• Tidak ada hasil yang ditemukan

Si Lanang Diculik Alien

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 109-113)

T = Aku pemula dalam spiritual, aku tahu ini rahasia dan ada pantangan-pantangannya, karena kata orang ini ilmu tua dan bisa kuwalat bila mewartakannya, bila sakit tidak ada penyembuhnya, bila gila tidak akan pula kembali pulih kesadarannya, tapi kesadaranku yg berontak, aku ndak kuat nahan ini semua tanpa penjelasan selamanya, semoga pencipta alam semesta yg menghidupi kita semua mengerti dan memaafkanku serta menjauhkanku dari hal-hal yg tidak kuinginkan itu semua. Aku hanya mau tahu dan mengerti untuk apa sih hidupku ini sebenarnya... hikss hikss...

J = Urip yo urip. Enjoy aja, tanpa perlu neko-neko menjadi putih, hitam, merah, kuning, dsb... walaupun kalau mau juga bisa karena tidak ada yg larang, dan konsekwensinya tanggung sendiri. Itu inti ajaran Kejawen, sehingga pertanyaan anda akhirnya balik kembali ke diri anda sendiri. Anda mau hidup anda untuk apa? Kalau mau jadi orang sakti mandraguna menggunakan kepercayaan klenik, ya jalanilah. Mungkin berhasil, mungkin pula tidak berhasil. Mungkin setengah berhasil. Mungkin ketika tidak berhasil jadi stress dan orang lain bilang kuwalat atawa setengah gila. Semuanya pilihan dan ada konsekwensinya. Konsekwensinya anda sendiri yg tanggung.

+++

25. Si Lanang Diculik Alien

Kemarin malam seorang teman telpon saya, hari ini dua teman lainnya mengunjungi saya. Semuanya menyampaikan pesan bahwa waktunya sudah tiba, Jepang sudah kalah perang, dan Indonesia harus segera memproklamirkan kemerdekaan karena diduga Belanda akan segera masuk kembali mendompleng tentara Inggris. Saya jawab, kemerdekaan spiritual adalah hak setiap individu dan harus diproklamirkan sendiri, tidak bisa diwakili. Proklamirkanlah kemerdekaan anda hari ini juga. Ada Bung Tomo dan reinkarnasinya sekarang yg menjadi walikotawati Surabaya. Ada Satrio Piningit di Jakarta. Tapi kita tidak berpolitik, ini murni simbolisasi dari apa yg nampak di qolbu atau mata batin anda. Lakukanlah sebisanya, karena lakon anda hari ini akan menentukan pakem masa depan.

Walhasil, saya merasa sudah waktunya untuk menampilkan teman-teman kita yg memiliki kemampuan mediumistik. Artinya, seolah-olah ada yg bicara dari dalam dirinya, dan dia sendiri tidak tahu siapa itu yg bicara. Terkadang yg muncul dan bicara bisa mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai suatu figur bernama tertentu. Sering memberikan banyak keterangan tanpa diminta dan, menurut saya, bisa ditanya segala macam, walaupun ada etikanya. Tidak etis untuk minta nomor buntut, ingat itu. Cukup anda tahu bahwa mereka ada. Namanya medium, berbicara seolah-olah ada yg masuk. Dari beberapa medium ini saya simpulkan bahwa pesan Alam

Semesta cuma satu, yaitu waktu bermain sudah habis. Anda yg merasa dan mengaku indigo sudah waktunya untuk ambil spesialisasi. Perbuat hal-hal yg nyata membawa manfaat, bagi diri sendiri bagus, kalau bisa untuk orang lain juga lebih bagus lagi. Waktu hura-hura sudah habis, paham?

