• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alam Bawah Sadar dan Permainannya

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 89-93)

20. Alam Bawah Sadar dan Permainannya

Menurut Sigmund Freud, alam bawah sadar manusia memuat segala macam naluri yg tidak terpuaskan. Segala macam paksa memaksa di alam sadar akan diterima dengan muka manis oleh orang Indonesia, tetapi keresahan dan kerisauannya akan masuk ke alam bawah sadar. Sekali waktu meletus bukan dalam bentuk meledaknya Gunung Sinabung yg, konon, sudah menabung ratusan tahun sebelum memuntahkan lahar yg di umat manusia akan dicernakan sebagai sperma. Mirip dengan spermatozoa, yaitu makhluk mungil dan lucu yg bisa bergerak-gerak buntutnya. Kecebong kalau di jenis katak. Tapi kalau sudah dewasa tidak lucu lagi. Jelek. Dan begitu juga dengan segala macam sampah di alam bawah sadar, kalau sudah meletup keluar tidak akan manis lagi. Makanya tingkat kesehatan jiwa penduduk Indonesia paling rendah satu dunia. Menurut catatan para ahli begitulah adanya. Yg jiwanya paling sehat penduduk Australia, dan jiwanya paling sakit manusia Indonesia. Menurut saya penyebabnya adalah paksa-memaksa.

Bungkus membungkus tubuh juga merupakan manifestasi dari alam bawah sadar. Walaupun aslinya semua penduduk Indonesia telanjang dada, tetapi sekarang cuma telanjang kaki kalau mau tidur. Agak penuh bungkusannya, sedikit overdosis, apalagi mengingat kita hidup di daerah tropis. Dulu cuma harus bercelana, sekarang harus berbaju dan bertutup segala macam. Yg ada ujungnya harus ditutup supaya tidak muntah sembarangan. Bukan Sinabung, tidak bisa

melemparkan spermatozoa tanpa permisi. Dengan kata lain, bungkus membungkus perkakas manusia merupakan manifestasi malu-malu. Di jaman pemerintahan Ratu Victoria di Inggris begitu situasinya. Puritan dalam penampilan, tapi ngabuburitan di dalamnya. Meledak-ledak seperti mercon waktu menunggu buka puasa. Terpaksa puasa di depan umum tapi melahap habis segalanya di belakang. Main belakang waktu itu diharamkan, sekarang boleh saja asal suka sama suka.

T = Kalau alam bawah sadar yang penuh kemarahan terbuka, tidakkah akan membahayakan diri sendiri dan orang lain?

J = Setahu saya alam bawah sadar selalu terbuka, tidak ada tutupnya. Sama saja seperti langit di bulan dan langit di bumi. Tidak ada tutup yg memisahkan langit bulan dan langit bumi.

Walaupun kita yg sudah bisa berpikir tahu bahwa ada bedanya. Di bulan tidak ada air, tidak bisa hujan. Saya bisa tahu walaupun saya belum ke bulan. Nanti saya cek langsung kalau saya kesana. Bukan tujuh bulanan, tapi benar-benar ke bulan. Flying to the moon. Terbang ke bulan mencari hujan.

Menjelang Imlek seperti ini memang selalu hujan, apalagi tepat pada hari raya Imlek. Kalau tidak hujan, bukan imlek. Harus hujan tiap kali Imlek, begitu kata nenek saya. Istilah lainnya Sin Cia. Bukan pakai istilah Fat Chay yg bahasa Mandarin, tapi Sin Cia yg bahasa Hokkian. Ucapan selamatnya juga bukan gongxi, tapi kionghi. Tak lupa juga ada ucapan tidak jelas tentang Toapekong turun dan Toapekong naik. Bahkan Dewa juga tidak disebut Dewa, tapi Toapekong. Menjelang Imlek, Toapekong turun. Dan setelah dijamu oleh umat manusia sepanjang perayaan

Imlek akan balik lagi ke atas langit, disebut Toapekong naik. Begitulah kurang lebih ingatan saya akan masa kecil, dari almarhumah nenek saya yg masuk hitungan Cina Betawi. Dan cuma baru-baru ini saja saya tahu ada perayaan Betara Turun Kabeh di Bali. Kemungkinan adaptasi dari budaya Cina juga, seperti Barong, dan berbagai pernak-pernik perhiasan Bali. Dan mungkin lebih rumit di Bali karena menggunakan adaptasi dari banyak budaya sekaligus. Banyak bahasa, banyak budaya, banyak kepercayaan. Tapi orangnya sama. Mungkin kita harus seperti itu juga, walau tidak mutlak harus membawa-bawa seutuhnya. Bisa simplifikasi. Akses saja energinya tiap hari raya. Merayakan artinya ingat bahwa itu hari raya. Bukan berarti harus pesta pora. Atau benar-benar bergelimang dengan makhluk halus yg kita tahu adanya cuma di dunia pikiran kita sendiri atau langit. Langit adalah pikiran kita. Lapisannya berjumlah tujuh, konon. Simbolik saja. Tujuh adalah angka spiritual. Artinya Tuhan, Dewa, Toapekong; walaupun yg disebut terakhir termasuk Dewa Kecil. Lokal. Baik, ramah, familiar, bisa diajak berkolusi dalam kehidupan manusia. Dijamu dan setelah kenyang balik kembali ke atas langit atau surga. Atau pikiran kita.

