras dengan pendapat Martin Jamarsi (2004:67) yang menyatakan bahwa kecerdasan jamak yang berkaitan erat dengan kecerdasan kinestetik pada anak mencakup kemampuan anak dalam kepekaan dan keterampilan dalam mengontrol dan mengoordinasi gerakan-gerakan tubuh serta tampil dalam menggunakan peralatan- peralatan tertentu yang dimanfaatkan anak dalam aktivitas bermainnya.

Pernyataan ini senada dengan pendapat Solehuddin (1997:143) yang mengatakan bahwa pada intinya, bermain dapat dipandang sebagai suatu kegiatan yang bersifat voulentir, spontan, terfokus pada proses, memberi ganjaran secara intrinsik, menyenangkan, aktif dan fleksibel. Semakin suatu aktivitas memiliki ciri-ciri tersebut, berarti aktivitas tersebut semakin merupakan bermain.

Uraian di atas menunjukkan bahwa perkembangan motorik kasar diperlukan untuk keterampilan menggerakkan dan menyeimbangkan tubuh. Pada anak usia dini anak masih menyukai gerakan-gerakan sederhana seperti melompat, meloncat, dan berlari. Bagi anak kemampuan

Dummy

berlari dan melompat merupakan kebanggaan tersendiri, walau tidak jarang anak sering mendapatkan masalah dalam mengoordinasikan kemampuan otot motoriknya, misalnya anak sulit untuk melompat dengan kedua kaki bersama-sama, menangkap bola, berjalan zig-zag, dan lain sebagainya.

b. Perkembangan Motorik Halus (Small Motor Development)

Perkembangan motorik halus meliputi perkembangan otot halus dan fungsinya. Otot ini berfungsi untuk melakukan gerakan-gerakan bagian tubuh yang lebih spesifik, seperti menulis, melipat, merangkai, mengancingkan baju, menggunting, dan sebagainya. Jadi perkembangan motorik halus pada anak terlihat pada kemampuan anak dalam menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan, dan kecekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari.

Pada anak usia dini perkembangan motorik lazimnya mengikuti delapan pola umum, yaitu (1) bersifat kontinu (continuity), yakni dimulai dari sederhana kepada yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak; (2) memiliki tahapan yang sama (uniform sequence), yakni memiliki pola tahapan yang sama untuk semua anak, meskipun kecepatan setiap anak untuk mencapai tahapan tersebut berbeda; (3) kematangan (maturity), yakni dipengaruhi perkembangan sel saraf; (4) dimulai dari gerak yang bersifat umum ke gerak yang bersifat khusus; (5) dimulai dari gerak refleks bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi; (6) bersifat chepalo- coudal direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu dari bagian yang mendekati ekor; (7) bersifat proxima-distal, artinya bahwa bagian mendekati sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang lebih dahulu dari yang lebih jauh; (8) koordinasi bilateral menuju crosslateral, artinya bahwa koordinasi organ yang sama berkembang lebih dahulu sebelum bisa melakukan koordinasi organ bersilang (Syafaruddin dkk, 2011: 54).

Guru dapat membantu anak mengembangkan kemampuan motorik halusnya dengan memanfaatkan beragam media. Bodrova dan Leong dalam Beaty (1998:73) memaparkan tentang manfaat yang diperoleh anak melalui pemanfaatan instrumen untuk perkembangan motorik halus anak, dengan memanfaatkan instrumen tertentu setidaknya membantu anak untuk mengulangi perbuatannya tersebut sebagaimana orang dewasa yang ada disekitarnya memanfaatkan instrumen tersebut untuk suatu kegiatan. Pada sisi yang lain, kemampuan motorik halus juga menjadi jembatan bagi anak untuk mengembangkan aspek kecerdasan jamak terkait

Dummy

dengan kecerdasan kinestetik tubuh (Moleong, 2004:34). Secara aspek sosial tentunya kematangan kemampuan motorik halus anak membantu mereka menanamkan citra diri yang positif dalam bentuk kepercayaan diri dalam berinteraksi dengan orang lain dan lingkungannya (Ditjen Olahraga Depdiknas, 2002:78). Pernyataan ini menggambarkan bahwa kompetensi dan hasil belajar yang ingin dicapai pada aspek pengembangan fisik adalah kemampuan mengelola dan keterampilan tubuh termasuk gerakan-gerakan yang mengontrol gerakan tubuh, gerakan halus, dan gerakan kasar serta menerima rangsangan dari pancaindra.