Terkadang medium bisa memasuki dimensi lain, terkadang di dimensi kita saja. Sampai saat ini yg saya kenal sendiri pernah berjalan-jalan ke dimensi lain cuma satu orang, sebut saja namanya X yg ikut datang ke sarasehan kita yg pertama di Jakarta, akhir November 2007. Bawaannya kalem sekali, dan frekwensinya itu frekwensi Buddha. Kalau duduk di sebelahnya anda akan langsung mencapai level samadhi. Menurut cerita, X ini sedari kecil suka menggunakan mantera berbahasa Jawa dan Arab. Lalu, suatu saat, sepulang dari kantor dia diajak untuk mampir di sebuah warung makan oleh tiga orang berpakaian gamis putih; gamis adalah pakaian pria Arab yg panjangnya sampai ke tumit. Setelah itu X tidak ingat apa-apa lagi, hilang selama satu bulan penuh. Keluarganya mencari-cari kesana kemari, tapi tidak ketemu. Satu bulan setelah itu X balik kembali ke rumahnya dengan naik taxi, mengenakan pakaian yg sama, yg dikenakannya ketika menghilang satu bulan sebelumnya, dan dengan gigi yg biasa saja, seperti baru pulang kantor, tidak seperti orang yg kelayapan satu bulan penuh tanpa berita. Waktu baru sampai di rumah, X masih bisa melihat segala macam makhluk halus, masih linglung, tetapi lama-kelamaan biasa lagi. Mungkin seharusnya X diperiksa gelombang otaknya, sebab kalau kita duduk di sebelahnya, kita akan langsung berasa bahwa frekwensi gelombang otaknya beda. Mungkin kasus-kasus seperti inilah yg dialami oleh Prabu Joyoboyo dari Kerajaan Kediri yg konon langsung hilang begitu saja. Nabi Elia dari Israel juga bablas begitu saja. Yesus atau Nabi Isa AS juga hilang begitu saja. Hilang, bablas ke dimensi lain?

Mungkin juga mereka yg mengaku diculik UFO sebenarnya hilang ke dimensi lain. Tapi dimensi lain itu apa kalau bukan gelombang otak kita yg berubah sehingga kita tidak terlihat lagi di dimensi ruang dan waktu ini? Hipothesa saya bilang bahwa dimensi lain cuma gelombang otak kita sendiri. Kita bisa jalan-jalan ke dimensi lain kalau gelombang otak kita berubah. Ada yg berbakat, dan ada yg tidak. Jadi tidak usah dipaksakan kalau anda memang tidak berbakat. Berikut penuturan X yg dituliskannya seolah-olah kisah orang lain, yg dinamakannya si Lanang.

-

"Ini adalah uneg-uneg hati seorang sahabat, "Lanang" begitu saya memanggilnya, yang

kemudian saya tuangkan dalam rangkaian kalimat yang sekiranya dapat menjadi sebuah bacaan sederhana bagi siapa saja, ini hanyalah penggalan sebuah pengalaman hidup dan fenomena spiritual yang dirasakan olehnya. Konon Lanang biasa dan sering melakukan "perjalanan ke dimensi lain" yang dalam bahasa kerennya disebut astral travel, out of body experience, rogo sukmo, atau nama lain sejenis. Lanang sahabat saya ini tidak terlalu paham dengan nama-nama itu dan sedikitpun ia tak pernah punya keinginan untuk sejauh itu. Tujuan awalnya cuma ingin merasakan keheningan, berbicara pada hatinya dan meninggalkan pikiran-pikiran sumpek yang mendera hidupnya. Lanang hanya menjalani apa yang ia tahu tentang meditasi dengan dzikir dari seseorang yang ia hormati, sedikit belajar, bertanya dan membaca agar ia punya referensi dan tahu tentang apa yang ia lakukan selama ini menurut bahasa kekiniannya.