T = Eh masa begitu, budaya Bali adaptasi dari Cina? Bukan budaya warisan leluhur yg harus dilestarikan biar ajeg?

J = Sebagian dipengaruhi budaya Cina, bukan berarti bulat-bulat ambil alih dari sana. Barong Bali, contohnya, menjadi lambang kekuatan baik. Di Cina namanya barongsay. Keluar kandang tiap kali Sin Cia atawa tahun baru Cina. Di Cina, barongsay merupakan simbol energi tahun yg baru. Fresh from the oven. Di Bali menjadi simbol kekuatan baik. Dan dipasangkan dengan Rangda yg, menurut saya, asli Bali.

T = Menjelang imlek itu toapekong naik, bukan turun. Naik rame-rame bikin laporan tahunan tentang tugas di dunia. Hari keempat baru turun lagi.

J = Oke, thanks sudah dibantuin, maklum sudah lama. Yg penting kita tahu bahwa bahkan Toapekong juga simbol. Perangkat yg digunakan alam sadar dan alam bawah sadar manusia untuk berkomunikasi. Bisa dikirim ke alam bawah sadar setahun sekali, melapor kepada Thian atawa Allah, bahwa anda selama setahun ini jadi orang baik, atau kurang baik. Ada energi negatif yg dihapuskan oleh Allah sebelum mengirim kembali Toapekong ke atas bumi. Hidup bersama anda secara gaib, walaupun secara fisik disimpan di kelenteng.

T = Ada patokan tidak tertulis mengenai hujan dan tidaknya pas Hari Raya Imlek (1 Cia Gwee) dari orang tua-tua zaman dulu. Jika pada Festival Dong Zhi/Tang Cue alias makan onde yg jatuh setiap tanggal 22 Desember turun hujan, maka pada Hari Tahun Baru Imlek (1 Cia Gwee) tidak akan turun hujan. Begitu juga sebaliknya.

J =Whatever lah, ini saja sudah cukup repot hujan terus tiap hari. -

Anda tidak perlu menjelaskan kenapa anda jadi aneh waktu bertemu saya untuk pertamakalinya di sarasehan kita yg diadakan secara marathon sepanjang tahun di seantoro Jawa Bali dan sampai Medan. Cukup 1 (satu) menit saja karena lebih dari 100 orang sudah menunggu giliran,

dilanjutkan oleh para Jin yg sudah dijadwalkan untuk presentasi. Meditasi bersama tepat jam 12 malam, setelah itu barulah tim Jin yg jauh lebih ganas akan memberikan ilmu-ilmu rahasia. Memang seperti itulah sikonnya. Situasi dan kondisi terkini tiap kali kita bertemu. Kita, para makhluk halus yg kebetulan menggunakan wadah kasar manusia, entah disambarnya dari mana. Pokoknya ada. Bukan sulap bukan sihir. Bukan refleksi atau pantulan kaca.

Seperti ungkapan Tuhan maha kuasa. Bukan refleksi tapi proyeksi. Kalau refleksi artinya sama rata sama rasa. Seperti ketika anda bercermin di depan kamar mandi. Anda dan refleksi anda yg terlihat di cermin sama persis. Proyeksi tidak begitu. Proyeksi adalah memindahkan apa yg ada di anda ke suatu keadaan ideal yg anda bayangkan di pikiran. Misalnya, anda merasa diri anda terbatas, lalu anda dibiasakan percaya ada Tuhan. Tapi sifatnya anda tidak tahu. Ketika anda salah makan, tiba-tiba melintaslah Jibril yg bilang kepada anda bahwa Tuhan sifatnya maha kuasa. Nah, yg seperti itulah proyeksi. Tapi tentu saja kita tidak bisa bilang ketemu Jibril karena sangat berbahaya. Bisa dibilang gila. Paling aman kalau kita bilang itu proyeksi pikiran kita sendiri. Pikiran kita menerawang tinggi-tinggi sekali, dan muncullah itu pengertian Tuhan maha kuasa. Tidak harus selalu lewat meditasi karena bisa datang begitu saja. Melintas di kepala anda. Kalau anda bilang perasaan adalah alatnya, alat untuk bisa memperoleh petunjuk dari Jibril dan sejenisnya, maka itu bukan sesuatu yg baru. Yg jadi korban sudah jutaan orang sejak jaman dahulu kala. Puluhan juta, bergelimpangan tidak bisa tertolong. Anda bahkan tidak bisa

menolong mereka. Saya tidak begitu, saya bilang rasa bukan perasaan tetapi sadar bahwa dirinya sadar. Sadar thok. Dari yg sadar thok itu akan muncul berbagai petunjuk tentang apa yg harus dilakukan. Namanya intuisi. Cara melatihnya lewat meditasi mata ketiga dan bukan pakai perasaan seperti yg anda bilang. Perasaan yg diikuti akan membawa anda mati diinjak kuda liar. Sadar bahwa diri anda sadar akan bisa membuat anda ingin minum susu kuda liar. Yg itu tidak dilarang. Dan bisa juga diungkapkan mempergunakan berbagai simbol yg cukup umum seperti Dewa Dewi.