Sementara itu anak usia dini tidak jarang mengalami permasalahan dalam perkembangan fisiknya. Pertumbuhan fisik anak di atas dua tahun berlangsung lambat bila dibandingkan dengan pertumbuhan masa bayi.

Pada masa ini pertumbuhan relatif seimbang antara berat badan dan tinggi badan. Otot-otot badan cenderung lebih baik pada masa ini. Pola perubahan yang cenderung berbeda pada setiap anak menyebabkan pertumbuhan fisik anak-anak tampak berbeda satu sama lain. Pertumbuhan fisik yang dialami anak akan memengaruhi proses perkembangan motoriknya. Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot-otot yang terkoordinasi. Sebagian besar waktu anak dihabiskan dengan bergerak dan kegiatan bergerak ini akan sangat menggunakan otot-otot yang ada pada tubuhnya. Dijelaskan oleh Rusda Koto dan Sri Maryanti (1994) dalam perkembangan fisiknya tidak jarang ditemukan beberapa hambatan pada anak di antaranya sebagai berikut.

a. Gangguan fungsi pancaindra

Gangguan fungsi pancaindra yang banyak menimbulkan masalah pada anak adalah gangguan pada indra penglihatan dan pendengaran.

Kekurangan daya penglihatan ataupun pendengaran dapat diketahui bila derajat penyimpangannya sudah cukup besar dari yang normal.

Sebaliknya bila taraf kekurangannya masih ringan, cukup sulit untuk mendeteksi kesulitan yang dihadapi anak.

b. Cacat tubuh

Umumnya cacat tubuh terdapat pada tangan, kaki atau wajah. Bila seorang anak mengalami cacat tubuh pada tangan atau kaki, maka perkembangannya akan mengalami gangguan karena pada masa usia dini kemampuan tubuh sangat penting untuk menunjang perkembangannya. Anak perlu melatih kemampuan melempar dan

Dummy

menangkap bola, menggunting, membentuk sesuatu dari plastisin atau tanah liat, belajar berjalan, berlari dan memanjat pohon. Sedangkan cacat pada wajah akan menumbuhkan rasa tidak percaya diri pada anak.

c. Kegemukan (obesitas)

Kegemukan selalu dianggap bahaya pada tingkat usia mana pun karena akan membahayakan kesehatan. Acapkali kegemukan ditemukan pada anak usia dini, dan orang tua kadangkala membiarkan atau bahkan senang dengan kegemukan anak karena anak tampak lucu dan menggemaskan. Sesungguhnya hal tersebut perlu diwaspadai karena berbahaya bagi perkembangan selanjutnya, membahayakan kesehatan yang dapat berakibat penyakit jantung, diabetes (kencing manis), tekanan darah tinggi, dan sebagainya.

d. Gangguan gerak peniruan (stereotipik)

Gejala yang tampak pada gangguan stereotipik adalah gerakan motorik kasar (gross motor movement) yang tidak wajar. Gerakan yang disebabkan karena kebiasaan tetapi mempunyai akibat yang tidak baik dan sering kali berkepanjangan. Contoh gerakannya membenturkan kepala, menggoyang-goyangkan badan, gerakan tangan yang berulang, cepat dan berirama atau gerakan yang disengaja yang berulang yang secara khas meliputi tangan dan jari.

2. Perkembangan Kognitif dan Kepribadian (Cognitive and

Dalam dokumen Buku BIMBINGAN DAN KONSERLING ANAK (Halaman 167-172)