Lanang sendiri tidak pernah menyadari kapan awal mula ia mulai menyebrang ke dimensi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya; ia cuma tahu dalam meditasi yang ia lakukan selama ini, ia temukan hal indah yang tak terbayangkan seperti nafas yang demikian teratur, perlahan dengan jeda yg panjang di antara tarikan dan hembusan nafas, detak jantung yang berangsur menjadi perlahan sampai tahapan ekstase yang amat membuat ia ketagihan. Bahkan ia pernah amat sangat ketakutan ketika suatu saat nafas dan detak jantungnya serasa terhenti seketika. Astagfirullah,

Allohuakbar... Lanang mengira saat itu ia telah mati, semua terasa kosong tak ada apa-apa dan siapa-siapa, tak tahu di mana, amat membingungkan. Serta merta ia memohon ampun istighfar berulang-ulang, dan ia tersadar kembali. Alhamdulillah…

Dalam kesempatan meditasi berikutnya ia mulai merasakan sensasi aneh ketika tubuhnya jadi terasa amat ringan, ada sesuatu yg seolah-olah akan terlepas dan tercerabut dari tubuhnya... entah ia tak tahu itu apa. Ia cuma merasakan suhu tubuhnya memanas, butir-butir peluh mengalir di sekujur tubuh, perih serasa tersayat ketika peluhnya luruh mengaliri permukaan kulit, tapi ia berusaha mengabaikan rasa itu. Tapi kepalanya berdenyut-denyut. Kejadian itu terus berulang pada meditasi berikutnya dan ketika ia terus berusaha mengabaikan hal itu kepalanya kembali berdenyut hebat dan ia yakin hal itu akan hilang suatu saat, dan benar firasatnya hal itu tidak lagi terjadi di sesi-sesi selanjutnya, namun muncul hal lain yang juga membuat ia menjadi ketakutan setengah mati: ia melihat dirinya tengah duduk bermeditasi…

Kembali ia panik dan berpikir ia telah mati, ia berusaha menenangkan diri sedapat mungkin. Ia berusaha menyebut namaNya sebisanya meskipun terbata-bata. Astaghfirullah… Subhanallah... sekali lagi ia berusaha yakinkan hatinya bahwa Tuhan Maha Menjaga dan takdir serta kematian adalah MilikNya.

Lanang terkadang tersenyum sendiri ketika mengingat pengalaman pertamanya itu. Selanjutnya ia mulai terbiasa dan pasrahkan segalanya pada Sang Khalik pemilik hidup dan ia baik-baik saja…

Menurut asumsi Lanang itu adalah ketenangan dan kesunyian hakiki yang tak mungkin ia tolak kedatangannya. Di sana tak ada beban, semua mengalir tanpa diminta, tanpa perintah, itu saja sudah nikmat luar biasa baginya, dan tanpa ia sadari proses lain tengah berjalan ke depan jauh dari sekedar yang ia inginkan.

Saya juga pernah mendengar kisahnya dari orang lain tentang pengalaman perjalanan aneh yang tak disadarinya namun telah mengubah persepsinya tentang meditasi mendalam dan membuat ia memahami kebesaran Tuhan dengan ragam fenomena mahluk ciptaanNya, dimensi ruang dan waktu yang diciptakan dan banyak hal lain dalam genggaman kekuasanNya. Maha Suci Tuhan semesta alam... Subhanallah.

Ada yang mengherankan dan masih jadi sebuah pertanyaan dalam dirinya adalah mengapa terkadang ia tidak menyadari kalau ia "melakukan perjalanan" ketika ia tidur, bahkan berkunjung ke suatu tempat atau datang kepada seseorang atau lebih pada waktu yang sama secara

bergantian tanpa diawali meditasi seperti yang biasa ia lakukan dengan sengaja atau jika memang ia inginkan tapi selalu saja ada satu kesamaan dasar dari keduanya yaitu "ia sadar dan bisa mengingat apa yg telah ia lakukan".

Lanang mengakui terkadang ia tak bisa menuju ke tempat atau seorang yang ia inginkan dan ia berusaha tidak kecewa serta meyakini jika hal itu terjadi berarti ia tidak dijinkan olehNya, ia menyadari manusia penuh keterbatasan, bahwa Tuhan Maha Tahu apa yang terbaik buat

buatnya. Tuhan pemilik semesta alam dan isinya, semua adalah milikNya termasuk jiwa dan roh kita, Tuhan berhak melakukan apa saja pada ciptaanNya.