Dewa/ Dewi/ Betara/ Betari adalah simbol dari aspek manusia, aspek alam, dan interaksi antara keduanya yg lebih kita kenal sebagai kegiatan manusia.

T = Apakah Dewa bisa jadi leluhur kita?

J = Leluhur adalah simbol Allah. Allah adalah simbol kesadaran manusia yg disembah (oleh manusianya sendiri). Kalau tidak disembah disebut Tuan atau Gusti, yg secara salah kaprah ditulis dan diucapkan sebagai Tuhan (mengikuti penerjemahan Alkitab ke bahasa Melayu 300 tahun lalu).

T = Kenapa dulu seseorang bisa mengatakan bahwa itu adalah Dewa Dewi dsb, bahkan bisa dilukis dan sampai sekarang diyakini bahwa itu adalah wajah atau wujud dari para Dewa Dewi dsb?

J = Bisa dibuat berdasarkan penglihatan yg muncul. Muncul begitu saja di depan mata atau di dalam mimpi. Asalnya dari pikiran manusianya sendiri. Atau dibuat berdasarkan model manusia yg benar pernah ada. Merupakan kebiasaan masa lalu untuk menggambarkan penguasa sebagai

Dewa. Biasanya sebagai Wisnu, lalu belakangan sebagai Siwa juga. Lalu ada yg digambarkan sebagai Siwa-Buddha. Modelnya penguasa wilayah itu.

T = Apakah itu juga merupakan faktor kehendak Allah sehingga para tetua dulu berani bilang itu Dewa dan Dewi?

J = Saya pakai istilah sinkronisitas, yaitu penerimaan adanya kejadian tanpa ujung pangkal. Tiba-tiba ada, dan ternyata menyambung. Bisa juga diwarnai dengan kosa kata Dewa Dewi, yg saya juga tidak haram untuk pakai, kalau sedang mood.

T = Dan akhir-akhir ini kalo sedang meditasi seperti biasanya (fokus di cakra alis), rasanya seperti nyambung ke bawah perut, dan seperti menarik getaran dari bawah perut ke atas, di awal-awal saya biarkan, tapi lama lama getarannya sepertinya membesar dan mengarah ke bawah (ke anus) dan menggetarkan sepanjang dubur sampai kepala. Permasalahannya, ketika tidak dalam posisi meditasi, tenggorokan rasanya seperti tertekan, tapi kalo saya fokuskan kesadaran pada cakra alis, tekanan di tenggorokan langsung berkurang dan menghilang. Berhubung saya merasa ada sesuatu yg tidak biasanya, jadi kalo sedang meditasi dan mulai nyambung ke bawah, saya berusaha untuk tetap di fokus di cakra alis. Apa yg menyebabkan tenggorokan saya rasanya tertekan, dan solusinya bagaimana ?

J = Penyumbatan energi di cakra tenggorokan karena didesak lingkungan untuk tutup mulut. Masalah yg sama dialami oleh mereka yg sesak di cakra jantung atawa didesak lingkungan untuk menjadi orang baik dan benar. Solusi dari saya adalah pindahkan fokus meditasi anda ke cakra gerbang alam semesta yg letaknya persis di atas kepala anda. Rapatkan kedua telapak tangan anda dan angkat setinggi-tingginya ke atas kepala. Ujung jari-jari tangan anda akan menyentuh cakra gerbang alam semesta. Disentuh saja supaya anda tahu letaknya dimana, dan gunakan titik itu sebagai fokus meditasi sampai gejala tertekan Jin itu hilang.

T = Tekanan di tenggorokan terjadi setelah terjadi getaran yg nyambung ke bawah, kenapa sebelumnya tidak terjadi?

J = Cakra mata ketiga berhubungan erat dengan cakra sex, keduanya tidak bisa dipisahkan. Kalau anda fokus meditasi di cakra mata ketiga, otomatis kelenjar sex anda akan beroperasi dengan sempurna. Gairah sex meningkat sehingga mulut anda yg tadinya tertutup sekarang terbuka. Mencari segalanya yg terbuka supaya anda bisa masuk. Tapi anda tidak mau masuk. Anda menahan diri. Anda tutup mulut. Akibatnya itu energi tertahan persis di belakang mulut, yaitu di tenggorokan.

T = Begitu tho prosesnya. Ini berarti cakra seks mulai bangkit dan energinya semakin besar, dan butuh saluran yg lebih lebar, sehingga tenggorokan tertekan karena dilewati energi yg lebih besar.

J =Oh, anda suka yg besar.

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 89-93)