Lanang pernah bertanya pada beberapa orang yang mumpuni dalam hal itu, jawabannya adalah itu terjadi karena dipicu oleh ingatan akan "sesuatu", bisa saja ingatan akan suatu tempat,

peristiwa, seseorang, saudara, teman, kerabat bahkan orang-orang yang baru saja ia kenal hari ini atau sejam yang lalu, selebihnya itu merupakan "hadiah" dari Tuhan agar kita mau lebih

bersyukur atas nikmat hidup yang tak terhingga.

Ia juga tak pernah tahu bagaimana ia bisa berkomunikasi dengan mereka yg tak kasat mata, bagaimana ia kehilangan rasa takut manusiawinya saat itu. Bagaimana ada orang lain yang menyatakan kalau ia didampingi "mereka yang tak kasat mata", bagaimana ia merasa nyaman-nyaman saja berdampingan dengan mereka, bagaimana ia bisa terhubung dengan orang-orang yang ia pikirkan, bagaimana ia bisa menghampiri mereka, bagaimana ia bisa dirasakan

kehadirannya, bagaimana ia bisa menyentuh benda apapun yang ia mau ketika berada disana, bagaimana ia bisa mempengaruhi suhu ruangan, bagaimana ia menimbulkan bau khusus di sekitar orang yg terhubung, dan fenomena lain yang membuat ia bingung?

Lantas pertanyaannya, dari mana ia tahu semua itu? Lanang mendengar pengakuan dari beberapa orang yang konon "berilmu" atau mereka yang memang sudah dikenal atau tidak sengaja

bertemu di suatu tempat, padahal ia tidak mengenal siapa mereka sebelumnya, atau fenomena itu muncul saat melakukan meditasi bersama-sama di satu tempat atau berbeda tempat dengan janji atau bahkan tanpa meditasi sekalipun. Segala sesuatunya berjalan tanpa ia minta...

Aneh, ini sungguh aneh buatnya! Belum lagi hal-hal aneh yang ia alami satu demi satu, pengalaman demi pengalaman, tapi ia tak tahu harus apa, merasa terbebani atau bersyukur, ia hanya ingin berbagi tapi terkadang ada hal yang memang tak boleh ia ceritakan; entah siapa yang mengatakan tapi hatinya berkata begitu. Pengalaman ini akan jadi bahan tertawaan kalau saja ia bercerita pada mereka yang amat mengedepankan pemikiran logika dan modern science.

Entahlah, Lanang sahabat saya ini terkadang berpikir lurus-lurus saja, tak ada yg tak mungkin jika Tuhan menghendaki. Ia jalani apa adanya tanpa berusaha mencari tahu apa dan bagaimana itu bisa terjadi, apa misi hidupnya. Semuanya ia pasrahkan padaNya, ia syukuri sebagai suatu anugerah. Ia tak pernah merasa bahwa ia bisa lakukan itu, ia merasa biasa-biasa saja sama seperti yang manusia lainnya, semua mengalir dan terjadi begitu saja, ia hanya meyakini semua terjadi karena kehendakNya. Lanang tak pernah tahu jawabannya..."

-

Begitulah X dengan teorinya. Dia tidak berkisah tentang pengalamannya diculik alien. Tidak dituliskannya, tapi diceritakannya kepada saya secara lisan, dan saya ceritakan kembali kepada anda di bagian atas. Menurut saya, kesadaran kita cuma masuk ke dalam dimensi pikiran kita sendiri saja. Saya sebut dimensi pikiran karena saya tidak tahu harus menyebut apa namanya. Yg jelas, bukan dimensi ruang dan waktu tempat jasad kita hidup. Mungkin nanti akan terbuktikan secara ilmiah bahwa kita bisa juga menghilang dari dimensi ruang dan waktu ini ketika

frekwensi gelombang otak kita berubah. Ada yg pernah menghilang dan tidak balik kembali, dan ada yg pernah menghilang dan balik kembali seperti teman kita X, atau si Lanang.

+++

Dalam dokumen Mata Ketiga Dan Intuisi (Halaman 109-113)